Share

Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!
Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!
Author: Risca Amelia

Cinta Pertama Suamiku

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2024-10-09 20:56:39

"Suri, cepat buatkan kami teh hijau tanpa gula!" 

Suara sang ibu mertua menggema dari ruang tengah, hingga Suri yang sedang membersihkan meja makan, segera meletakkan lap yang ia pegang dan menuju dapur. 

Meski ada banyak pelayan di mansion keluarga Albantara, mertuanya itu memang selalu menyuruh Suri melakukan berbagai pekerjaan, seolah-olah dia adalah bagian dari staf rumah tangga. 

Tapi, Suri tak melawan karena merasa itulah tugasnya di rumah ini. Setidaknya, ia bisa bermanfaat dibandingkan diabaikan seperti tahun pertamanya sebagai menantu di keluarga itu.

Tak lama kemudian, Suri pun kembali dengan membawa nampan berisi 2 cangkir teh yang masih mengepul. 

Hanya saja saat Suri meletakkan cangkir di atas meja, ia baru menyadari ada tante sang suami yang datang bersama kedua putrinya di sofa mewah ruang tamu.

“Pagi, Tan–”

"Suri, bekas luka di pipimu itu masih ada?" potong Mira menatap Suri dari atas hingga bawah dengan pandangan merendahkan. "Apa Romeo tidak malu memiliki istri yang wajahnya cacat? Apalagi sampai sekarang kamu belum juga memberinya anak."

“Tante seharusnya ingat kenapa Kak Romeo sampai menikahi wanita yang jelek dan mandul?” Aira, sang adik ipar, ikut menimpali, “Ia terpaksa melakukannya sebagai bentuk dari rasa tanggung jawab. Kalau saja ayahnya Suri tidak meninggal, Kak Romeo tidak mungkin menikahinya."

Mereka semua langsung tertawa, sementara lidah Suri terasa kelu.

Hinaan itu terasa seperti cambuk yang menyayat hati.

Pernikahannya dengan Romeo memang bukan berdasarkan cinta, melainkan karena tanggung jawab pria itu setelah membuat kecelakaan tragis  2 tahun lalu yang merenggut nyawa sang ayah dan membuat Suri memiliki bekas luka seumur hidup.

Hanya saja, ia bukanlah wanita yang mandul!  

Selama dua tahun pernikahan, Romeo tidak pernah menyentuhnya. Lantas, bagaimana mungkin ia bisa mengandung?

Di sisi lain, mertua Suri memandangnya dengan tatapan penuh tuntutan. "Nanti malam, ada tamu penting yang akan datang ke mansion. Kamu harus menyiapkan menu masakan yang terbaik. Aku ingin segalanya sempurna."

"Baik, Bu. Saya harus masak apa saja?” Suri menunduk, mengangguk patuh. 

Namun, sang ibu mertua tak tersentuh sama sekali. "Ayam panggang lemon, spaghetti, sup ikan salmon, lobster, dan hidangan pencuci mulut. Tamu kita istimewa, seorang artis terkenal, jadi jangan sampai kamu membuatku malu."

“Oh iya, sebelum itu, buatkan tiga cangkir teh hijau lagi untuk adik dan keponakanku,” sambungnya menambah daftar perintah.

Tanpa menunggu lebih lama, Suri kembali ke dapur dan mulai menyiapkan minuman untuk keluarga ibu mertuanya. Dengan hati-hati, ia membawa nampan dan berjalan menuju ruang tengah. Langkahnya mendadak terhenti di ambang pintu, saat ia tak sengaja mendengar percakapan mereka.

“Jadi, Diva sudah kembali dari Amerika?” suara Mira tertangkap jelas di telinga Suri.

“Ya, dia kembali setelah menyelesaikan proyek filmnya di sana,” jawab sang mertua dengan antusias. “Romeo sedang menjemputnya di bandara. Mereka berdua akhirnya bertemu, setelah sekian lama berpisah. Aku juga sudah mengundang Diva untuk makan malam di sini."

