7. Kau

Sekali lagi Elyse menatap tangan itu.

Tangan yang sama, seperti malam itu.

Tangan yang kini menawarkan jalan berbeda… jalan yang bisa mengubah hidupnya.

Dan dia menerimanya, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

Tidak ada jalan mundur.

Napasnya bergetar.

“A-apakah saya bisa memikirkannya terlebih dahulu?” tanyanya pelan.

Dyall tidak ragu. Tidak menunggu.

“Tidak.” jawabnya tegas.

Keheningan turun. Pesta di balik balkon begitu ramai, namun dunia Elyse terasa seperti membeku.

Elyse menunduk, memejamkan mata sesaat… lalu dengan semua luka, rasa sakit, dan harga diri terakhir yang ia punya, dia meraih tangan itu.

Genggamannya pelan, tapi tegas.

“Saya setuju menikah dengan anda.” ucapnya.

***

Ruangan rumah sakit itu luas dan sunyi. Bau obat dan alkohol medis masih menggantung di udara. Elyse duduk di ranjang dengan perban melingkari pergelangan tangannya dan luka di kakinya sudah dibalut rapi.

Dyall berdiri tak jauh darinya. Tanpa mahkota, tanpa pakaian kebesaran, hanya jubah sederhana, se