LOGIN"Ada tiga tulang rusuk yang patah, juga pendarahan hebat. Kami sudah atasi semuanya. Namun, dia sudah kehilangan bayinya."
Mendengar penuturan dokter, Alex cuma mengangguk. Matanya tidak luput dari pasien wanita yang sedang terbaring di ruang ICU. Sambil berdiri di tepi kaca jendela ruangan itu, ia memantau kondisi Elsa. Alex menemukan gadis itu di antara rerumputan dan tanah berdebu yang tak jauh dari Hotel California. Ceceran kertas berserakan di sekitarnya. Entah siapa gadis itu. Alex cuma ingat, bahwa ia pernah bertemu dengan Elsa di dalam lift. "Apa sudah hubungi keluarganya?" tanya Alex. Pandangan pria itu tidak berpaling sedetik pun dari Elsa. Dokter agak sungkan. "Selain berkas laporan medis kandungannya, kami tidak menemukan kartu identitas apapun yang dibawa olehnya." Alex terdiam. Matanya masih menatap ke arah Elsa. Siapa sebenarnya gadis malang itu? Apa yang terjadi padanya sampai ditemukan dengan kondisi yang parah dan kehilangan bayinya. Apa dia korban perampokan? "Pihak rumah sakit sudah hubungi polisi. Anda tidak perlu cemas." Dokter bicara lagi pada Alex. Pria itu tersenyum getir menanggapi, "Untuk apa aku harus mencemaskannya?" Dokter agak terkejut. Dengan sungkan ia segera menunduk. "Aku masih ada banyak urusan. Setelah kondisinya pulih, ijinkan dia pulang." "Baik, Tuan." Alex melirik satu kali ke arah Elsa sebelum ia melangkah pergi. Tiga hari Elsa tidak sadarkan diri di rumah sakit. Sementara Landon malah sibuk bermesraan dengan wanita lain. Hingga kabar Elsa pun tiba padanya. ["Nyonya ada di rumah sakit! Dia kehilangan bayinya!"] Landon tampak jengah saat mendengar berita yang disampaikan oleh asistennya. Melihat pria itu diam saja, wanita berpakaian minim segera mendongak padanya. Landon cuma tersenyum menanggapi. Persetan dengan Elsa! Landon tidak peduli. Pria itu kembali melanjutkan aktivitas panasnya dengan wanita bayaran. *** Hari berikutnya di Pusat Kesehatan Parker. "Anda sudah dibolehkan meninggalkan rumah sakit, Nona Elsa." Wanita itu hanya tersenyum pahit menanggapi perkataan seorang perawat. Mereka sedang berkemas-kemas. Pagi ini juga ia sudah diharuskan meninggalkan rumah sakit. Namun hati Elsa amat sedih dan kecewa. Kemana ia harus pulang? Tak mungkin dirinya bisa diterima di Bungalow Parker lagi setelah apa yang sudah Landon perbuat. Pria kejam itu memukulinya dengan brutal, sampai-sampai ia kehilangan bayinya dan hampir mati karena pendarahan hebat. Landon benar-benar kejam! Dia telah membunuh anaknya sendiri! Elsa mendongak ke atas langit-langit. Ia berusaha kuat mesti sudah kehilangan bayinya, dia tak boleh terus bersedih karena kekejaman Landon. Yang harus ia pikirkan sekarang, ia harus kemana untuk bersembunyi sementara waktu dari Landon. Apakah dia harus kembali ke desanya? Entah, apakah Paman Xavier masih mau menerimanya atau tidak. Dia sangat bingung. "Nona Elsa, kenapa Anda murung? Apa masih ada keluhan pada kesehatan Anda?" Perawat bertanya setelah melihat tampang kuyu Elsa. Hampir dua pekan wanita itu berada di rumah sakit ini. Namun tidak ada seorangpun yang datang menjenguknya. Elsa pasti sangat sedih, karena baru saja kehilangan bayinya. Namun mereka masih penasaran tentang siapa sebenarnya wanita muda itu. Selain namanya, Elsa tak memberitahu apa pun tentang identitasnya pada pihak rumah sakit. "Ah, tidak. Aku baik-baik saja, kok! Terima kasih kalian sudah merawat ku dengan telaten," ujar Elsa disertai senyuman yang dipaksakan. Perawat membalas senyum. Untuk beberapa saat mereka memandangi Elsa. Gadis itu diantar ke sini oleh pemilik rumah sakit, dengan kondisi badan penuh luka dan pendarahan hebat. Diketahui, Elsa yang sedang hamil muda kondisinya sangat lemah dan