Share

5. Apakah kau tidak menyesal ?

Author: Raisaa
last update Last Updated: 2025-11-27 08:50:15

Pagi itu saat Elyse bangun tidur, ia berharap semuanya sudah berakhir setelah malam itu. Biarlah jika Jester ingin mengejar Ivanka. Ia bahkan sudah membayangkan hidup tanpa pertunangan dengan Jester dan hidup tanpa harapan kedua orang tuanya.

Namun kenyataan tidak memberinya waktu untuk bernapas.

Saat pelayan sedang membantunya menyisir rambut, pintu kamar terbuka kencang. Countess Leclair berjalan masuk.

“Biarkan aku yang lakukan.”

Pelayan langsung menunduk dan mundur. Countess berjalan mendekat dan mengambil sisir itu, gerakannya lembut… hampir penuh kasih.

Elyse menahan napas.

Countess jarang sekali melakukan hal seperti ini.

Rasanya… aneh. Tapi juga sekaligus terasa hangat.

Sisir bergerak perlahan melewati rambutnya, membuat Elyse tersenyum kecil. Tak ada tarik menarik atau kasar, Countess menyisir rambutnya seolah rambut itu miliknya sendiri.

“Aku dengar kau mengatakan sesuatu pada Jester kemarin,” ucap Countess pelan.

“Apa maksud ibu?” Elyse mencoba tenang, meski tubuhnya gemetar takut.

“Kau tidak tahu? Atau kau hanya pandai berpura-pura bodoh?!” sentak Countess dengan nada mengejek. “Sampai kau lupa tanggung jawabmu.”

“Aku benar-benar tidak mengerti,” tangis Elyse hampir pecah, tapi ia sebisa mungkin menahannya. “Kenapa ibu tega denganku, anak kandung ibu.”

Countess menghembuskan napas marah.

“Memangnya kau mau keluarga ini jatuh? Jester sudah berbaik hati menolong keluarga kita, tapi kau malah menyuruhnya untuk  membatalkan pertunangan!”

Kata-kata itu menghantam Elyse lebih keras daripada sentuhan Countess di rambutnya. Jantungnya terasa seperti remuk pelan.

Beberapa detik kemudian, Elyse tertawa kecil. Tawa yang terdengar seperti retakan kaca.

“Bagus kan? Akhirnya dia bisa mengejar Ivanka tanpa beban.”

Countess memandangnya lama lewat pantulan di cermin, pandangan yang bukan sekadar marah, tapi mengancam.

“Mulutmu bisa berbohong, Elyse. Tapi matamu tidak. Kau sebenarnya mencintai Jester, kan?”

Elyse mengalihkan pandangan. Ia takut jika ia menatap sang ibu, semuanya akan runtuh.

“Kita akan menemui Jester. Kita akan bicarakan ini baik-baik.” suara Countess kembali dingin.

“Ibu… itu tidak mungkin. Aku tidak ingin menikah—”

Belum sempat Elyse menyelesaikan kalimatnya, Countess sudah bergerak terlebih dulu.Tangannya yang semula bergerak lembut berubah mencengkeram tanpa peringatan.

BRAKK!

Countess menjambak rambut Elyse keras hingga tubuh gadis itu terangkat sedikit dari kursinya.

Elyse menjerit pelan, napasnya tercekat.

“Apa kau bilang? Membatalkan pertunangan ini?” bisik Countess, suaranya dingin dan beracun. “Kau senang keluarga ini dipermalukan karena kebodohanmu, ya?”

Elyse mencoba melepas cengkeraman itu, tapi semakin ia bergerak, semakin keras tarikan itu.“Ibu… tolong… itu sakit—”

Tarikannya semakin kuat hingga Elyse nyaris tersungkur.

Countess menundukkan wajahnya, suaranya menjadi dingin dan tajam seperti pisau.

“Saat kau keluar dari ruangan ini, kau harus meminta maaf pada Jester dengan sopan dan tulus. Dan kau harus bersyukur Jester tidak membatalkan pernikahan ini setelah kau bersikap tidak sopan padanya!”

Cengkeraman itu akhirnya dilepas. Elyse terhuyung, tangan menahan kepala yang masih berdenyut sakit.

Countess merapikan bajunya seolah tak pernah terjadi apa-apa.

“Dan ingat…Seorang putri keluarga ini tidak menangis seperti budak.”

Elyse menutup mulutnya, menahan isak.

Countess berjalan ke pintu, membuka dengan sikap berkelas, lalu menoleh sekali lagi.

