Share

Paksaan

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2024-10-10 22:41:36

Suri menghela napas.

Kenapa ia harus bertahan selama ini? Romeo jelas tidak mencintainya dan akan selalu memilih Diva. Tanpa bisa dicegah, air matanya akhirnya kembali mengalir.

Akan tetapi, Suri menahan diri agar tak bersuara. Ia takut tangisannya didengar oleh orang-orang di mansion yang justru akan menertawakan kelemahannya. 

Tapi ia berjanji....

Setelah ini, ia tak akan menangis lagi.

Kriet!

Pintu kamar mendadak terbuka, menampilkan Romeo di sana. Suri sontak berdiri dan mendekatinya–berharap bisa menyelesaikan semua masalah malam ini.

Hanya saja, suara berat Romeo mengisi ruangan lagi-lagi mengecewakannya. “Aku akan mengantar Diva pulang ke apartemennya karena sudah malam. Aku akan kembali secepatnya ke sini.”

“Tapi, aku ingin membicarakan perceraian kita segera,” tuntut Suri.

"Apa maksudmu?" Romeo menyipitkan matanya, “apa kau cemburu dengan Diva?”

Suri menarik napas panjang, seolah mengumpulkan keberanian yang tersisa. "Bukan hanya itu. Yang jelas, aku sudah menghubungi pengacaraku," katanya tanpa ragu. "Beberapa jam lagi, kita akan menandatangani surat cerai.”

Romeo tampak terpaku. Mata laki-laki itu membesar, bibirnya setengah terbuka. “Apa kamu ingin membuat lelucon untuk menarik perhatianku?”

"Kita akan bercerai, Romeo," ulang Suri dengan tegas. "Aku tidak bisa terus hidup dalam kebohongan ini."

Sejenak, keheningan menyelimuti ruangan. Lalu,

tiba-tiba Romeo melangkah cepat ke arah Suri, matanya penuh amarah. Sebelum Suri sempat bereaksi, Romeo telah meraih lengannya dan menekannya ke dinding dengan kuat. Tubuh Suri yang ringkih terhantam pelan di dinding, membuat dadanya terasa sesak.

"Berani sekali kamu minta cerai dariku. Apa kamu sudah punya laki-laki lain yang bisa memberimu kepuasan, hah?"

Deg!

Suri terperangah mendengar tuduhan sepihak itu. Matanya mulai mengembun akibat penghinaan yang dilontarkan Romero. Dengan suara serak, ia membalas perkataan pria itu. "Bukankah kamu yang mencintai wanita lain? Kenapa kamu menuduhku?"

Pria bermata hazel itu melepaskan genggamannya pada lengan Suri, tetapi tatapan marah masih terpancar dari wajahnya.

Romeo melangkah mundur, mencoba mengendalikan emosinya yang meledak-ledak. "Kamu pikir bisa meninggalkan aku begitu saja?"

Suri menegakkan tubuhnya, berdiri kaku di hadapan Romeo meski hatinya terasa hancur. Meski demikian, pandangannya tajam, tak goyah oleh tatapan murka suaminya.

Setiap kata terasa berat, tetapi sudah terlampau lama ia menahan semuanya. "Aku tidak perlu persetujuan darimu, Romeo," kata Suri dengan bibir bergetar. "Kita harus mengakhiri pernikahan yang penuh sandiwara ini.”

Romeo tertawa sinis, lalu memandang Suri dengan tatapan menghunus. "Apa kamu mampu bertahan sendiri di luar sana tanpa bantuan dariku?"

"Aku bisa hidup mandiri. Lagi pula, kamu akan menikahi Diva dan sudah menghabiskan malam bersamanya. Tidak ada gunanya kamu menahanku di sini," kata Suri sambil memandang Romeo dengan tatapan yang penuh luka.

Romeo mendengus, matanya menyipit tajam, penuh amarah yang hampir tak terkendali. Ia kembali mendekat, langkahnya terlihat mantap dan berbahaya.

Lelaki itu tersenyum sinis, lalu merengkuh erat pinggang Suri dengan lengan kekarnya. "Kamu pikir aku meniduri Diva?" Suaranya merendahkan, hampir seperti hinaan.

