Share

[ 4 ]

Aku melipat kedua bibirku ke dalam sambil mendongak. Menahan ekspresi yang demi Tuhan aku sedang malu semalu-malunya.

Dan pria itu di sana. Dengan Lengan kirinya terjulur menawarkan sebotol air mineral yang ada rasa manis-manisnya.

Aku menelan ludah dengan susah payah, sebelum akhirnya menerima uluran botol itu.

"Jadi kedengeran ya?" Kataku membuka percakapan yang tidak kuinginkan ini.

"Banget." Jawabnya singkat sambil menarik kursi makan di depanku, dan duduk di sana. Mengambil selembar roti, kemudian menggigitnya. Tanpa selai, dan tanpa malu-malu menatapku.

"Well, I thought there's some kind of soundproof."

"Nopethere's not." Jawabnya sekali lagi, singkat dan mulai menjengkelkan. Tatapannya itu. Gelengannya juga.

"WellsorryAnd ohthank you." Ucapku seraya berdiri dan menggoyangkan botol minuman itu, kemudian berbalik dan masuk ke kamarku. Memalukan. Mbak Anaaaaaa....

Tapi dia!

Hey!

Kebetulan macam apa ini!

Pria di kedai kopi kemarin, pria brewok dan berkacamata itu, kenapa dia di sini?

Kenapa denger aku nangis semaleman?

Kamu tahu Gugi? Kalau kamu baca ini, untuk sekali lagi, aku mengutukmu dalam hati. Dengan lancang.

Ini semua karena kamu.

Mempermalukan diri sendiri yang alasannya karena kamu itu menyebalkan. Aku nggak suka.

Lagi ngapain kamu sekarang? Baru bangun dengan seger karena resmi jadi pria setia lagi?

Cih.

Tukang selingkuh.

Lantas aku dikejutkan oleh suara ketukan ringan di pintu belakangku. Aku membukanya. Pintu itu.

"Nih." Tangannya sekali lagi terjulur menawarkan sesuatu.

"Hah? Buat aku? Maksudnya apa? Kamu ngapain?" Bisa kurasakan pertanyaanku membanjiri kepalanya.

"Tanya satu-satu."

"Eh Mas, aku nggak kenal kamu ya. Walaupun cakep, tapi kalau gini, tetep aja creepy!"

"Jadi menurut kamu aku cakep?" dan dia tersenyum. Senyum kecil yang YA TUHAN, MANIS!

".."

Belum sempat aku jawab, dia sudah membuka mulutnya, "Makasih. Nih. Kamu harus sarapan. Jangan karena malu sama aku kamu jadi nge-skip sarapan. Nggak baik." Dan dia berbalik santai menuju kamarnya.

Sedang aku?

Aku menghabiskan sekitar sekian detik terbengong-bengong memegang piring berisi dua lembar roti tawar tanpa selai, dan menatap pintu kamarnya. Bahkan cara dia jalan, walaupun membelakangiku, cakep, Tuhan.

Belum sadar dari kaget yang karena ketukan cowok tampan, aku kembali dikagetkan lagi oleh bunyi HP yang dari nadanya sudah bisa kutebak itu telepon dari kantor.

Aku benar-benar lupa kalau kemarin hanya izin ketemu klien. Bukan ke Bandung, buat kesem-sem sama Mas-Mas lucu berkacamata, setelah baru saja diporak-porandakan dan dibuat galau sama Gugi semaleman.

Kuputuskan untuk mandi dan checkout dari Bnb Mbak Ana.

Aku kembali menelusuri Bandung yang penuh dengan keksotisannya.

Mencari sarapan, dan memasuki semua mall sebisaku.

Belanja semauku, seolah-olah gajiku berjuta-juta Dollar.

Kurasa aku sudah menghabiskan sekian juta hanya untuk patah hati. Aku baru menyadari kalau patah hati itu menghabiskan banyak uang ternyata.

Apa aku puas setelah belanja layaknya anak seorang Sultan?

Tentu saja tidak.

Masih ada perasaan kalah yang tidak terpuaskan.

Di kepalaku terus terulang-ulang pertanyaan seputar Gugi hingga hp ku berdering. Dari nomor baru yang nggak ku kenal.

Apa aku mengangkatnya?

Tidak.

Kubiarkan hp ku berbunyi hingga akhirnya dia itu low dengan sendirinya.

Siapapun yang nelpon, pasti orang yang ngotot.

Ku-charge hp yang sunyi tanpa pesan-pesan dari Gugi itu kemudian mencoba tidur.

Mungkin kalian tidak tahu, tapi mencoba tidur saat hatimu kecewa adalah hal yang mustahil.

Tidak lama, hp itu kmbali berbunyi. Bunyi-bunyi pendek yang menandakan itu hanya sebuah pesan singkat.

Penasaran, aku membuka.

"Kenapa nggak di angkat? Aku cowok cakep yang creepy."

Heh?

Apa iya?

Tahu dari mana dia nomor aku?

Mbak Ana? Nggak deh sepertinya. Itu melanggar etik.

Nggak ku balas.

Lagian aku nggak tahu harus balas apa.

Dia nggak bakal datang ke sini dan tahu-tahu ngetuk pintu apartkukan, hanya karena pesannya nggak dibales?

But well, he did.

Not exactly like that, but he did.