“Rapikan dirimu. Kau harus terlihat sempurna saat memohon di hadapan Jester.”

***

Begitu Elyse keluar menuju halaman, ia melihat Jester dan Count sedang berbicara. Keduanya langsung menoleh saat Elyse dan Countess berjalan mendekat.

Countess tersenyum sopan. “Maaf baru menyusul. Kau tidak menunggu terlalu lama, kan?”

“Tidak,” jawab Jester singkat.

“Aku… minta maaf.”

Jester hanya menatap Elyse dari balik guratan wajah angkuhnya.

“Kau tahu apa salahmu?” tanya Jester dengan remeh.

“Ya, untuk itu aku minta maaf, Jester.” Elyse merendahkan suaranya.

“Tak masalah. Aku harap ke depannya kau bisa menjaga sikapmu padaku. Apalagi, aku ini calon suamimu.”

Countess ikut menimpali ringan, mencoba mencairkan suasana. “Syukurlah kalian sudah menyelesaikan ini. Lebih baik berangkat dengan suasana tenang, kan?”

Jester hanya mengangguk. “Benar. 

Tidak ada nada marah ataupun nada memaafkan. Suaranya neutral,datang dari pria yang tidak pernah menempatkannya di hati sejak awal.

“Kalau begitu, kita harus segera pergi ke pesta Ivanka.” Ajak Jester mengulurkan tangan dengan elegan.

Elyse hanya mengangguk, lalu meraih tangannya untuk masuk ke dalam mobil. Jester masih sempat membungkuk sedikit pada orang tua Elyse sebelum pintu ditutup dan mobil bergerak.

Di dalam mobil, tidak ada suara.

Elyse menatap ke luar jendela, diam seperti boneka porselen. Jester juga tak bicara, Ia terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri.

Hingga pada akhirnya keduanya sampai di pesta yang diadakan Kaisar untuk Ivanka. Elyse tersenyum miris menatap semua orang di sekelilingnya tampak senang hadir merayakan pesta itu.

Aula megah itu dipenuhi cahaya lampu kristal dan musik lembut dari orkestra. Suasananya tenang, seperti semua orang sedang menahan napas menunggu sesuatu yang besar terjadi.

Di tengah lantai dansa, Ivanka berputar anggun dalam balutan gaun biru keperakan. Senyumnya cerah, matanya berbinar, dan jemarinya digenggam lembut oleh seseorang yang kini sedang diperhatikan seluruh kekaisaran, sang Kaisar.

Mereka menari seolah dunia hanya milik berdua. Langkah mereka selaras, tatapan Kaisar lembut, dan Ivanka… tampak seperti wanita paling dicintai di ruangan itu. 

Bisikan mulai beredar.

“Sepertinya Kaisar akan segera mengumumkan pernikahan.”

“Lihat cara dia memandang Ivanka…”

“Tidak mungkin hanya pesta biasa.”

Elyse mendengarnya. Semuanya.

Tapi dia hanya duduk diam di samping Jester.

Ia memegang gelas sampanye yang sejak tadi tidak ia minum, jemarinya sedikit gemetar, bukan karena cemburu, bukan karena marah… tapi karena ia sadar betapa kecil artinya dia dalam ruangan ini.

Namun Jester berbeda.

Wajahnya tegang. Rahangnya mengeras. Pandangannya tidak lepas dari Ivanka, seolah setiap detik tarian itu menusuknya.

Ivanka tertawa pada sesuatu yang Kaisar bisikkan, tangan Kaisar naik sedikit menyentuh punggung Ivanka, lebih dekat dari yang seharusnya.

Elyse melirik pelan.

Pria di sampingnya… bukan sekadar melihat. Dia terbakar.

“Jester, mau makan sesuatu? Biar aku ambilkan.”

“Tidak.”

“Kalau begitu… minum sedikit. Malam masih pan-”

“Aku bilang tidak.”

Nada Jester rendah dan tajam, seperti ia sedang menahan sesuatu yang hampir meledak. Elyse menunduk, menerima sikap itu tanpa komentar.

Beberapa tamu bangsawan menghampiri mereka untuk berbasa-basi, tapi Jester hanya menjawab secukupnya lalu kembali diam.

Musik berubah menjadi waltz yang lebih lambat, lebih intim. Elyse melirik Jester, mencoba untuk membujuknya lagi.

“Apa kau mau berdansa?” tanya Elyse sekali lagi, kali ini lebih lembut.

Jester menatapnya sebentar. “Aku bilang tidak. Tolong mengertilah.”