mengalami stres berat. Akibat kekerasan fisik yang dialaminya, kandungan Elsa yang baru berusia dua bulan tak bisa lagi diselamatkan. "Baiklah, semuanya! Aku akan segera pulang. Trims atas bantuannya!" Elsa membungkuk pada dokter dan perawat yang mengantar dia sampai ke lobi. Setelahnya dia segera pergi. Saat Elsa sedang menunggu mobil taksi, tiba-tiba saja dua orang petugas polisi menghampirinya. Gadis itu dibuat terkejut. "Jadi, kau tak mau beritahu siapa yang sudah memukulimu malam itu?" Polisi tampan bernama Noah bertanya dengan tatapan tegas kepada Elsa. Selama Elsa di rumah sakit, Noah sering datang untuk melihat kondisinya. Juga menyelidiki kasus kekerasan yang dialami oleh wanita muda bertubuh mungil itu. Elsa cuma mengangguk kecil. Wajahnya dipalingkan dari tatapan Noah. Dia tahu, jika tidak mudah membohongi seorang petugas kepolisian. Dan Noah sudah membuat dia bingung. Pelaku sebenarnya adalah Landon, suaminya sendiri. Dia tidak mungkin mengatakan itu kepada Noah. Sementara Noah tidak puas dengan jawaban Elsa. Dia tahu jika gadis itu sedang sembunyikan sesuatu. Namun dia pun tak bisa terus mendesak Elsa. Akhirnya ia membiarkan Elsa masuk ke mobil taksi. Brak! Alex yang sedang menerima telepon dari rekan bisnisnya di luar kota, dibuat sangat terkejut saat seorang tamu melempar sebuah dokumen ke depan mejanya. Panggilan pun segera diakhiri, mata Alex mengincar wajah pria yang kini berdiri di hadapannya. Pria itu tersenyum sinis menanggapi. "Bajingan kau, Alex! Bukankah kita sudah sepakat mau menjadi besan? Kenapa kau malah menikahkan putramu dengan gadis lain? Apa kau sedang menghina kami, hah?!" David Wilson, pria itu tampak sangat marah. Hingga para bodyguard yang berdiri di depan pintu nyaris saja mengeluarkan pistol mereka untuk menembaknya yang bersikap kurang ajar kepada pimpinan perusahaan. Melihat kawan lama yang datang sambil membawa emosi, Alex segera meraih dokumen yang David lemparkan ke mejanya. Ia membaca semua itu dengan teliti. Dokumen itu berisi surat keterangan dari catatan sipil. Dalam surat itu dijelaskan jika Landon sudah menikah lima bulan yang lalu. Setelah membacanya Alex sangat terkejut. "David, aku bahkan tidak tahu hal ini," ujarnya seraya menatap pada pria di seberang meja. David menatap dengan mata berapi-api. Kemudian ia berkata dengan keras. "Jangan pura-pura tak tahu apa-apa! Adela bisa loncat dari balkon kamarnya jika tahu hal ini! apa kau mau melihat foto mayat putriku muncul di surat kabar?!" Alex menggeleng. "Aku tidak tahu, David. Tapi kau tahu Landon tidak pernah membuat keputusan tanpa melawan keinginanku. Aku akan selesaikan kekacauan ini," terangnya. David cuma buang muka. Dia kesal karena merasa dipermainkan oleh Alex. "Rebeca, panggil Ernes ke ruangan saya sekarang!" Setelah David meninggalkan kantornya, Alex segera meminta asisten datang ke ruangannya. Ini sungguh gila! Bisa-bisanya Landon menikah tanpa memberitahunya. David bisa menuntut mereka atas hal memalukan ini. "Bos memanggilku?" "Cepat kemari." Ernes segera berjalan menuju pada Alex. Sang presiden direktur tampak sedang berdiri di tepi garis jendela ruangan. Wajahnya kelihatan dingin, dengan gelas wine di genggaman. Dengan sungkan-sungkan Ernes membungkuk lalu berdiri dengan jarak sekitar dua meter dari tempat Alex berdiri. Manik-manik biru Alex yang menggelap mengincar wajah pria itu. "Aku butuh tahu kebenarannya, Ernes. Di lingkungan Parker tidak ada laporan tanpa campur tanganku. Jadi, kenapa kau bersekongkol dengan Landon dan mendukung aksi gilanya itu?" Mendengar ucapan Alex, Ernes gemetaran. "Hm, anu, Bos ...," katanya dengan gugup. "Katakan, kapan dan di mana Landon menikah? Serta, siapa gadis yang telah dia