Share

[ 5 ]

Author: brokolying
last update Last Updated: 2024-02-28 12:28:01

Aku baru saja menyuapkan sendok terakhir makan siangku hari ini ketika seorang wanita berteriak di pintu masuk, memanggil nama seseorang. Yang jika kulihat dari ekspresi pria yang tengah duduk di depanku, kemungkinan besar, wanita itu memanggilnya.

"BEN! YOU KIDDING ME? APA-APAAN INI? KAMU NGGAK NGANGKAT TELEPON AKU, WA AKU NGGAK KAMU BALAS SATUPUN, TERUS TAHU-TAHU SEKARANG INI ALASANNYA? IYA? MAKAN SIANG SAMA CEWEK LAIN! SIAPA NI CEWEK? PEREK KAMU?"

Mie goreng jawa yang rasanya ternyata memang lebih enak dari mie goreng jawa di kantorku itu dengan susah payah kutelan ketika mendapati diriku jadi pusat amukan seseorang, dan pusat perhatian seisi ruangan.

Aku menatapnya. Pria itu.

"Kamu yang namanya Ben?" Tanyaku sambil meneguk es jeruk dengan setenang mungkin.

Mengkonfirmasi saat baru sadar kami berdua bahkan belum berkenalan satu sama lain. Bagaimana mungkin aku mau-mau aja diajak makan oleh orang yang namanya aja belum aku tahu?

Dan ya, dia mengangguk. Ben mengangguk.

"Is she your girlfriend?" Tanyaku pada Ben sekali lagi tanpa memperdulikan wanita yang kini sudah sampai di meja kami.

"Ex." Kini Ben juga ikut-ikutan tidak memperdulikan wanita itu. Kami berdua berbicara sambil berbisik.

"Ouch." Ucapku yang disambut dengan cengiran kecil Ben.

"HEH AKU LAGI NGOMONG SAMA KAMU! DIA SIAPA? KENAPA KAMU NGGAK NGANGKAT TELEPON AKU DARI SEMALEM HAH?!" Wanita ini kembali berteriak-teriak. Seolah butuh validasi semua orang bahwa dia benar-benar lagi naik pitam.

Karena merasa tidak memiliki tanggung jawab atas kejadian dan kesalahpahaman ini, aku melanjutkan meminum es jerukku yang kali ini harus ku akui tidak seenak yang dijual di foodcourt kantorku.

Aku bisa mendengar bisik-bisik teman kantor Ben yang juga berada di ruangan itu sekarang. Pemandangan ini pasti akan jadi bahan gibahan orang-orang dengan senang hati. Atau mungkin saja beberapa dari mereka bahkan tengah merekam kami diam-diam.

Sumpah ya Ben, kalau sampai besok-besok muka aku viral perkara ini, terus aku dicap pelakor sama orang-orang, aku seret kalian berdua ke penjara. Titik.

"Tania, tanya satu-satu." Kini dengan tidak kalah tenangnya, Ben menatap wanita bernama Tania itu. Berharap mantannya tidak lagi berteriak heboh.

"Kenapa kamu nggak ngangkat telpon aku?" dan ternyata berhasil. Tania-Tania ini akhirnya menurunkan suaranya.

"Karena kita udah putus?"

"Kata siapa?"

"Kata aku barusan." Ucap Ben yang membuatku sontak tertawa.

Dan secepat kilat tatapan mereka berdua dan seisi karyawan di situ lagi-lagi tertuju kepadaku. Bisa kurasakan. Ya Tuhan.

"Ups, sorry. Em, sebelum kamu salah paham, aku barusan ketawa bukan karena senang kamu diputusin Ben. Bukan. Tapi karena kalimat Ben yang ketebak banget dan brengsek banget. -Kata aku barusan-. Oh boy. Haha."

Aku menjelaskan panjang lebar. Dan wanita ini, percayalah, she's just one swap away to slap me.

"NIH CEWEK SIAPA SIH BEN?!"

"Jenata Soebandono," jawab Ben lengkap. Aku terkejut.

"Wow wow wow wow! Stop. Kamu tahu nama panjang aku dari mana?" Kini giliran aku yang bertanya pada Ben.

"I'll explain it to you later." Tawarnya yang langsung kutolak mentah-mentah.

"No, Now!" Aku menuntut.

"Ya Ben. Sekarang. Jelasin sekarang juga!" Dan wanita itu tidak kalah penasarannya. Hey, it's not even her business. Duh.

Ben terlihat pasrah.

"I did some survey?" Dia mengaku. Dengan suara yang sedikit ragu.

"What survey?" Tanyaku masih belum puas.