Deg!

“Diva?” lirihnya pelan.

Wajah Suri seketika memucat mendengarnya. Ia tahu siapa wanita itu—Diva Adinda, artis terkenal sekaligus cinta pertama Romeo, suaminya. 

Hatinya mencelos mendengar wanita yang dulu dicintai Romeo akan datang malam ini.

“Bukankah mereka dulu sangat cocok?” lanjut  Mira sambil tertawa pelan. “Seharusnya Romeo menikah dengan Diva, bukan? Mereka pasangan yang serasi."

“Aku juga berpikir begitu,” sahut sang mertua sambil tersenyum tipis. “Diva lebih cocok menjadi istri Romeo daripada Suri. Malam ini, aku akan membicarakan tentang rencana pernikahan Romeo dan Diva. Aku yakin Diva bisa melahirkan cucu yang sempurna untukku."

Ucapan ibu mertuanya itu bagaikan belati tajam yang menghujam hati Suri. Tanpa sadar, tangannya yang memegang nampan bergetar hebat. Cangkir-cangkir di atas nampan terlepas dari genggamannya dan jatuh ke lantai, pecah berkeping-keping.

Prang!

Seluruh ruangan hening seketika. Semua mata kini tertuju pada Suri yang berdiri di ambang pintu dengan wajah pucat pasi. Tangannya gemetar, tubuhnya terasa mati rasa. 

Bukannya merasa iba, ibu mertua Suri itu justru menatapnya dengan mata penuh kemarahan. “Suri! Apa yang kamu lakukan?!”

Pelupuk mata Suri sudah tergenang oleh air mata, tetapi tidak satu kata pun keluar dari bibirnya. 

Pikirannya kalut, hatinya terlampau hancur mendengar percakapan tadi.

“Lihat, dia bahkan tidak bisa memegang nampan dengan benar. Memalukan!” ujar Aira, tertawa kecil bersama dengan kedua putri Mira.

Rasanya Suri ingin berteriak dan berlari keluar dari ruangan ini. Hanya saja, tubuhnya terlalu lemah untuk bergerak. Matanya hanya bisa menatap serpihan gelas di lantai, seolah itulah yang terjadi pada hatinya saat ini—remuk, hancur, tanpa sisa.

“Bersihkan semua, jangan ada yang tertinggal di lantai Setelah itu, pergilah ke dapur untuk memasak. Semua harus siap sebelum jam tujuh malam,” perintah ibu sang suami dengan nada dingin.

Suri mengangguk pelan tanpa mengeluarkan suara. Ia berlutut, mengumpulkan serpihan-serpihan gelas yang berserakan. Hanya saja, tak sengaja jarinya terluka, hingga darah mengalir dari kulitnya yang robek. Namun, rasa sakit fisik itu tidaklah berarti apa-apa dibandingkan luka yang ada di dalam hatinya. 

Dua tahun sudah dia mengabdi sebagai istri dan menantu yang patuh, tak banyak bicara, dan tak pernah menuntut. Namun, keluarga ini memang tidak pernah menganggapnya. Tidak ada yang peduli pada nasibnya, bahkan kini suaminya akan menikahi perempuan lain.

Jadi dengan cepat, Suri berjalan ke dapur dan mengambil kotak P3K. Gerakannya cepat dan terlatih, seperti sudah berkali-kali melakukan hal ini. Setelah membersihkan luka dan menutupinya dengan plester, ia menggantung kotak itu kembali di tempatnya. 

Tanpa membuang waktu, Suri mengenakan celemek. Hanya saja, sambil memasak, pikiran Suri tak bisa lepas dari bayangan tentang Diva yang akan duduk di meja makan, berbincang akrab dengan Romeo. Hatinya berdenyut nyeri. 

Semua orang di keluarga ini tahu bahwa hati Romeo masih tertinggal di masa lalunya bersama Diva. 

Mungkin itulah sebabnya, sang ibu mertua bermaksud menjadikan Diva sebagai menantu?