nikahi?" Alex bicara dengan suara yang bergetar dan tegas. Kemarahan sang pimpinan perusahaan bisa membakar seluruh San Alexandria jika Ernes tetap memilih diam. Ernes masih tampak gugup di sela-sela rasa takut yang bisa membunuhnya saat ini juga. "Sa-Salvador Barat! Tuan Muda menikah dengan gadis dari desa kecil di sana! Saya pun sempat mengingatkan dia, tapi ..." Alex mengangkat satu tangannya. Seketika Ernes pun berhenti bicara. Sang asisten segera menunduk, takut. "Panggil Landon ke hadapanku sore ini juga!" perintah Alex. Ernes mengangguk. "Baik, Bos." Alex masih bergeming di tempat selepas kepergian Ernes. Landon, anak itu tak pernah berubah. Hubungannya dengan sang putra tidak begitu baik sejak Veronica meninggal. Landon terus memusuhinya. Bahkan menganggap jika kematian ibunya karena kesalahan Alex. Sejak itu Landon tak pernah mengunjunginya. Menurut Ernes, putranya mulai kecanduan minuman dan obat-obatan. Bahkan Landon suka memesan wanita penghibur secara acak. Alex pikir hidup Landon sudah hancur sejak kematian Veronica. Olehnya ia pun berpikir untuk mencarikan gadis yang baik untuk Landon. Hubungannya dan David sangat dekat. Alex pikir dia bisa menikahkan Landon dengan putri bungsu David yang bernama Adela. Namun apa yang sudah terjadi di luar rencananya. Landon ternyata sudah menikah diam-diam. Dia harus cari tahu, siapa gadis yang sudah Landon nikahi itu.Hari mulai petang saat BMW hitam melaju dengan santai menuju gedung apartemen mewah di pusat kota.Di dalam mobil, Alex sedang mengemudi. Ia tampak gusar, dengan sekali-kali mencengkeram kendali di depannya.Tahun demi tahun terus berganti, namun ternyata semua itu tidak dapat merubah masa lalu. Buktinya sampai hari ini Landon masih saja menyimpan dendam kepadanya.Dan, Elsa ... apa salah gadis malang itu? Dia hanya korban dari depresi masa kecil Landon. Namun ini bukan kesalahan Elsa, jelas bukan!Lagi, Alex mencengkeram kemudi mobil. Kemarahan bergemuruh di dadanya. Ucapan menohok Landon membuatnya amat gelisah.'Daddy boleh pelihara dia kalau mau.'Entah mengapa ia kesulitan menghapus teks itu dari otaknya. Ini tidak mungkin! Ini mustahil! Kenapa dia sangat marah kepada Landon?Belum sempat Alex mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan itu, matanya tiba-tiba saja menangkap sosok seorang gadis yang sedang menikmati Matahari sore di taman gedung apartemen.Elsa?Mobil Alex melamban.
Kabut putih masih menyelimuti hutan pinus. Kawanan gelatik berterbangan di sekitar dahan Jacaranda. Butiran bening meluncur dari kaca-kaca jendela yang berembun.Griya Tawang pukul enam pagi.Elsa terjaga setelah mencium aroma roti tortela yang dipanggang dengan lelehan mentega. Juga susu sapi segar khas Salvador Barat.Oh, tidak! Semua itu menu sarapan kesukaannya!Tubuh mungil gadis itu mengeliat di antara gulungan selimut tebal warna putih. Elsa menguap lebar seraya bangkit dan mengambil posisi duduk di tengah ranjang. Tangannya mengucak-ngucak mata yang terasa lengket. Rambutnya yang panjang dan lebat terlihat acak-acakan."Selamat pagi, Nona Elsa!"Gadis itu sangat terkejut saat mendengar suara seorang pria. Samar-samar Elsa melihat Ernes yang sedang berdiri di depannya bersama seorang wanita.Tangannya meraba-raba mencari kacamatanya. Ernes segera maju dan mengambilkan kacamata Elsa dari meja di dekat ranjang, lantas menyodorkannya pada gadis itu dengan sopan."Ah, terima kasih