Elyse menahan napasnya. “Kau bahkan tidak berniat pura-pura lagi sekarang, ya?”

“Pura-pura?” Jester mengernyit.

“Kau bahkan tidak mengalihkan pandangan darinya sejak tadi.” Suaranya pelan, tapi jelas.

“Elyse, bukan itu-”

“Sudahlah.” Elyse memotong cepat. “Nikmati saja pestamu sendiri.”

Ia berbalik dan pergi sebelum Jester sempat menahannya.

Jester hendak mengejar… tapi langkahnya terhenti ketika seseorang tiba-tiba muncul di depannya, orang yang sejak tadi membuatnya tak bisa mengalihkan pandangan.

“Kak Jester, bisa temani aku sebentar, Kaisar pergi!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nyonya Elyse, Yang Mulia Kaisar Menginginkanmu!   6. Menikah denganku!

    Elyse berhenti dan menoleh. Ia melihat Ivanka menatap Jester, lalu Jester yang sekarang malah menatapnya. Bohong kalau Elyse tidak berharap Jester akan mengejarnya… tapi jelas tidak. Jester tetap memilih berdiri di sisi Ivanka.Dengan napas berat, Elyse akhirnya pergi ke balkon. Ruangan pesta terasa terlalu sesak, terlalu banyak tatapan, terlalu banyak rasa sakit setiap kali melihat Jester gelisah saat Kaisar dan Ivanka menari. Dan yang paling memuakkan melihat Jester akan selalu memilih Ivanka.Di balkon, udara lebih tenang. Elyse bersandar dan menyesap wine, berharap dadanya ikut tenang.Namun baru beberapa detik berlalu, ia mendengar langkah seseorang mendekat dari belakangnya.Gaun mewah berwarna perak masuk menyusul langkah pelan, Ivanka.Tanpa salam, tanpa basa-basi, Ivanka membuka percakapan dengan nada penuh superioritas.“Aku pikir dengan aku menjadi ratu, Jester akhirnya akan bersikap baik padamu,” ucap Ivanka santai, seolah kalimat itu tidak menyakitkan.Elyse tak langsung

  • Nyonya Elyse, Yang Mulia Kaisar Menginginkanmu!   5. Apakah kau tidak menyesal ?

    Pagi itu saat Elyse bangun tidur, ia berharap semuanya sudah berakhir setelah malam itu. Biarlah jika Jester ingin mengejar Ivanka. Ia bahkan sudah membayangkan hidup tanpa pertunangan dengan Jester dan hidup tanpa harapan kedua orang tuanya.Namun kenyataan tidak memberinya waktu untuk bernapas.Saat pelayan sedang membantunya menyisir rambut, pintu kamar terbuka kencang. Countess Leclair berjalan masuk.“Biarkan aku yang lakukan.”Pelayan langsung menunduk dan mundur. Countess berjalan mendekat dan mengambil sisir itu, gerakannya lembut… hampir penuh kasih.Elyse menahan napas.Countess jarang sekali melakukan hal seperti ini.Rasanya… aneh. Tapi juga sekaligus terasa hangat.Sisir bergerak perlahan melewati rambutnya, membuat Elyse tersenyum kecil. Tak ada tarik menarik atau kasar, Countess menyisir rambutnya seolah rambut itu miliknya sendiri.“Aku dengar kau mengatakan sesuatu pada Jester kemarin,” ucap Countess pelan.“Apa maksud ibu?” Elyse mencoba tenang, meski tubuhnya gemeta

  • Nyonya Elyse, Yang Mulia Kaisar Menginginkanmu!   4. Sang Kaisar

    "Kau berada di pesta semalam kan?"Elyse membeku seketika saat Dyall mengulang perkataannya. Tubuhnya seolah tak bisa bergerak, tatapannya tetap terpaku pada Dyall, yang menatapnya dengan tenang, seolah semua itu bukan hal besar.“Anda-” suara Elyse nyaris tercekat. Tidak mungkin Kaisar Dyall adalah pria bertopeng burung hantu yang menghabiskan malam bersamanya di pesta itu!“Ya, aku topeng burung hantu,” jujur Dyall tanpa ragu.Deg.Elyse menutup mulutnya rapat-rapat. Dia hampir berteriak jika logikanya tak bekerja. Jantungnya berdebar kencang, wajahnya memerah, dan rasa malu bercampur marah menimpa dirinya.“Kau baik-baik saja?” tanya Dyall, melihat perubahan wajah Elyse.“Bagaimana saya bisa baik-baik saja di depan orang yang… meniduri saya dan memperlakukan saya seperti pelacur?” ketus Elyse, berusaha menahan teriak. Bagaimana tidak? Setelah tidur dengan lelaki ini yang ternyata adalah seorang Kaisar, Elyse diberi sekantung uang dan diperlakukan layaknya pelacur. Ia ingin melempa

  • Nyonya Elyse, Yang Mulia Kaisar Menginginkanmu!   3. aku tidak ingin menikah!