"Suri, sudah siap belum makanannya?" teriak ibu mertuanya dengan nada memerintah yang khas.

Suri menjawab dengan tenang, menahan rasa pedih di hatinya, “Sebentar lagi, Bu.”

Gegas ia menyelesaikannya.

Namun tiba-tiba, Suri merasa ada sesuatu yang aneh.

Hidungnya terasa panas dan ketika jari ramping Suri menyentuhnya, ia terkejut melihat darah mengalir.

Rasa cemas mulai merayap dalam dirinya. ‘Mimisan lagi...,’ batinnya dengan panik. 

Ini bukan pertama kalinya. Buru-buru, Suri mengelap darah yang menetes, khawatir darah itu akan jatuh ke makanan yang sedang dimasaknya. 

Sayangnya, tak kunjung berhenti, hingga membuat Suri panik. 

Ia lantas mematikan kompor dan berlari ke kamar, berharap mimisannya segera berhenti.

Di dalam kamar, ditekannya hidung dengan tisu sembari menghubungi dokter yang merawatnya pasca kecelakaan.

Ya, indera penciuman Suri tampaknya semakin lemah dalam setahun terakhir.

Ia hampir tidak bisa mencium bau apapun, baik aroma harum dari makanan, maupun bau tajam dari sesuatu yang terbakar. 

Meski hal ini membuatnya khawatir, Suri tidak pernah mengatakannya kepada siapapun dan memilih diam-diam ke Rumah Sakit minggu lalu untuk melakukan pemeriksaan.

Seharusnya, dia bertemu sang dokter lusa untuk membicarakan hasilnya.

Tapi, ia khawatir sesuatu serius tengah terjadi.

Jadi dengan tangan gemetar, Suri menunggu sebelum suara dokter itu terdengar di seberang.

“Halo, Dokter Adrian, ini Suri.” Suara wanita itu terdengar lemah, hampir putus asa, "apakah hasil pemeriksaan dapat dilihat hari ini?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
g kasihan sama istri goblok yg g bisa menjaga harga dirinya sendiri. ngapain bertahan selama 2 th jadi babu dan diabaikan suami. krn suami kaya dan tampan? tau diri dong!! harusnya si sari goblok itu meminta kompensasi dlm bentuk uang biar bisa oplas dan buka usaha. tp si sari kan punya jiwa babu
goodnovel comment avatar
Hendra 03
kasihan sex istrinya selalu tertekan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sakit

    “Suri, saya harus jujur padamu. Berdasarkan hasil pemeriksaan, kamu memiliki tumor di dalam hidungmu. Tumor ini cukup berbahaya, dan harus segera diangkat melalui pembedahan,” ucap Dokter Adrian setelah Suri duduk di hadapannya.“Jika dibiarkan terlalu lama, tumor ini dapat berubah menjadi ganas dan bisa mengancam nyawamu.”Deg!Suri merasa napasnya tercekat.Selama ini ia sudah terbiasa dengan penderitaan fisik dan emosional, tetapi kabar ini membuat semua masalah lain tampak kecil.“Kita perlu segera menjadwalkan operasi, Suri,” kata dokter Adrian. “Apakah kamu perlu membicarakan ini dengan suamimu?”Mendengar pertanyaan itu, Suri merasa hatinya semakin berat.Apa Romeo peduli? Selama ini, dalam rumah tangganya ia berdiri sendirian. Keberadaan Romeo di sisinya lebih seperti bayangan daripada kenyataan. Terlebih, Diva sudah kembali.Tidak ada tempat untuknya.“Tidak, Dok. Saya tidak perlu izin dari siapapun,” jawab Suri berusaha tegar.Dokter Adrian memandang Suri dengan tatapan hera

    Last Updated : 2024-10-09
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Perceraian?