Setiap kata dari Romeo seperti racun yang menyusup ke dalam jiwanya. Namun, ia menolak untuk bereaksi dengan emosi yang serupa. “Aku tidak peduli. Entah kamu menyentuhnya atau tidak, itu tidak penting. Kamu bebas bersama Diva, atau siapapun yang kamu inginkan.”

“Tidak peduli?” desis Romeo. Wajahnya kini begitu dekat hingga napas hangatnya menerpa kulit Suri.  “Kalau kamu ingin disentuh, maka memohonlah. Mungkin, aku akan merasa kasihan padamu dan mengabulkannya.”

Suri membeku sejenak, merasa harga dirinya runtuh oleh kata-kata Romeo.

Namun, dia mengepalkan tangan, berusaha mengendalikan diri.

Suri tidak ingin menunjukkan kelemahan di hadapan pria yang selama ini ia cintai dalam diam.

Hanya saja, Suri tak menyangka bila Romeo justru meraih pinggangnya dan menghapus jarak antara keduanya.

“Emmmph ….”

Pria itu langsung meraup bibir Suri dengan paksa sembari menatapnya tajam penuh kemarahan.

Bahkan, tangan dingin pria itu mulai masuk dan menyentuh punggung telanjang Suri!

Sensasi yang tak pernah dirasakan Suri membuatnya merinding.

Namun sekuat tenaga, wanita itu menolaknya.

Bahkan, Suri sampai menggigit bibir Romeo hingga ciuman mereka terlepas. 

Tak ayal, darah segar pun mengalir dari bibir Romeo. "Kau---"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ros
Bagus. Lawan si Romeo. Dasar laki2 brengsek. Masa selama 2 thn ga pernah menyentuh Suri. Dan suri menerima ditindas suami dan ibu mertua nya, juga adik romeo. Keluar dr rmh, biar pengacara yg mengurus nya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Keputusan Besar

    Ketegangan yang menggantung di ruang makan itu baru sedikit mengendur, ketika Suri membuka pembicaraan. Nadanya lembut, ibarat embun yang turun di tengah musim kemarau.“Bagi kalian, pengakuan Jeandra ini pasti sangat mengejutkan,” ucap Suri, “tapi Mama mohon, cobalah memahami posisi Jeandra.”Jeandra masih menunduk, berusaha menyatukan kekuatan yang hampir tercerai.“Dia tidak pernah berniat menyembunyikan apa pun dari kita. Hanya saja, pernikahan itu bukan direncanakan, melainkan dipaksa pleh keadaan. Jeandra dan Kenan pernah terjebak di desa saat terjadi tanah longsor. Warga di sana… memaksa mereka menikah demi menjaga nama baik.” Suri menoleh pada putrinya, lalu menyentuh lengan Jeandra dengan kepedulian seorang ibu. “Jea, sekarang giliranmu menjelaskan.”Jeandra menarik napas panjang—dalam, bergetar—seakan mengumpulkan semua keberanian yang tersisa di dasar hatinya. Dengan suara terbata, ia mulai menceritakan setiap detail kisahnya bersama Kenan.Sepanjang Jeandra berbicara, ta

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Aku Sudah Menikah

    Di mansion keluarga Albantara, jantung Jeandra berdetak kencang bak lonceng yang dipukul dengan kencang—nyaring, gelisah, dan tak beraturan. Entah sudah berapa kali ia melirik jam dinding yang menggantung di ruang tengah. Semakin dekat dengan angka tujuh, tekanan di bahunya terasa semakin berat. Daripada dirundung oleh kekalutan, Jeandra memilih meraih tangan mungil Tristan yang sedang bermain mobil-mobilan di karpet. Bocah lima tahun itu menatapnya dengan mata berbinar. Tanpa ragu, Tristan membiarkan tangannya digenggam, mengikut ke mana pun Jeandra membawanya."Ayo, ke ruang makan, Kakak temani," ujar Jeandra lembut, mencoba menenangkan dirinya sendiri lewat kebersamaan dengan keponakan Serin yang polos.Setelah memastikan Tristan duduk rapi di kursi makan yang cukup tinggi, Jeandra segera bergabung dengan sang ibu. Suri tengah sibuk mengatur susunan piring dan gelas. Menu spesial khas masakan rumahan tampak sudah berjajar cantik di atas meja makan. Jeandra kemudian ikut menyibukk