"Ya maksud aku kan aku perlu tahu kamu siapa. So I did some survey." Jelasnya yang lagi-lagi belum memuaskan rasa penasaranku.

"Wh.. why? I mean why did you need to find out who am I?" Kini aku bahkan tidak mempedulikan gadis yang masih emosi itu, ataupun karyawan lain.

"Karena aku mau dan aku harus tau."

"Ya kenapa?" Ergh. Kini Tania pun mendahului pertanyaanku.

"Yeah Ben, why?"

"Because I'm in love with her at a first sight, Tania!" Jawab Ben ke Tania. Jawaban yang membuatku, dan semua orang kecuali Ben melotot.

"Ooooh no you are not!" Potongku. Ben lalu menatapku.

"Oooooh yes I am." Ben ngotot. Salah dia jika mau debat denganku perihal perasaan.

"No you are not." Sambungku.

"Yes I am." Ucapnya sekali lagi membuatku terdiam. Terdiam mendapati matanya tengah menelanjangi mataku.

"Yes I am, Nat. Yes I am fallin love with you at the first sight. Sejak pertama kali aku ngeliat kamu di Bandung. Di coffee shop itu. Ngeliat kamu maksain diri minum cappuccino tiga shot dan ngeliat ekspresi kamu kepahitan, aku suka. Aku ngeliat kamu ngobrol sama Leo, cara ngomong kamu, bibir kamu yang dengan fasihnya cerita, mata kamu yang dengan cerianya merhatiin lawan bicara kamu, semuanya, aku suka."

Aku speechless.

"Kapan Ben? Kapan kamu jatuh cinta sama cewek ini?"

Tania yang masih tidak memiliki clue apa-apa ngotot memborongi Ben dengan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya kuyakin akan menyakiti perasaannya sendiri.

"Kemarin Tan. Waktu kita di Bandung. Waktu di coffee shop itu." Jawab Ben tanpa melepaskan tatapannya padaku. Hey!

"BRENGSEK YA KAMU, BEN! KAMU NAKSIR CEWEK LAIN SAAT AKU ADA DI SAMPING KAMU? BERANI BANGET KAMU SELINGKUHIN AKU?!"

"Yang selingkuh itu kamu, Tania. Karena aku menyukai Jenata sesaat setelah aku ngeliat kamu checkin sama cowok lain di hotel!" Kini Ben dengan tatapan emosi menatap Tania yang kaku.

Wait.

Yo guys.

Ugh what is happening?!

Kini seisi foodcourt kupastikan sedang saling berbisik mencibir Tania. Aku pun juga. Dalam hati tapi.

"Ben, maksud kamu apa? Aku nggak ngerti Ben." Bisa kudengar ada tremor di pita suara cewek ini. Tapi aku tidak ada selera untuk menatapnya. Aku fokus di Ben. Di pria yang ternyata juga sedang patah hatinya.

"Jangan berlagak bodoh Tan. Atau kamu mau aku cetak bukti foto terus nyebarin ke kantor kamu? Karena kudengar-dengar, cowok itu bosmu di kantor, dan dia udah punya istri dan anak." Ancam Ben, dan yes, masih tanpa melihat Tania sedikitpun. Matanya tidak bergeser. Dari mataku.

Mungkin merasa disudutkan, wanita itu mulai melembek. Aku melihatnya menangis dan mengemis maaf.

"Ben maafin aku Ben. Maaf kalo aku udah nyakitin kamu. Ben kamu tahu aku sayang kamu kan Ben? Ben jawab aku Ben!" Emis wanita itu. Sambil menyentuh tangan Ben yang dengan sigap ditepis.

"Kamu permaluin diri kamu sendiri Tania. Mending kamu balik. Kita berdua udah nggak ada urusan." Ucap Ben tegas sambil menarik tanganku. Berjalan membelah lautan bisikan karyawan lain.

Entahlah.

Biasanya aku paling malas kalau harus berada di antara hubungan orang lain. Tapi kali ini, entah mengapa aku berpikir Ben, lelaki ini, membutuhkanku.

I mean aku tau bagaimana rasanya patah hati.

Tidak salah berada di sampingnya sebagai seseorang yang mendengarkan keluhnya.

Atau pelampiasan pun.

Maksudku,

Dengan kondisi sama-sama sedang sakit hati,

Apakah dosa kalau kami saling mengobati dengan berjalan bersama mungkin?

Genggaman?

Atau pelukan?

Tapi kurasa bahkan sedikit kecupan pun bukan ide yang buruk.

Ben menggenggam tanganku erat. Kami memasuki lift yang tidak butuh waktu lama untuk terbuka dan membiarkan kami menumpang.