    Suri tertawa miris.Tepat setelah ia mengatakannya, ia dapat melihat pintu mobil mewah milik suaminya terbuka.Seperti biasa, Romeo terlihat tampan dengan setelan jas abu-abu tua yang membalut tubuh tegapnya.Namun, kemejanya sama dengan yang ada di foto yang diterimanya tadi.Terlebih, ia melihat Romeo berjalan ke sisi lain mobil, membukakan pintu penumpang untuk Diva. Sesuatu yang bahkan tak pernah suaminya itu lakukan selama pernikahan mereka. Mungkin karena wajahnya yang buruk rupa tak menyenangkan dipandang, dibanding Diva yang seorang artis terkenal yang memang rupawan?Hati Suri kembali berdenyut pedih. Dia juga dapat melihat sang mertua dan ipar menyambut cinta pertama suaminya itu dengan senyuman hangat, seolah mereka baru saja bertemu dengan seorang ratu. “Diva, Sayang, kamu semakin cantik saja,” puji wanita paruh baya itu.Aira, yang selalu suka ikut campur, menambahkan, “Aku tidak sabar untuk makan malam bersamamu, Kak Diva. Aku sudah bilang pada teman-temanku bahwa aku a

    Last Updated : 2024-10-10
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Paksaan

    Suri menghela napas.Kenapa ia harus bertahan selama ini? Romeo jelas tidak mencintainya dan akan selalu memilih Diva. Tanpa bisa dicegah, air matanya akhirnya kembali mengalir.Akan tetapi, Suri menahan diri agar tak bersuara. Ia takut tangisannya didengar oleh orang-orang di mansion yang justru akan menertawakan kelemahannya. Tapi ia berjanji....Setelah ini, ia tak akan menangis lagi. Kriet!Pintu kamar mendadak terbuka, menampilkan Romeo di sana. Suri sontak berdiri dan mendekatinya–berharap bisa menyelesaikan semua masalah malam ini.Hanya saja, suara berat Romeo mengisi ruangan lagi-lagi mengecewakannya. “Aku akan mengantar Diva pulang ke apartemennya karena sudah malam. Aku akan kembali secepatnya ke sini.”“Tapi, aku ingin membicarakan perceraian kita segera,” tuntut Suri."Apa maksudmu?" Romeo menyipitkan matanya, “apa kau cemburu dengan Diva?”Suri menarik napas panjang, seolah mengumpulkan keberanian yang tersisa. "Bukan hanya itu. Yang jelas, aku sudah menghubungi pengac

    Last Updated : 2024-10-10
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Puncak

    Hanya saja, Suri tak menyia-nyiakan kesempatan itu.Ia segera melarikan diri dari kamar yang telah menjadi saksi bisu penderitaannya selama ini.Bingung harus ke mana, Suri berlari ke bagian belakang mansion, menuju kamar pelayan.Hanya tempat itu yang aman bagi dirinya saat ini. Tidak mungkin ia menuju ke depan mansion karena di sana masih ada Diva, ibu mertua, dan adik iparnya. Dengan tubuh yang gemetar, Suri berhenti di depan kamar Bi Wina. Selama ini, hanya wanita tua yang sudah bertahun-tahun bekerja di mansion keluarga Albantara itu yang pernah menunjukkan rasa simpati padanya. “Bi Wina,” suara Suri terdengar pecah, ia menahan isak. “Bolehkan aku bermalam di sini? Aku tidak ingin kembali ke kamarku.”Bi Wina terkejut dan menatap Suri penuh kebingungan. Namun, melihat mata Suri yang sembap dan memerah, ia bisa merasakan kepedihan yang sedang ditanggung perempuan muda itu. Dengan lembut, Bi Wina mempersilakan Suri duduk di atas tempat tidur kecil di sudut kamarnya.“Nona Suri,

    Last Updated : 2024-10-11
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Berbeda

