Share

Cukup Terkejut

"Apa?!" Nesya terkejut.

"Iya, kenapa terkejut begitu? Bukankah itu yang kamu inginkan."

"Iya, tapi kenapa terlalu cepat? Kita kan masih membutuhkan tanda tangannya. Walaupun sekarang dia sudah bangkrut tidak punya uang banyak lagi. Kan dia masih punya Villa dan perkebunan teh yang masih lumayan buat kita jual." Nesya mendengus kesal.

Lagi-lagi Sarah dibuat kaget. Bahkan kali ini dia sangat terkejut mendengar niat busuk sahabatnya.

Tak percaya tapi itu kenyataannya, sahabat yang sudah dianggapnya seperti saudara sendiri ternyata mempunyai niat sejahat itu. Bukan hanya harta yang diinginkan bahkan suami pun juga.

'Sebodoh itukah selama ini? Sampai tidak menyadari kalau sedang dikelilingi oleh manusia-manusia berhati iblis.'

Sepeninggal ayahnya semua harta warisan jatuh ke tangan Sarah. Lalu perusahaannya ayahnya di kelola oleh Fandi dengan jabatannya sebagai direktur utama. Tetapi, itu tidak berlangsung lama karena om Anwar adik dari sang ayah datang mengatakan kalau almarhum ayah banyak meninggalkan hutang. Sehingga semuanya perlahan hilang yang tersisa hanyalah rumah, villa dan perkebunan teh.

"Aku juga tidak tahu kalau Karin akan memberikannya sekarang. Ternyata pengaruh obatnya sangat cepat. Buktinya sekarang Sarah masih tertidur."

"Makanya aku suruh perlahan. Sudah, mulai sekarang jangan berikan dulu obat yang ini. Berikan saja seperti biasanya, karena bagaimanapun kita masih membutuhkannya."

"Baiklah Sayang, maafkan aku."

"Padahal aku datang kesini untuk memberikan kabar bahagia sama kamu. Kita akan liburan ke Bali selama dua minggu. Tapi sekarang mood-ku jadi hancur."

"Sayang, maafkanlah."

"Baiklah, tapi besok kamu ikut aku bersamaku dan Jangan lupa transfer 15 juta."

"Tidak masalah, apa sih yang enggak buat kamu."

"Benarkah? Kamu tidak pernah bermain dengan Karin di belakangku kan?"

"Ya enggaklah Sayang, semua aku jalani sesuai rencana yang sudah kamu susun."

"Awas ya, kalau pake hati. Entar, kamu ada perasaan lagi sama dia."

"Mana mungkin Sayang, gadis kampung seperti itu bukan tipe ku," ucap Fandi lalu mencium kening Nesya dilanjutkan dengan tangannya yang mulai nakal.

"Sayang, bau acem. Mandi dulu gih kalau mau. Nanti aku layani sampai puas."

Fandi tersenyum mendengar ucapan kekasihnya. Dia tahu kalau Nesya sudah berkata begitu dirinya akan mendapatkan kepuasan yang lebih.

Setelah Fandi berlalu, Nesya tersenyum sinis ke arah Sarah.

"Sungguh malang sekali nasibmu sekarang Sarah, tidak lama lagi semua yang kamu miliki akan jadi milikku," bisiknya ke telinga Sarah.

*

*

*

Pagi-pagi sekali Fandi sudah terlihat rapi, sesuai rencana dirinya akan berlibur ke Bali bersama Nesya.

"Assalamualaikum," sapa seorang wanita di luar rumah.

"Kebetulan mbak Dian datang. Saya sudah hampir terlambat ke bandara," ucap Fandi lalu mempersilahkan Dian masuk.

"Kondisi Sarah semakin memburuk Mbak, tapi walau bagaimanapun saya harus pergi ke luar kota karena urusan pekerjaan ini sangat penting. Aku titip Sarah ya Mbak, jaga dia baik-baik dan jangan lupa berikan dia obat secara rutin."

"Saya sudah belikan bubur untuk Sarah, nanti habis makan langsung berikan dia obat. Soalnya tadi malam sakitnya kambuh lagi."

"Ya Allah, kenapa tidak dibawa ke rumah sakit saja, Pak?" tanya Dian setelah melihat kondisi Sarah.

Mendengar ucapan Dian, wajah Fandi mendadak tak suka, "Saya sedang sibuk Mbak. Jangan pernah mbak coba-coba untuk membawanya ke rumah sakit tanpa seizin saya. Karena saya sendiri yang akan membawakan dokter dari luar negeri untuk istri saya."

"B—baik Pak."

"Bagus! Dan ingat, jika suster Karin kembali bilang kalau saya sedang tugas ke luar kota." Dian mengangguk mengerti.

Dian mengantarkan Fandi ke depan sambil membawa kopernya. Setelah mobilnya tak terlihat lagi Dian pun kembali masuk, sesuai perintah dia memberikan obat kepada Sarah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status