Share

Chapter 2

Author: Dewa Amour
last update Last Updated: 2025-10-25 09:57:55

"Taksi!"

Malam kian merangkak larut. Mungkin pesta sedang sangat meriah saat ini. Bisa saja sesi dansa berpasangan sedang berlangsung di sana. Membayangkan meriahnya pesta perusahaan, hati Elsa jadi sedih.

Sambil berdiri di tepi jalan kota yang tak jauh dari Hotel California, ia merajuk sambil menunggu taksi melintas.

Benar-benar miris sekali nasibnya. Padahal dia istri dari CEO Group Parker yang tersohor. Tak sepantasnya dia terbuang seperti ini.

Mestinya malam ini dia mengenakan gaun sutra yang mewah. Bisa saja gaun yang Landon pesan khusus untuknya. Dia akan jadi pusat perhatian para tamu di pesta, lalu berdansa mesra dengan Landon.

Sialnya semua itu cuma mimpi bagi Elsa.

"Hei, Nona? Saya harus antar Anda ke mana?"

Elsa tersentak dari lamunannya, sopir taksi sedang menatapnya heran sambil duduk menghadap kemudi mobil.

Elsa segera mengangguk. "Iya, Pak! Antar saya ke Bungalow Parker!"

"Bungalow Parker? Apa Nona bekerja di sana?" Sopir taksi bertanya lagi setelah Elsa duduk di kursi penumpang.

Bekerja?

Elsa terdiam.

Mungkin sopir taksi berpikir, jika dia bekerja di rumah Landon sebagai pelayan. Sial! sebagai seorang istri CEO, dia sama sekali tidak mencolok!

"Nona sudah lama bekerja di sana? Kalau ada lowongan, tolong ajak keponakan saya. Setelah lulus S1, dia cuma jadi beban." Sopir bicara lagi sambil mengemudikan mobil.

Elsa menarik nafas dalam-dalam. Sopir itu pasti menganggapnya pelayan. Dia bisa saja marah, tapi bibirnya terasa terkunci. "Hm, sebenarnya aku nggak kerja di bungalow itu," jawab Elsa perlahan.

Sopir terkesiap. "Oh, iya? Lantas mau apa kau ke sana? Apa mau minta sumbangan?"

Mendengarnya hati Elsa jadi jengkel. "Hei, aku ini istrinya Tuan Muda Landon! Putra tunggalnya Tuan Parker! Enak saja kau bilang aku mau minta sumbangan! Aku bahkan sudah tinggal di rumah itu selama lima bulan! Lima bulan, kau tahu?!"

Mendengar ocehan gadis itu sopir taksi tertawa geli. "Kau itu kalau mabuk jangan ngaco deh! Mana mungkin istrinya Tuan Landon tampangnya macam kau begitu? Mimpi saja kejauhan!" katanya meremehkan.

Elsa jadi sebal. Namun percuma juga dia terus berdebat dengan sopir taksi. Itu hanya akan membuatnya semakin terlihat rendahan.

"Setahu saya, istrinya Tuan Landon itu tinggal dan bersekolah di luar negeri! Kenapa kau tidak bercermin dulu sebelum membual?" Sopir geleng-geleng sambil tersenyum geli.

Hati Elsa terbakar amarah dibuatnya. Namun sebelum dia memaki Pak Tua itu, mobil tiba-tiba saja dihentikan. Dia jadi kaget dan heran.

"Ada apa? Kok berhenti di sini?" tanya Elsa.

Sopir tidak menjawab. Ia cuma menunjuk ke depan dengan dagunya. Terlihat oleh Elsa mobil Mercedes hitam yang memblokir jalan. Apa mereka para bandit? Tidak mungkin mobilnya sebagus itu!

Seorang pria keluar dari mobil itu seraya menyalakan api rokoknya. Mata Elsa terbelalak melihatnya.

Itu Landon?

"Seret dia keluar!"

Dua orang pengawal segera maju setelah mendapat perintah. Sementara Landon cuma duduk di bagian depan mobil mewah itu sambil sibuk dengan rokoknya.

"Hei, keluar kau!"

Kaca mobil dipukul-pukul. Sopir taksi mulai panik. Ia melirik ke belakang di mana Elsa juga tampak sedang ketakutan.

"Cepat keluar, Nona Elsa!"

Para pengawal mulai bersikap kasar. Jika Elsa tidak segera keluar maka mereka bisa saja membakar mobil taksi itu.

"Nona, cepat temui mereka!" Sopir taksi memohon pada Elsa.

Meski ragu gadis itu mengangguk. Sopir segera tancap gas setelah Elsa menutup pintu dari luar. Melihatnya dari jarak sekitar lima meter, Landon tersenyum penuh misteri.