Keesokan harinya, jam makan siang, di foodcourt gedung kantorku.

"Hi." Sapanya berdiri di samping mejaku.

"KAMU?!" Ucapku kaget.

"Kamu nggak bales chat aku. Nggak angkat telepon aku. Ya aku samperin."

"Heeeeeeeeeh?"

Sontak, empat orang lain yang sedang makan dan semeja denganku, natap aku dan pria itu bergantian.

"Ayo." Ajaknya sambil lagi-lagi menjulurkan tangan kanannya.

Aku memalingkan wajahku pada teman-teman kantorku yang sangat penyayang itu, yang sedang sibuk menonton bukan menolong.

"Kalian kok diem aja aku mau diculik?" Tanyaku melotot.

"Aku nggak niat jahat. Cuma mau ngajak kamu makan siang. Ayo."

"Aku lagi makan. Nggak lihat?" Ucapku tidak peduli, manjutkan suapan mie goreng jawa yang sudah kubumbui degan pas itu.

"Kamu nggak sopan deh Nat. Udah sana. Nggak baik nolak tawaran cowok cakep. Udah Mas, bawa aja. Jomblo kok.” Tari menarik piring yang setengah kudekap itu.

"Tuh temen aku bilang kamu cakep juga. Kamu nggak mau creepy-in dia?" Lagi-lagi aku bertanya sinis pada cowok yang tangan kanannya masih terjulur.

Dia menggeleng, "cuma pengakuan cakep dari kamu yang bisa buat aku seneng. Ayo, keburu jam makan siang abis.”

"Udah Nat, berdiri gih. Nolak rejeki itu nggak baik." Kali ini Mbak Nana yang mendorongku dengan kata-kata juga telapak tangannya.

Aku nggak tahu ya pria ini punya magis apa. Tapi melihat respon temen-temanku ketika menatapnya, kurasa aura tampannya memang keterlaluan. Nggak salah kalau kemarin aku kesem-sem.

Dia menggoyang-goyangkan tangannya sekali lagi. Memaksaku.

"Aku bisa jalan sendiri. Nggak perlu digandeng." Ucapku ngalah. Kulihat dia tersenyum dan mengangguk memberi salam pada teman-temanku yang kuyakin sudah saling nginjek kaki di bawah meja.

Sesampainya di mobil, aku duduk dengan canggung.

"Mau makan dimana kita? Kamu nggak mau balas dendam gitu pilih tempat makan yang mahal karena aku udah muncul di kantor kamu dadakan?"

"Aku bukan pendendam ya. Buruan ah! Aku laper nih!"

"Bukan pendendam yang nggak sabaran

ya. Yuk. Bismillah." Ucapnya sebelum mulai menginjak pedal gasnya.

Aku tidak bertanya atau membuka pembicaraan. Menurutku ini tugasnya sebagai orang yang mengajakku makan siang.

Tapi hal itu kusesali setelah beberapa menit kemudian ketika kami berdua sampai di parkiran kantornya.

"Kita makan di foodcourt kantor aku aja ya. Aku ada rapat setelah ini, jadi nggak bisa makan di tempat lain. Takut telat."

Wah aku nggak habis pikir apa yang ada di kepalanya.

"Kalau udah tahu ada rapat, ngapain ngajak lunch?"

"Karena pengen."

Jawaban macam apa itu?

"Mau makan nggak?" Tanyanya sekali lagi.

"Ya mau lah!" Jawabku ketus lalu berjalan mendahuluinya masuk ke dalam gedung kantor yang menurutku lumayan elit itu.

Sesampainya di foodcourt yang terletak di lantai delapan, aku langsung memesan mie goreng jawa, dan dia steak. Mewah juga seleranya.

"Sudah kuajak makan di foodcourt kantoran paling high class se-Jakarta, kamu tetep pesan menu yang sama seperti pesananmu sebelumnya."

"Ini bukan masalah high class. Tapi penilaian. Jadi kalau ternyata mie goreng jawa kantormu rasanya nggak enak, aku nggak bakal mau kamu ajak makan di sini lagi."

"Pasti lebih enak," klaimnya penuh percaya diri. Aku tertawa.

"Mau taruhan?" Tantangku yang kutahu akan kusesali.

"Sebutkan!" Tantangnya balik. Oh oke.

"Kalau ternyata nggak enak, berarti kamu kalah. Tapi kalau enak, aku yang kalah." Aku menuturkan cara mainnya.

"Boleh aku yang milih hukuman bagi yang kalah?" Dia menawarkan. Kusetujui.

"Kalau aku kalah, kamu bisa pilih tempat makan apapun yang kamu mau. Aku yang teraktir. Selamanya." 

"Heh?" Aku terkejut. Bukan karena dia mau teraktir. Tapi dia mau neraktir selamanya. Sudah kubayangkan ada berapa banyak budget yang bisa kutabung.

"But, if you lose, next time when we have a lunch together, I will pick you up as my Girlfriend."

"Wait, what?"

"If the mie

jawa turn out tastier, tomorrow when I ask you to go have some lunch together, I will pick you up as my Girlfriend." Terangnya sekali lagi, memastikan aku memahami maksudnya.

"No you will not."

"Try me." Ucapnya menutup pembicaraan dan mulai menyuapi dirinya sepotong steak yang... WAIT WHAT THE HECK?!!!!! WHO IS THIS GUY?!!!!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status