Pintu mobil ditutup dari dalam. Elsa cukup terkejut dibuatnya. Diam-diam matanya melirik ke arah pria yang kini duduk di sampingnya.Dia Alex Parker, pria dingin yang memberikan sapu tangan di dalam lift, juga orang yang menolongnya dari ambang kematian. Elsa sungguh tak percaya, jika benang takdir mempertemukan dia dengan ayah mertua sebegitu uniknya.Kendati demikian, Elsa sangat bersyukur karena dipertemukan dengan Alex. Hanya saja dia sangat malu karena ayah mertua harus melihatnya dalam kondisi amat menyedihkan begini.Alex sungguh sangat baik mesti terlihat dingin dan kaku. Pria itu sudah mengirim Xavier untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit sampai sembuh, juga memberikan banyak uang pada Deborah dan Tracy, meski sebenarnya mereka tak pantas dikasihani.Kini Elsa sangat lega meski harus meninggalkan desa dan Paman Xavier. Dia berharap sang paman segera pulih dari sakitnya."Kau pasti sangat terkejut. Aku minta maaf karena tidak mengenalmu sebelumnya," ujar Alex. Bau mint da
Mercedes Benz C-Class warna hitam legam keluaran terbaru, edisi terbatas di musim panas tahun ini tampak melaju dengan santai menyusuri jalan menuju pegunungan. Provinsi Salvador Barat berada di balik bukit, dengan daratan yang tandus, dan perairan Alexandria Baru sebagai pemisah antara dua pulau kecil yang menjadi daya tarik kota itu. Aroma rumput kering tercium oleh Alex saat ia menurunkan kaca mobil mewahnya. Hamparan ladang kering dan hewan ternak kepanasan menjadi pemandangan yang tampak asing baginya, namun begitu eksotik untuk dipandang. Jalan yang mereka lintasi berada di antara perbukitan. Tebing-tebing kapur yang menjulang putih berjajar di sepanjang jalan, dengan panorama laut yang terbentang luas berada di seberang. Gelap melingkupi untuk sementara waktu saat mobil memasuki terowongan tua. Sekitar tiga puluh meter panjang terowongan itu. Alex tampak menikmati perjalanan, meski hatinya amat gusar. Dari kaca di atasnya, Ernes melihat siluet Alex. Ia lantas berdehem. "H
Malam itu di sebuah bar elit tempat para pejabat membuang uang mereka di meja kasino. Di sudut ruangan dengan pencahaan yang remang, tampak Landon yang sedang minum-minum ditemani oleh seorang wanita berpakaian seksi. Wanita tidak tahu malu itu duduk di pangkuannya dengan bangga. Sesekali ia tersenyum saat Landon menyentuh pipinya dengan ciuman. Sementara permainan kasino masih terus berlangsung. "Tuan Muda!" Ernes datang dengan tergopoh-gopoh. Dia membawa dua orang boduguard untuk menyeret Landon dari meja judi. Pria itu memakinya habis-habisan, karena telah mengganggu kesenangannya malam ini. "Bos memanggil Anda sekarang juga," bisik Ernes. Tangannya memegangi lengan Landon yang terus berontak. Seketika Landon terdiam. Mereka pun segera membawa pria itu keluar dari bar. Orang-orang memandangi kepergian mereka. "Kau sudah menikah, benar begitu?" Sambil berdiri di tepi garis jendela yang menampilkan situasi kota di malam hari, Alex bicara kepada Landon. Sekitar lima belas meni
"Ada tiga tulang rusuk yang patah, juga pendarahan hebat. Kami sudah atasi semuanya. Namun, dia sudah kehilangan bayinya." Mendengar penuturan dokter, Alex cuma mengangguk. Matanya tidak luput dari pasien wanita yang sedang terbaring di ruang ICU. Sambil berdiri di tepi kaca jendela ruangan itu, ia memantau kondisi Elsa. Alex menemukan gadis itu di antara rerumputan dan tanah berdebu yang tak jauh dari Hotel California. Ceceran kertas berserakan di sekitarnya. Entah siapa gadis itu. Alex cuma ingat, bahwa ia pernah bertemu dengan Elsa di dalam lift. "Apa sudah hubungi keluarganya?" tanya Alex. Pandangan pria itu tidak berpaling sedetik pun dari Elsa. Dokter agak sungkan. "Selain berkas laporan medis kandungannya, kami tidak menemukan kartu identitas apapun yang dibawa olehnya." Alex terdiam. Matanya masih menatap ke arah Elsa. Siapa sebenarnya gadis malang itu? Apa yang terjadi padanya sampai ditemukan dengan kondisi yang parah dan kehilangan bayinya. Apa dia korban perampokan?