Dan di dalam ruang kecil ini,

dengan hanya ditemani Ben, aku bisa mendengar jelas nafasnya yang berat.

Tidak.

Bahkan degupnya pun bisa kudengar.

Pasti berat melihat orang yang dia sayangi checkin di hotel bersama orang lain.

Kulihat matanya terpejam.

Kuyakin dia berusaha meredam emosinya sendiri.

Atau mungkin juga dia tidak tega menyakiti mantannya yang agak brengsek itu dengan pura-pura mencintaiku pada pandangan pertama.

I mean, c’mon.

Aku tidak pernah percaya dengan love at the first sight.

Who does that?

Actor in the movie? Yes.

Di kehidupan nyata? Nggak ada. Mana ada.

Lagian jika saja dia jujur dari awal bahwa membutuhkan bantuanku untuk membalaskan sakit hatinya pada Tania,

Aku tidak akan segan-segan membantunya.

Dan dia nggak akan nyesal minta pertolonganku soal itu.

Berpura-pura menjadi pacar baru Ben di depan mantannya?

Hahahaha

Aku pecinta yang fasih.

Pecinta yang sungguh sungguh.

Tidak percaya?

Tanya gugi.

Si brengsek itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • OUCH IT'S YOU   [ 45 ]

    NATA’S POVMataku mondar mandir ngecek barang-barang yang ada di list dan yang ada di hadapanku. Kok banyak banget? Masa iya dua koper gede sama satu koper cabin nggak cukup? Perasaan bajuku nggak sebanyak itu deh. Perlengkapan bayi yang kubawa juga nggak banyak. Hanya beberapa yang sudah kupastikan akan susah kudapat di NZ. Tapi kok nggak masuk semua?Kamu tahu apa? packing bukan keahlianku. Aku nggak bakat soal beginian.Nggak bisa. Oleh karena itu, aku butuh bantuan.Kugapai Hpku, mencari satu nama di sana, dan langsung men-dial-nya tanpa ba bi bu.“Halo?” See? Orangnya langsung ngejawab. Nggak sia-sia kan dia langsung terlintas di benakku.“Sibuk nggak lu?”“Banget,”“Vip, gue serius.”“Nat, apapun itu, agak sorean bisa nggak? Ini minggu, coy. Gue menolak bangun dan nyamperin lu sepagi ini,”“Bantuin gue ngelipet baju doang Vip. Ini koper gue kepenuhan, tapi barang gue masih banyak yang belom masuk,”“Lu umur berapa sih Nat? Masa packing doang nyusahin orang?”“Emang lu orang? Kema

  • OUCH IT'S YOU   [ 44 ]

    GUGI’S POVJika ada satu hal saja yang ingin kuhindari, itu adalah senyuman Jenata yang bukan milikku. Bagaimana mungkin dia bisa begitu lepasnya tertawa di atas penderitaanku? Sebutlah aku egois karena aku hanya ingin dia bahagia jika menjadi pasanganku. Tapi apa yang salah dari itu?“Pacar Gugi cantik ya Bang? Mama suka deh,” ucap Mama yang nggak menegerti apa-apa itu. Dan kalian tahu apa? Untuk pertanyaan itu saja aku harus setuju.“Semoga Ben kali ini langgeng deh sama Nata,” sambungnya sekali lagi. Berhasil memancing emosiku.“Bisa nggak Mama stop bahas Ben Ben Ben Ben terus?” tanpa sadar, kecepatan mobilku bertambah. Nafasku memburu. Seperti ada sesuatu yang ingin meledak keluar dari balik rusukku. Kakiku reflek menginjak pedal gas itu semakin dalam.“ASTAGFIRULLAH BANG KOK LAJU BANGET BANG? PELAN-PELAN NAK. HEY! GUGI KAMU KENAPA NAK?”“I L0VE HER FIRST, MA! GUGI YANG PERTAMA SAYANG SAMA NATA! GUGI YANG PERTAMA CINTA! KENAPA DIA HARUS SAMA BEN BUKAN GUGI?!” sekali lagi pedal gas

  • OUCH IT'S YOU   [ 43 ]