    Ck!Ucapan Yonas itu membuat Suri mendengus sinis.Sudah jelas, bukan? Romeo lebih memilih menghabiskan waktu bersama Diva daripada pulang dan menyelesaikan masalah rumah tangganya. "Sampaikan pada Romeo," kata Suri dengan nada tajam, "aku hanya minta sepuluh menit waktunya. Sepuluh menit saja untuk menandatangani surat cerai." Yonas terdiam sesaat, lalu berkata hati-hati, "Baik, Nona Suri. Nanti saya sampaikan." Suri tahu, tak ada gunanya berharap banyak.Romeo pasti akan mencari alasan untuk terus mengabaikannya, lalu memadu kasih dengan Diva tanpa rasa bersalah. Tut!Dengan gerakan tegas, Suri memutus sambungan telepon dan meletakkan ponselnya di meja.Ia lalu membuka kopernya sekali lagi.Tangannya terulur, menyentuh sebuah gaun merah anggun yang sudah lama tidak ia pakai.Gaun itu pernah menjadi favoritnya—simbol keberanian dan kekuatan.Namun sejak kehidupannya dengan Romeo berubah menjadi penjara, gaun itu hanya berdiam dalam gelap, seperti dirinya.Suri melepas pakaian

    Last Updated : 2024-11-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sekarang!

    Begitu tiba, Suri berjalan cepat memasuki lobi Hotel Orion.Gaun merah yang ia kenakan berayun mengikuti gerakan tubuhnya, menarik perhatian tamu dan staf hotel.Namun, Suri tidak peduli. Hanya satu hal yang ada dalam pikirannya malam ini—mengakhiri pernikahan dengan Romeo. Ia langsung menuju meja resepsionis dan bertanya, “Di mana letak restoran?” “Di sebelah kanan lobi, Nyonya.”Setelah mendapat arahan dari sang resepsionis, Suri mengayunkan langkah. Begitu sampai di depan pintu restoran, ia berhenti sejenak, mengatur napas. Dari celah pintu kaca, Suri langsung menangkap sosok Romeo yang duduk di meja besar bersama seorang pria berjas hitam. Ia menebak pria itu adalah Tuan Thomas. Sementara di samping Romeo, ada Diva yang terlihat cantik dengan gaun model sabrina berwarna hitam. Suri mencoba menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyergap hatinya. Ia melihat mereka berbincang akrab, seperti tak ada beban. Sejenak, ia ingin berbalik dan pergi, tetapi ia sudah terlalu jauh. Ini buka

    Last Updated : 2024-11-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pertama

    Suri terkejut dan mencoba melawan, tetapi Romeo menggenggam tangannya lebih erat. Ia menyeret Suri keluar dari restoran tanpa menghiraukan tatapan heran para tamu. “Romeo, kamu gila!” Suri berteriak.Romeo terus menariknya menuju lift, lalu menekan tombol ke lantai tujuh dengan terburu-buru. Pintu lift tertutup, mengurung mereka berdua dalam ruang sempit yang penuh dengan ketegangan. “Kenapa kamu melakukan ini?” Suri berbisik, suaranya bergetar antara marah dan takut. Romeo menatapnya dengan mata yang penuh emosi. “Kamu ingin kebebasan, Suri? Kamu akan mendapatkannya setelah kita selesaikan semuanya malam ini.” Suri menelan ludah, hatinya berdegup kencang. Ia merasa terperangkap dalam situasi yang tak terduga. Meski begitu, ia tidak akan membiarkan Romeo menang. Begitu lift sampai di lantai yang dituju, Romeo menarik Suri keluar dan membawanya ke depan pintu kamar. Dengan satu gerakan cepat, lelaki itu menyeret Suri masuk lalu menutup pintu dengan keras. Bunyi pintu yang te

    Last Updated : 2024-11-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Amarah