Dijatuhkan puntung rokok di tangannya, lalu Landon menginjak benda itu dengan pantofel mewahnya. Dengan gagah ia berjalan menuju pada Elsa. Tangannya menyambar sebuah benda tumpul yang sedang dipegang oleh seorang pria.

Bug!

Bug!

"Uhuk!Uhuk!"

Elsa batuk-batuk, tubuhnya sudah tergolek di tanah berdebu. Ia tak bertenaga lagi setelah Landon memukulinya dengan membabi buta. Sementara tiga orang pria tetap berdiri mengelilingi dan menonton aksi gila bos mereka terhadap istrinya.

Burung malam yang hinggap di dahan kering pohon pinus melihat segalanya, perbuatan keji orang-orang itu terhadap Elsa.

Mereka menyiksa seorang gadis tanpa belas kasih. Elsa memiliki tubuh yang amat kecil dan lemah, mana mampu ia melawan para iblis itu.

Matanya yang berdarah terangkat berusaha menggapai wajah pria itu. Sinar lampu mobil menyoroti tubuh tinggi Landon. Seringai penuh kepuasan terbit di bibirnya.

"Wanita busuk! Atas perintah siapa kau datang ke pesta ku, hah?!"

"Arkh!"

Wajah penuh luka dan darah itu terpaksa mendongak saat genggaman kuat Landon menjambak rambutnya yang lembab dibasahi darah. Elsa meringis kesakitan. Matanya beruasha mengincar tatapan pria itu.

"Aku cuma ingin berikan ini ..."

Elsa merogoh ke saku blazer merah yang dikenakan, lalu menunjukkan secarik kertas ke wajah Landon dengan jari gemetaran.

Dengan cepat Landon menyambar kertas itu lalu merobek-robeknya. "Persetan! Kau mestinya tahu di mana posisimu! Kau sangat jelek dan tak punya otak! Kau tak pantas menjadi istri seorang Parker, apalagi muncul di pesta ku!" Ia berteriak ke telinga Elsa, satu detik sebelum melempar gadis itu ke tanah.

Debu-debu berterbangan saat tubuh lemas Elsa ambruk di antara rerumputan kering. Di bawah kesadaran yang kian memudar ia mencoba menangkap bayangan tinggi yang mulai menjauh darinya.

"Landon, tunggu aku ... jangan tinggalkan aku ..."

Dia berkata dengan suara yang tercekat di tenggorokan. Tangannya yang berlumuran darah terangkat seolah memanggil pria itu untuk kembali.

Landon mungkin tidak tuli, tapi dia tidak akan berbalik meski mendengar rintihannya.

Pria itu sangat kejam dan psikopat. Elsa tidak tahu banyak tentang Landon. Mereka menikah begitu saja setelah asisten Landon memberikan banyak uang kepada orang tua angkatnya.

Tidak ada kata romantis yang pernah Landon ucapkan padanya. Bahkan malam pernikahan yang semestinya penuh gairah dan cinta, harus Elsa lalui dengan penyiksaan dan tangisan kesakitan.

Setelah menikah, Landon mengurung Elsa di sangkar emas yang disebutnya Bungalow Parker--rumah mewah puluhan juta dolar yang menurut Elsa bagaikan neraka.

Elsa hanya gadis dari desa kecil yang terisolasi dari gemerlap kota. Pendidikannya yang minim membuat Elsa kesulitan memahami apa yang sebenarnya sudah terjadi padanya.

Menjadi istri seorang CEO muda, kaya raya dan tampan, Elsa pikir dia akan bahagia bersama Landon. Nyatanya hanya hinaan dan kekerasan yang ia terus rasakan.

Tidak mungkin Landon jatuh cinta padanya saat pertama kali melihatnya di festival kembang api, seperti ucapan asistennya sewaktu menemui Elsa.

Semua itu bohong! Landon tidak pernah mencintainya! Semuanya omong kosong!

Namun mengapa Landon menikahinya, lalu menyiksanya?

Apa salahnya?

Apa karena dia jelek dan tak punya gelar? Jika benar, kenapa baru sekarang Landon menyadarinya?

Mengingat semua itu, batin Elsa meraung-raung. Dia akan dibuang setelah benar-benar merasakan jatuh cinta. Kemudian mati dalam tekanan yang menyedihkan.

Dan sebelum kesadaran itu pergi daripadanya, tiba-tiba saja ada pantulan sinar terang yang membidik ke wajah Elsa. Sebuah mobil menepi di seberang jalan. Dua mobil di belakang turut berhenti karenanya.

Entah siapa mereka. Mungkinkah Landon menyesali perbuatannya? Pria itu kembali untuk meminta maaf dan melarikannya ke rumah sakit? Benarkah begitu?

