Share

OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU
OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU
Author: sasmitajeni89

Lumpuh

"Obatnya sudah kamu kasih?"

Sarah mendengar suara suaminya yang sedang melangkah masuk kedalam kamar.

"Sudah, dia sekarang sudah tertidur," jawab suara wanita yang tak lain adalah suster Karin yang masih berada di sebelahnya.

Sarah memang sering mengalami sakit kepala yang hebat. Selama ini dia ditemani mbak Dian, tetangga. Yang tak jauh dari rumahnya. Hanya saja, sudah seminggu ini sakit di kepala Sarah semakin menjadi, bahkan dia juga sering pingsan. Tubuhnya juga sangat lemah. Oleh karena itu suaminya, Fandi, meminta suster Karin untuk menjaganya di rumah.

Pagi ini Sarah baru saja usai minum obat yang diberikan oleh suster Karin. Biasanya, pengaruh obat membuatnya mengantuk dan tertidur. Karena dengan tidur sakit di kepalanya terasa berkurang. Tapi, berbeda dengan hari ini. Dia sudah berusaha untuk memejamkan matanya namun tetap saja ia tidak bisa tidur.

"Kamu cantik sekali hari ini." kata-kata yang keluar dari mulut seorang lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu membuatnya membuka mata sedikit.

Samar-samar Sarah melihat Fandi mendekat ke arah suster Karin, mencolek dagunya lalu mencium b***r wanita itu dan setelahnya mereka bercumbu mesra.

Dada Sarah terasa sesak melihat adegan tersebut. Ingin sekali dia berteriak dan bangkit dari untuk memberi perhitungan kepada suaminya yang telah lancang bermesraan dengan wanita lain didepannya. Tetapi, mulut dan persendiannya terasa kaku. Bahkan kakinya sangat sulit untuk digerakkan.

"Sayang, kamu berjanji kan akan segera menikahiku?" tanya suster Karin dengan tangannya bergelayut manja di leher Fandi.

"Iya Sayang. Setelah wanita ini dikuburkan, aku akan segera menikahimu."

"Aku percaya padamu. Hari ini aku telah memasuki misi kedua. Aku mulai memberikannya obat pelemah saraf."

"Kamu benar-benar bisa diandalkan." Fandi membawakan Karin ke pelukannya.

Sarah sangat terkejut mendengar ucapan suaminya, ia tak pernah menyangka akan hal itu, 'jadi selama ini mas Fandi memang mengharapkan kematianku, itulah sebabnya ia tidak pernah mau membawaku ke rumah sakit.'

"Sayang, aku harus pergi pagi ini." Karin mendorong sedikit dada Fandi dari dirinya.

"Kemana?" tanya Fandi menatap wajah Karin.

"Kan aku sudah bilang kemarin, aku mau pulang kampung karena ibu sakit."

"Ya, pasti aku bakalan kangen banget."

"Nggak lama kok, paling juga seminggu."

"Itu lama banget, Sayang." Fandi kembali menyerang Karin dengan ciuman yang bertubi-tubi.

"Sayang, kamu minta jatah lagi? Kan tadi malam udah."

"Kamu terlalu seksi, Sayang. Membuatku selalu tergoda."

Hati Sarah semakin sakit mendengar percakapan dan melihat perbuatan mereka. air matanya mengalir, tapi kedua jahanam itu tidak mengetahuinya sama sekali. Mereka keluar kamar untuk meneruskan aktivitasnya.

Sementara di kamar Sarah terus berusaha untuk bergerak, namun tetap saja ia tidak bisa. Hanya air mata yang terus mengalir bahkan untuk menghapusnya saja ia tidak bisa.

Sarah terus menggerutuki kebodohannya, sekarang ia tidak bisa berbuat apa-apa saat suaminya berlaku seperti binat**ng di hadapannya.

'Bodohnya aku selama ini, apa yang harus aku lakukan, bagaimana bisa aku membalas dan memberi pelajaran untuk mas Fandi dengan keadaanku yang seperti ini.'

'Wanita itu tadi bilang dia akan pulang kampung, berarti mulai besok Mbak Dian akan kembali menjagaku. Mungkin aku bisa minta tolong padanya,' batin Sarah terus berharap.

*

Pukul 12.30, Fandi masuk ke kamar untuk melihat kondisi Sarah.

"Waktunya minum obat lagi, Sayang." Fandi membawakan segelas air serta pil di tangannya.

Sarah tidak punya cara lain, selain berpura-pura tidur. Ia kembali memejamkan mata dengan rapat.

"Sayang, bangun yuk. Minum obat lagi biar cepat sembuh." Fandi menepuk pelan pipi Sarah.

'Sarah masih tertidur sampai saat ini. itu artinya, pengaruh obat yang ini lebih hebat dari pada sebelumnya. Haha, bersiap-siaplah sebentar lagi kamu akan pergi untuk selamanya," batin Fandi sambil membayangkan ia akan segera menikah dengan pujaan hatinya.

"Aku kira nggak ada orang tadi." Suara itu membuyarkan lamunan Fandi, sekaligus membuat kaget Sarah. Karena ia merasa tak asing dengan sang pemilik suara.

"Kamu disini?" tanya Fandi tersenyum kepada wanita yang baru saja datang.

"Iya, bagaimana keadaan Sarah?" tanya wanita itu lalu duduk di samping Sarah.

Hati sarah sedikit lega setelah tahu yang datang beneran Nesya. Ya, Nesya sahabat dekat Sarah yang memang satu kantor dengan Fandi.

Sarah merasa bahagia, ia yakin tuhan akan menolongnya sekarang. Dengan datangnya Nesya ia bisa minta bantuan pada sahabatnya itu.

"Seperti yang kamu inginkan, terbaring lemah dan tak berdaya." Fandi mendekat ke arah Nesya, lalu menyelipkan anak rambut panjang wanita itu ke belakang kupingnya, bola mata Fandi pun tak lepas memandang wajah cantik di hadapannya.

Nesya tersenyum, "Tinggal selangkah lagi."

"Sedikit lagi, Sayang. Tadi pagi Karin sudah memberikan dia obat pelemah saraf."

"Apa?!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status