    Entah berapa lama, Suri tak tahu.Romeo benar-benar tak dapat dicegah sama sekali.Pria itu benar-benar keras, panas, dan tak tertahankan.Tapi begitu memaksa di saat bersamaan.Hal ini sungguh berbeda dari bayangan Suri sebelumnya.Ia selalu membayangkan malam pertamanya dengan sang suami akan begitu hangat dan lembut. Bukan kemarahan seperti ini.Perlahan, Suri merasakan kantuk.Ia terlalu lelah, hingga menyerah.Dibiarkannya Romeo menguasai tubuhnya.***"Arrgh..." erang Suri kala terbangun dengan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya, seolah-olah ia baru saja dilindas truk.Kepalanya terasa berat, dan tubuhnya lemas, seperti kehilangan seluruh energi dan harapannya.Di kamar hotel yang mewah itu, matanya mengerjap beberapa kali kala menyadari kenyataan pahit yang menimpanya—Romeo sudah tidak ada.Suri meremas selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Napasnya terasa berat, seolah-olah ada beban tak terlihat yang menekan dadanya. Ia memaksa dirinya turun dari tempat tidur denga

    Last Updated : 2024-11-07

Latest chapter

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Mempelai yang Tak Bahagia

    Di tengah kesunyian apartemen, Serin duduk sendirian di ruang tamu. Tak ada yang bisa mengalihkan pikirannya dari Jevandro selain musik. Karena itu, Serin memutuskan untuk membuka koper yang sudah lama ia abaikan. Dengan penuh perasaan, gadis itu mengeluarkan celo miliknya yang sedikit berdebu, seolah membebaskan alat musik itu dari penjara panjang yang mengurungnya.Serin meletakkan celo di pangkuannya dengan hati-hati, merasakan beratnya yang familiar. Kemudian, ia memetik busur dengan gerakan lembut.Seiring dengan gesekan pertama pada senar, melodi klasik mulai mengalun di ruang sunyi itu. Nadanya mengalir begitu natural, seolah membawa Serin ke dunia lain—dunia yang hanya ada dalam melodi musik.Ia memainkan bagian pertama dari sebuah lagu yang sudah lama ia kuasai. Membiarkan jari-jarinya menari di atas senar dengan ketelitian yang hanya bisa dicapai oleh pengalaman.Seiring berjalannya waktu, Serin tak bisa menahan konsentrasi yang mulai teralihkan. Tanpa sengaja, wajah Jevand

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kemesraan yang Tak Terduga

    Wangi dari uap teh yang baru diseduh memenuhi dapur apartemen, menyatu dengan harumnya mentega yang mulai meleleh di atas wajan panas. Serin, yang sudah terbangun sejak pukul enam pagi, sedang berdiri di dapur bersama Bi Janti.Meski sudah berulang kali dilarang untuk membantu, gadis itu tetap bersikeras ingin membuat roti panggang. Berdalih agar Bi Janti bisa lebih cepat menyiapkan keperluan Tristan, sebelum berangkat ke sekolah.“Kalau hanya begini, saya masih sanggup, Bi… daripada saya diam saja,” ujar Serin pelan, sambil mengoleskan selai hazelnut ke selembar roti. Gerakannya begitu teratur dan cekatan, menunjukkan bahwa ia sudah terbiasa melakukan pekerjaan dapur. Bi Janti menghela napas, mengalah, walau pandangannya masih khawatir menatap Serin. Perempuan paruh baya itu lantas menuju ke kamar tamu untuk memandikan Tristan.Di tengah kesibukannya, Serin mendengar langkah kaki berat yang mendekat dari arah koridor. Detik berikutnya, sosok Jevandro muncul, masih dalam balutan kaus

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Rasa yang Tumbuh

    Tepat pukul dua belas siang, Jeandra berjalan keluar dari ruang rapat dengan langkah tegap. Ia lebih dulu melangkah menuju lift, tak ingin menoleh ke belakang meski ia tahu dua pria itu—Kenan dan Gavin—masih tertinggal.Jeandra berdiri di dalam lift, merapikan setelan kerja yang tadi sempat kusut karena duduk terlalu lama. Namun, ketika pintu mulai menutup, Kenan dan Gavin masuk menyusul.Jantung Jeandra berdetak lebih kencang ketika Kenan memilih berdiri di sisinya, begitu dekat hingga ia bisa mencium parfum mahal yang biasa digunakan pria itu. Diam-diam, ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan hatinya yang mulai resah.Setiba di lantai kantor eksekutif, Jeandra buru-buru menuju meja kerjanya. Tangannya bergerak membuka wadah makan siangnya, yang sudah disiapkan oleh pelayan mansion sejak pagi. Namun, ia sengaja belum menyentuhnya, menunggu kemungkinan Kenan dan Gavin keluar lagi untuk makan bersama. Tak disangka, hanya Gavin yang keluar—dengan senyum simpul dan ekspresi