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Bicaralah Padaku

    Serin hendak melangkah ke kamar mandi untuk bersiap. Namun sebelum sempat mengangkat kakinya, jemari Jevandro telah mencengkeram lengannya dengan lembut. Lelaki itu menyusul langkah Serin, lalu menghentikannya dengan sorot mata yang tak dapat ditebak.“Tidak usah ke sana,” ucap Jevandro, dengan nada rendah. “Bersiaplah di kamarku saja. Mulai malam ini, kita akan tidur bersama.”Serin menatapnya sekilas, sebelum kembali menunduk. Tidak ada sepatah pun kata yang keluar dari bibirnya. Sejak insiden di kampus, Serin lebih banyak menahan perasaan yang tak tahu ke mana harus ditumpahkan. Ia menutup bibir rapat-rapat, seakan kata-kata tak lagi sanggup menjembatani jarak di antara mereka.Tanpa membantah, Serin mengambil perlengkapan riasnya dan membalikkan tubuh dengan gerakan tenang. Langkahnya terarah menuju kamar Jevandro, seperti boneka yang digerakkan oleh perintah tak tertulis. Di belakangnya, Jevandro menghela napas panjang, Ia merasa frustrasi karena kediaman Serin ibarat cermin ya

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Mengagumi Istri

    Pengakuan Jeandra bagaikan petir yang menyambar di siang hari. Suri membeku di tempat, pandangannya menatap lekat wajah cantik Jeandra. Tubuh Suri menegang, seakan tak percaya dengan kalimat yang baru saja menggema di udara.Naluri keibuannya masih belum sanggup menerima, bahwa putri yang selama ini ia peluk dalam kasih sayang, telah membuat keputusan sebesar itu—dan diam-diam pula. Dengan napas tertahan, Suri memegang kedua bahu Jeandra, menatap lurus ke matanya untuk mencari kebenaran.“Jeandra, kamu bercanda, kan? Ini… tidak mungkin… Bagaimana sampai kamu menikah dengan Kenan?”Jeandra menatap ibunya dengan pandangan teduh, tetapi tak luput dari kegelisahan yang membayang di matanya. Ia menggenggam tangan Suri erat, lalu menggeleng lembut. “Aku sangat serius, Mama. Tidak ada bagian dari ini yang pantas untuk dijadikan candaan."Suara Jeandra mulai terputus-putus oleh rasa malu yang mengendap di tenggorokannya. Ia berusaha menyusun kata dengan hati-hati, karena yang hendak ia ceri

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pengakuan Jeandra

    Matahari belum tinggi ketika Jeandra memacu mobilnya, menembus jalanan menuju kediaman keluarga Albantara. Di balik kemudi, pikirannya tak henti berputar, penuh harap dan cemas, seperti ombak yang datang dan pergi menghantam pantai. Jemarinya sesekali menggenggam kemudi lebih erat. Di dalam hati, Jeandra memanjatkan doa, semoga semuanya berjalan sesuai harapan. Semoga tidak ada badai baru yang menggulung kebahagiaan yang tengah ia perjuangkan.Ketika mobilnya memasuki halaman depan mansion, Jeandra menarik napas panjang, seakan ingin menenangkan riak emosi yang menderu di dalam dada.Setelah memarkirkan mobil, ia turun dengan kepala tegak biarpun hatinya tengah bergolak hebat. Langkah Jeandra membawanya ke koridor utama mansion, hingga akhirnya berhenti di depan kamar utama orangtuanya. Pintu kamar itu terbuka lebar, dan dari balik celah, ia bisa melihat sang ayah sedang berdiri di depan cermin. Sementara ibunya sedang merapikan jas biru tua yang akan dikenakan sang suami dengan pen

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Berpisah untuk Bersatu

    Menjelang senja, Jeandra dan Kenan sudah meninggalkan gedung perkantoran Pradipta Group. Di dalam mobil, Jeandra menyandarkan kepala pada kaca jendela, menatap lalu lintas yang padat.Di sebelahnya, Kenan memutar kemudi dengan santai, sesekali melirik sang istri dengan senyum menggantung di sudut bibir.“Sebelum pulang, kita mampir dulu ke supermarket,” ujar Jeandra sambil menoleh. “Aku ingin memasak makan malam.” Kenan mengangkat alis, penuh ragu. “Tuan putri keluarga Albantara bisa masak?”Merasa diremehkan, Jeandra berkacak pinggang dengan gaya penuh percaya diri. “Kamu akan tahu setelah aku terjun ke dapur. Mamaku sangat ahli dalam hal memasak dan dia mengajariku secara langsung.”“Pantas saja dulu Om Sagara jatuh cinta pada mamamu. Ternyata bukan cuma cantik, tapi juga punya banyak keahlian,” puji Kenan.“Iya,” Jeandra mengangguk, senyum kecil menyelip. “Sayangnya, yang menang waktu itu tetap Papa.”Kenan menoleh cepat dan terkekeh. “Tapi sekarang aku yang menang, karena berhas