Dengan tubuh yang sudah mati rasa, samar-samar Elsa melihat orang-orang berpakaian hitam turun dari mobil. Satu orang dari mereka--yang keluar dari mobil paling mewah tiba-tiba berjalan cepat menuju padanya.

Elsa mendengar suara derap langkah orang itu. Juga deru nafasnya yang tergesa-gesa. Sosok jangkung itu kian mendekat, namun dia kecewa karena bukan Landon yang datang.

"Cepat panggil ambulans!" teriak pria itu dengan suara yang keras.

Elsa melirik ke wajah orang itu. Namun sinar lampu membidik punggung pria tersebut. Ia gagal melihat wajahnya. Tak lama dekapan hangat melingkupi dirinya. Hingga rasa nyaman yang Elsa rasakan diambang kesadaran yang nyaris menghilang.

"Kau akan baik-baik saja. Jangan cemas!"

Dengan kedua tangan kekarnya, pria itu meraih tubuh kecil Elsa. Langkah yang cepat, ia membawanya menuju mobil ambulans. Elsa bisa mendengar debaran jantungnya yang bertalu-talu.

Ia pernah merasakan hal itu sewaktu ia kecil. Tepatnya saat ia jatuh dari sepeda, dan ayahnya datang membantunya. Saat itu kakinya terkilir. Elsa tak bisa berjalan. Ayah mengendongnya menuju pulang.

Debaran itu terasa familiar, seperti dulu Ayah menggendongnya. Hangat, cemas dan melindungi. Hanya seorang ayah sejati yang bisa merasakan hal itu kepada anak mereka. Lalu siapa pria ini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • OBSESI TERLARANG : Sentuh Aku, Ayah Mertua    Chapter 8

    Hari mulai petang saat BMW hitam melaju dengan santai menuju gedung apartemen mewah di pusat kota.Di dalam mobil, Alex sedang mengemudi. Ia tampak gusar, dengan sekali-kali mencengkeram kendali di depannya.Tahun demi tahun terus berganti, namun ternyata semua itu tidak dapat merubah masa lalu. Buktinya sampai hari ini Landon masih saja menyimpan dendam kepadanya.Dan, Elsa ... apa salah gadis malang itu? Dia hanya korban dari depresi masa kecil Landon. Namun ini bukan kesalahan Elsa, jelas bukan!Lagi, Alex mencengkeram kemudi mobil. Kemarahan bergemuruh di dadanya. Ucapan menohok Landon membuatnya amat gelisah.'Daddy boleh pelihara dia kalau mau.'Entah mengapa ia kesulitan menghapus teks itu dari otaknya. Ini tidak mungkin! Ini mustahil! Kenapa dia sangat marah kepada Landon?Belum sempat Alex mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan itu, matanya tiba-tiba saja menangkap sosok seorang gadis yang sedang menikmati Matahari sore di taman gedung apartemen.Elsa?Mobil Alex melamban.

  • OBSESI TERLARANG : Sentuh Aku, Ayah Mertua    Chapter 7

    Kabut putih masih menyelimuti hutan pinus. Kawanan gelatik berterbangan di sekitar dahan Jacaranda. Butiran bening meluncur dari kaca-kaca jendela yang berembun.Griya Tawang pukul enam pagi.Elsa terjaga setelah mencium aroma roti tortela yang dipanggang dengan lelehan mentega. Juga susu sapi segar khas Salvador Barat.Oh, tidak! Semua itu menu sarapan kesukaannya!Tubuh mungil gadis itu mengeliat di antara gulungan selimut tebal warna putih. Elsa menguap lebar seraya bangkit dan mengambil posisi duduk di tengah ranjang. Tangannya mengucak-ngucak mata yang terasa lengket. Rambutnya yang panjang dan lebat terlihat acak-acakan."Selamat pagi, Nona Elsa!"Gadis itu sangat terkejut saat mendengar suara seorang pria. Samar-samar Elsa melihat Ernes yang sedang berdiri di depannya bersama seorang wanita.Tangannya meraba-raba mencari kacamatanya. Ernes segera maju dan mengambilkan kacamata Elsa dari meja di dekat ranjang, lantas menyodorkannya pada gadis itu dengan sopan."Ah, terima kasih