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Diam-diam Jatuh Hati

    Sinar matahari yang mulai condong ke barat, mengiringi langkah Serin keluar dari rumah sakit. Gadis itu memakai pakaian sederhana dan scarf tipis yang menutupi lehernya. Tubuhnya masih sedikit lemah, tetapi rona pucat di pipinya mulai tergantikan dengan semburat lembut kehidupan. Di sisinya, berdiri Jevandro—dengan tatapan penuh kewaspadaan. Gerakan tangan lelaki itu sigap dan kokoh, memberikan semacam ketenangan yang sulit dijelaskan.Jevandro sempat melirik ke arah jalanan, memastikan bahwa mobil yang dikemudikan sopir pribadinya sudah terparkir tepat di depan lobi. Ia menggamit lembut tangan Serin, membimbingnya menuju mobil hitam berkelas yang pintunya telah dibukakan sopir.Sesaat setelah keduanya duduk di dalam mobil, Jevandro memerintahkan sopir untuk menjalankan kendaraan. Namun, baru beberapa blok meninggalkan rumah sakit, pria itu tiba-tiba mengangkat tangan, memberi isyarat kepada sopirnya.“Berhenti di toko buah di depan,” titahnya tegas.Serin menoleh ke arah Jevandro de

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jatuh pada Pesonanya

    Hampir satu jam setelah kejadian memalukan tadi pagi, Jeandra duduk dengan tenang di balik meja kerjanya. Ia berusaha menenggelamkan diri dalam laporan-laporan dan data pendukung untuk meeting.Ia merasa sedikit lega—paling tidak Kenan belum juga memanggilnya. Tidak ada perintah, tidak ada ketukan pintu, dan tidak ada suara panggilan lewat interkom. Kedamaian itu memberi ruang bagi Jeandra untuk menata kembali hati dan pikiran. Namun, ketika jarum jam menunjukkan pukul sepuluh lewat lima menit, Jeandra mendengar derap langkah kaki yang mendekat, membuatnya mengangkat wajah.Pintu ruang CEO terbuka lebar, dan keluarlah Kenan dengan penampilan rapi dan ekspersi tenang, diikuti Gavin yang berjalan setengah langkah di belakangnya. Tanpa menoleh, Kenan langsung memberi perintah, nadanya pendek tetapi tegas.“Jeandra, ikut saya ke ruang meeting.”Jeandra pun segera berdiri, mengangguk sopan. “Baik, Pak.”Dengan cekatan, ia mengambil iPad-nya, dua berkas presentasi, pena digital, dan buku a

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pembuktian yang Dinanti

    Tubuh Jeandra tersentak saat menyadari posisinya—ia masih duduk di pangkuan Kenan. Dalam satu gerakan panik, Jeandra segera beranjak dari pangkuan pria itu, berdiri tegak dengan kedua tangan merapikan blazernya.Lekas saja Jeandra menundukkan kepala, enggan bertemu dengan tatapan Gavin yang masih terpaku di ambang pintu. Alhasil, pandangan Gavin beralih pada Kenan, berharap ada penjelasan yang masuk akal dari atasan sekaligus sahabatnya itu. Kenan, dengan sedikit canggung, berdehem pelan sambil pura-pura membetulkan letak dasi yang dipasangkan oleh Jeandra. Ia menggeser kursinya, lalu menatap Gavin dengan wajah datar. “Jangan berpikiran macam-macam,” sangkalnya. “Aku hanya meminta bantuan Jeandra untuk memasangkan dasi. Dia terjatuh karena mendengar kau membuka pintu tiba-tiba.”Nada suaranya seolah ingin mengakhiri spekulasi yang mungkin terlanjur muncul di kepala Gavin.Jeandra mengangguk cepat, membenarkan ucapan Kenan. Kemudian, ia mencari kesempatan untuk bisa pergi dari ruanga