    “Apa maksudnya ini sekarang?!” teriak Nyonya Levric, Duchess terdahulu keluarga itu, suaranya penuh keterkejutan mendengar ucapan Elyse.“Astaga! Apa yang dikatakannya?” bisik Duke Levric terdahulu, ayah Jester, sambil menatap putrinya dengan tak percaya.“Elyse, kau, apakah kau gila?” sahut Jester dengan nada hampir tidak percaya.“Saya tidak gila,” Elyse membalas dengan tajam. “Seharusnya saya yang menyadarkan anda. Berciuman dengan wanita lain di depan calon istri anda sendiri adalah tindakan yang tidak masuk akal!”Semua orang membeku, termasuk Jester.“Elyse, ini tidak seperti-” mulai Jester, namun terhenti.“Tidak seperti apa?” Elyse memotong. “Anda bahkan tidak melihat saya saat anda mencium wanita lain dengan begitu nyata, di depan kedua mata saya!”Ruang itu hening. Semua mata menatap Elyse, tak ada seorang pun yang bisa menegur. Kali ini, dia tak mau menahan diri. Ia tak mau lagi menikah dengan bajingan ini.“Apa maksudnya ini sekarang, Jester?” bentak ayah Jester, suaranya

  • Nyonya Elyse, Yang Mulia Kaisar Menginginkanmu!   2. Batal nikah

    Elyse terbangun dengan kepala berat. Kelopak matanya bergerak pelan sebelum akhirnya membuka sepenuhnya. Pandangannya menyapu ruangan itu, ruangan yang sama seperti semalam.Ruangan tempat dia dan-Elyse membeku.Dengan cepat dia melihat dirinya sendiri. Bagian atas gaunnya masih rapi, tapi roknya… tersingkap berantakan. Napasnya tercekat. Ia memeluk dirinya sendiri sambil mencoba mengingat.“Semalam… apa yang terjadi?” bisiknya.Tidak ada jawaban. Hanya denyut jantungnya yang terdengar begitu keras.“Kenapa aku tidak ingat…?” gumamnya lagi.Matanya mencari sosok lelaki itu, sia-sia. Ruangan itu kosong. Hening. Udara masih beraroma wine dan wangi tubuh lelaki itu, seakan bukti bahwa semalam bukan mimpi.“Apakah… sudah selesai? Apakah aku tidak suci lagi?” Elyse menelan ludah. “Ternyata… tidak semenakutkan yang dikatakan Viona dan yang lainnya.”Ia terbaring lagi, menatap langit-langit sambil menghela napas panjang, hingga matanya menangkap sesuatu di meja kecil dekatnya.Sekantung uan

  • Nyonya Elyse, Yang Mulia Kaisar Menginginkanmu!   1. Pemburu ONS

    "Elyse, hentikan! Ini sudah gelas keberapa? Kalau kau terus minum seperti ini, kau akan pingsan!" Nada suara Viona tidak membuat Elyse berhenti menenggak isi gelasnya, gelas keempat, atau mungkin kelima, ia sudah tidak peduli."Viona… lepaskan aku." Elyse menepis tangan temannya dengan gerakan putus asa.Mereka duduk di sebuah sofa beludru hitam di dalam Salon, pesta rahasia yang hanya diakses oleh bangsawan kelas tertinggi, tempat mereka melampiaskan hasrat terpendam. Seharusnya Elyse tidak ada di sini. Jika sang ayah tahu, sudah dipastikan dirinya akan mendapatkan hukuman yang mengerikan.Tapi, pagi ini Elyse mendengar calon suaminya, Jester, Duke Levric, terang-terangan berkata ia menikahi Elyse agar wanita yang ia cintai bisa menjadi Ratu. Dan yang lebih parahnya lagi, wanita itu adalah Ivanka, sepupunya sendiri!"Aku tidak pernah mencintai Elyse, aku hanya menikahinya agar posisi ratu dimiliki Ivanka. Hanya Ivanka yang pantas. Dan aku akan melakukan apa pun untuk kebahagiaan wa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status