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sebatas Pemuas Ranjang

    Serin berdiri terpaku di ujung ranjang, lututnya gemetar, seakan terpaku di lantai marmer yang dingin. “S-sya pergi ke Universitas Asta Mandala untuk mendaftar kuliah, persis seperti yang saya katakan,” jawabnya gugup, jarinya menekap tepi rok hitam hingga kusut.Jevandro merengkuh napas dalam, sebelum berjalan mendekat. Langkahnya berat tetapi presisi, tiap pijakan kian mengikis jarak di antara mereka. “Hanya itu?” tuntutnya, nada rendah menggigit.Tatapan membara dari mata hazel Jevandro menyelam ke iris Serin. Gadis itu mundur setapak demi setapak hingga betisnya bersentuhan dengan kasur king size. Tak ada ruang yang tersisa untuk menghindar.Jevandro menunduk, bayangan kelam mematri garis keras rahangnya. “Jawab aku, Serin,” desisnya. Napas hangat Jevandro terembus hangat di atas kening gadis itu. “Benarkah kau hanya mendaftar kuliah? Setelah keluar dari kampus, ke mana kau pergi?” tanya Jevandro dengan nada tinggi.Tubuh Serin menggigil dalam keraguan dan ketakutan. Melihat su

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Membuatnya Jera

    Tak tahan melihat pemandangan di depannya, Jevandro pun meninggalkan kafe itu. Kopi pahit yang tak tersentuh masih mengepulkan aroma di mejanya. Di dalam hati Jevandro tumbuh satu ikrar gelap : ia akan membuat Serin jera mendekat pada lelaki mana pun selain dirinya. Emosinya mengeram, menunggu waktu untuk meledak ketika mereka kembali bertatap muka di apartemen.Sementara itu, di bawah payung yang mulai merunduk diterpa angin, Serin menepuk bibirnya dengan tisu terakhir. “Terima kasih, Kak Luis. Aku benar-benar kenyang,” ujar Serin, tersenyum tulus. Luis menyelipkan dompet ke saku celana, menatap Serin dengan sorot mata penuh sayang. “Kamu sekarang tinggal dengan siapa, Serin? Masih bersama ibu tirimu?”Jemari Serin teranyam gugup di pangkuan. “Aku tinggal bersama suamiku di apartemen. Aku… sudah menikah." “Menikah? Kenapa?” Luis memelankan nada, iris matanya melebar seketika. “Kamu masih terlalu muda, Serin.”Gadis itu menunduk dan menatap pasir buatan yang ada di bawah kakinya.

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tidak Boleh Bersama Pria Lain

    Di balik penampilannya yang menawan dan tatapan matanya yang tenang, Jeandra berusaha memusatkan perhatian. Dia harus menyeimbangkan perannya sebagai sekretaris CEO dan sebagai istri yang sedang bersiap melepaskan jabatannya.Jeandra duduk di balik meja kerjanya dengan punggung tegak dan jemari yang cekatan menari di atas papan ketik. Kertas-kertas tertata rapi, jadwal rapat sudah tersusun, dan balasan email sudah ia kirimkan. Tidak ada satu pun tugas yang tertinggal.Namun, satu hal tak luput dari perhatiannya: Gavin.Asisten pribadi Kenan yang biasanya santai dan bersahabat, hari ini seperti berubah menjadi patung berjalan. Berkali-kali lelaki itu keluar-masuk ruang kerja Kenan dengan ekspresi yang sulit dibaca. Setiap kali melewati meja Jeandra, ia hanya menundukkan kepala singkat, memberikan anggukan sopan tanpa satu kata pun terucap.Jeandra mengerutkan kening. Tidak biasanya Gavin bersikap sungkan begini. Ia menatap punggung lelaki itu yang menghilang di balik pintu, lalu menari

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status