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jatuh di Pangkuannya

    Di mansion keluarga Albantara, langkah Jeandra terdengar tergesa menuruni tangga. Gaun formal berlapis blazer merah yang ia kenakan, berayun ringan mengikuti gerakan tubuhnya. Wajah cantiknya masih segar, siap untuk kembali menjalani harinya sebagai sekretaris Kenan—dengan identitas palsu yang harus terus dijaga.Begitu tiba di ruang makan, Jeandra melihat kedua orang tuanya sudah duduk di meja panjang, ditemani Rakyan yang tengah sibuk menyendokkan sereal ke dalam mangkuk. Aroma roti panggang memenuhi udara, menambah kehangatan pagi itu.Jeandra segera duduk di kursi, mengambil segelas jus jeruk. Namun, belum sempat ia menyeruputnya, suara Suri menggema di ruangan itu."Serin masuk rumah sakit semalam, Jeandra."Gelas di tangan Jeandra nyaris terjatuh. Ia mendongak dengan sorot mata terkejut. "Apa?" tanyanya buru-buru, menatap sang ibu. "Serin sakit apa, Ma?"Suri menatap putrinya, sambil menyodorkan sepotong sandwich dan semangkuk salad segar.“Jevan bilang mata Serin nyeri dan kep

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tidak Boleh Hamil

    Pukul tujuh tepat, Serin terbangun dari tidurnya. Kelopak matanya yang berat bergetar, sebelum akhirnya terbuka perlahan.Sekilas, Serin melihat bias matahari pagi yang menerobos lewat sela-sela tirai. Di tengah kesadarannya yang masih kabur, ia mendengar suara berat yang familiar—suara Jevandro—tengah berbicara melalui telepon di sudut ruangan.Suaranya terdengar tenang, tetapi dari kata-kata yang meluncur, Serin bisa menebak bahwa pria itu sedang berbicara dengan orangtuanya. Pastilah mereka sedang bertanya mengenai kondisinya di rumah sakit.Serin terdiam sesaat, sengaja tidak bergerak hingga Jevandro selesai berbicara. Namun, pintu kamar rawat itu mendadak terbuka, memperlihatkan seorang petugas rumah sakit yang datang dengan senyum ramah. Ia mendorong troli kecil berisi sarapan pagi. Aroma nasi goreng hangat, serta setangkup roti panggang dengan selai stroberi menyeruak memenuhi udara. Membuat perut Serin yang kosong langsung mengerut lapar.Jevandro segera mengakhiri teleponnya

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Hanya Kita Berdua

    Dalam keheningan kamar VIP, perlahan-lahan kelopak mata Serin mulai bergetar, seakan berusaha menembus kabut kesadaran yang berat. Dengan napas yang masih lemah, ia membuka mata, beradu dengan cahaya menyilaukan yang menyambutnya.Dunia yang awalnya samar-samar menjadi kian jelas di hadapannya. Aroma antiseptik serta rasa berat pada tangan kirinya, segera memberi petunjuk pada Serin bahwa ia tidak lagi berada di kamar apartemen.Kesadarannya yang telah pulih, membawa Serin pada sebuah pemandangan yang membuat jantungnya berdegup kencang. Bagaimana tidak.Di sampingnya, dalam pelukan yang masih erat, seorang pria terlelap dengan napas teratur.Jevandro Albantara.Pria itu tampak berbeda dari sosok CEO dingin dan dominan yang biasa ia kenal di kantor. Kini wajahnya terlihat damai, tenang, bahkan hampir mengundang rasa kasihan, dengan jejak kelelahan yang membayang di garis rahangnya yang kokoh.Serin membeku beberapa detik, tubuhnya kaku antara rasa malu dan terkejut.Dengan gerakan seh

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status