  • OBSESI TERLARANG : Sentuh Aku, Ayah Mertua    Chapter 6

    Pintu mobil ditutup dari dalam. Elsa cukup terkejut dibuatnya. Diam-diam matanya melirik ke arah pria yang kini duduk di sampingnya.Dia Alex Parker, pria dingin yang memberikan sapu tangan di dalam lift, juga orang yang menolongnya dari ambang kematian. Elsa sungguh tak percaya, jika benang takdir mempertemukan dia dengan ayah mertua sebegitu uniknya.Kendati demikian, Elsa sangat bersyukur karena dipertemukan dengan Alex. Hanya saja dia sangat malu karena ayah mertua harus melihatnya dalam kondisi amat menyedihkan begini.Alex sungguh sangat baik mesti terlihat dingin dan kaku. Pria itu sudah mengirim Xavier untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit sampai sembuh, juga memberikan banyak uang pada Deborah dan Tracy, meski sebenarnya mereka tak pantas dikasihani.Kini Elsa sangat lega meski harus meninggalkan desa dan Paman Xavier. Dia berharap sang paman segera pulih dari sakitnya."Kau pasti sangat terkejut. Aku minta maaf karena tidak mengenalmu sebelumnya," ujar Alex. Bau mint da

  • OBSESI TERLARANG : Sentuh Aku, Ayah Mertua    Chapter 5

    Mercedes Benz C-Class warna hitam legam keluaran terbaru, edisi terbatas di musim panas tahun ini tampak melaju dengan santai menyusuri jalan menuju pegunungan. Provinsi Salvador Barat berada di balik bukit, dengan daratan yang tandus, dan perairan Alexandria Baru sebagai pemisah antara dua pulau kecil yang menjadi daya tarik kota itu. Aroma rumput kering tercium oleh Alex saat ia menurunkan kaca mobil mewahnya. Hamparan ladang kering dan hewan ternak kepanasan menjadi pemandangan yang tampak asing baginya, namun begitu eksotik untuk dipandang. Jalan yang mereka lintasi berada di antara perbukitan. Tebing-tebing kapur yang menjulang putih berjajar di sepanjang jalan, dengan panorama laut yang terbentang luas berada di seberang. Gelap melingkupi untuk sementara waktu saat mobil memasuki terowongan tua. Sekitar tiga puluh meter panjang terowongan itu. Alex tampak menikmati perjalanan, meski hatinya amat gusar. Dari kaca di atasnya, Ernes melihat siluet Alex. Ia lantas berdehem. "H

  • OBSESI TERLARANG : Sentuh Aku, Ayah Mertua    Chapter 4

    Malam itu di sebuah bar elit tempat para pejabat membuang uang mereka di meja kasino. Di sudut ruangan dengan pencahaan yang remang, tampak Landon yang sedang minum-minum ditemani oleh seorang wanita berpakaian seksi. Wanita tidak tahu malu itu duduk di pangkuannya dengan bangga. Sesekali ia tersenyum saat Landon menyentuh pipinya dengan ciuman. Sementara permainan kasino masih terus berlangsung. "Tuan Muda!" Ernes datang dengan tergopoh-gopoh. Dia membawa dua orang boduguard untuk menyeret Landon dari meja judi. Pria itu memakinya habis-habisan, karena telah mengganggu kesenangannya malam ini. "Bos memanggil Anda sekarang juga," bisik Ernes. Tangannya memegangi lengan Landon yang terus berontak. Seketika Landon terdiam. Mereka pun segera membawa pria itu keluar dari bar. Orang-orang memandangi kepergian mereka. "Kau sudah menikah, benar begitu?" Sambil berdiri di tepi garis jendela yang menampilkan situasi kota di malam hari, Alex bicara kepada Landon. Sekitar lima belas meni

  • OBSESI TERLARANG : Sentuh Aku, Ayah Mertua    Chapter 3

    "Ada tiga tulang rusuk yang patah, juga pendarahan hebat. Kami sudah atasi semuanya. Namun, dia sudah kehilangan bayinya." Mendengar penuturan dokter, Alex cuma mengangguk. Matanya tidak luput dari pasien wanita yang sedang terbaring di ruang ICU. Sambil berdiri di tepi kaca jendela ruangan itu, ia memantau kondisi Elsa. Alex menemukan gadis itu di antara rerumputan dan tanah berdebu yang tak jauh dari Hotel California. Ceceran kertas berserakan di sekitarnya. Entah siapa gadis itu. Alex cuma ingat, bahwa ia pernah bertemu dengan Elsa di dalam lift. "Apa sudah hubungi keluarganya?" tanya Alex. Pandangan pria itu tidak berpaling sedetik pun dari Elsa. Dokter agak sungkan. "Selain berkas laporan medis kandungannya, kami tidak menemukan kartu identitas apapun yang dibawa olehnya." Alex terdiam. Matanya masih menatap ke arah Elsa. Siapa sebenarnya gadis malang itu? Apa yang terjadi padanya sampai ditemukan dengan kondisi yang parah dan kehilangan bayinya. Apa dia korban perampokan?

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status