    Usai melepaskan Ben, kini aku harus melepaskan satu lagi hal yang cukup kucintai demi kewarasanku.“Apa nih Nat?” tanya Pak Bari menerima selembaran yang baru saja kuserahkan.“Saya resign pak,”“Kurang gaji kamu?”“Iya Pak, sama emang saya mau pindah,” jawabku jujur yang entah kenapa nggak bisa dia percaya sedikitpun. Nggak tahu bagian mana yang dia pikir bohong dari kalimatku tadi. Semuanya jujur.“Jangan ngelucu deh Nat. Saya lagi mumet,”“Serius Pak,”Pak Bari menatapku dengan dahinya yang terkerut tiba-tiba. Bekerja di perusahaannya bertahun-tahun memang membuat hubungan kami cukup dekat. Tapi dia selalu tahu kapan aku bercanda atau serius. Kali ini salah satunya.“Kamu kenapa? Burnout? Ajuin cuti. Bukan surat resign gini,”“I’ll be moving abroad this couple days, Pak,”“Kemana?”“New Zealand,”“For what?”“A new life with my baby?”Pak Bari lagi-lagi terdiam. Ekspresi kagetnya terpancar banget. Aku bisa saja nggak memberitahunya tentang ini. Tapi untuk apa? Dunia harus tahu aku

  • OUCH IT'S YOU   [ 42 ]

    Kepalaku penuh. Dari banyaknya wanita di dunia ini, kenapa harus aku yang berada di antara Gugi dan istrinya? Pertanyaan itu terus muncul setelah Mas Rumi dan Vipa balik.Mendengar Gugi hampir kabur dari venue akad nikahnya pagi tadi setelah tahu Vipa membawaku ke IGD, terlalu membawa banyak dan beragam perasaan ke hatiku. Dan semuanya nggak baik. Syukurnya Mas Rumi dan beberapa orang berhasil nahan dia.Tapi entah kenapa, ada sesuatu yang ngebuat aku ngerasa perlu bertindak. Aku rasa, aku, kamu, kita berdua tahu betapa nekatnya Gugi. Aku nggak tahu perihal besok, tapi aku tahu betul bagaimana perasaanku. Aku goyah. Masih goyah.Oleh karena itu, hari ini aku udah janjian brunch dengan Ben. Di salah satu bakery baru dekat kantorku. Dia dateng persis saat pesananku, Puits d'Amour, baru aja dianterin. Sedangkan untuk dia, udah aku pesenin cheesecake kesukaannya. Tourteau Fromager.“Bonjour, Madame,” sapanya hangat mengelus kepalaku. Penuh senyuman.“Bonjour, Monsieur,” balasku.“Gimana t

  • OUCH IT'S YOU   [ 41 ]

    “MAS RUMI!” pekikku lepas kontrol ketika mendapati sosok yang datang justru bukan yang kukhawatirkan.Nggak langsung menjawab atau menyapaku, yang dia lakukan justru maju dan memeriksa kepala hingga jari kakiku. “Kamu kenapa Jenata? Hah?”“Apanya?”“Ada yang sakit?” tanyanya lagi.Aku hanya menggeleng. Bingung. Aku mempersilahkannya masuk dan bergabung denganku juga Vipa di ruang TV.Seperti dua Babu yang lagi kena semprot Majikannya, aku dan Vipa duduk di sofa dan nunduk diem seribu bahasa. Entah yang kami takutin apa. Sementara Mas Rumi berdiri tegak di depan kami, melipat kedua lengannya di dada. Menatap seperti elang. Tajem seperti cutter Gramedia.“Vipa? Nata kenapa?” Mas Rumi pinter. Dia menyerang Vipa terlebih dahulu.“No komen dulu ya Mas. Tanya langsung ke anaknya aja. Punten banget ini mah,” elak Vipa yang nggak membantu posisiku sama sekali.“Nat?”“Nggak ada apa-apa Mas,”“Mau sampai kapan kalian bohongin Mas? Mau sampe malam? Oke, Mas bisa banget nih berdiri kaya gini sam

  • OUCH IT'S YOU   [ 40 ]

    [ Gugi’s POV ]Terlalu bising. Ini harusnya bising yang membuatku bahagia. Tapi nggak. Aku benci bisingnya. Orang-orang lain sibuk kecuali aku. Mama yang sedari tadi bolak balik memastikan aku sudah siap dan nggak kekurangan apapun, papa yang nggak kalah sibuknya dengan Crew Wedding Organizer, dan orang-orang lain yang merasa punya kepentingan di ruang ini. Demi apapun aku nggak suka.“Raf,” panggilku pada Raffi yang standby menemaniku sejak subuh tadi. Assistenku di kantor, juga sahabatku.“Kenapa Mas?”“Pinjem HP lu dong,”“Buat?”“Gue butuh ngomong sama Nata,” bisikku.“Mas, please lu jangan aneh-aneh,” ucap Raffi memelototiku yang langsung kubalas.“HP lu. Sekarang!”Tahu watakku seperti apa, Raffi mau nggak mau minjemin HPnya.Kutekan nomor Nata yang sudah kuhapal di luar kepala itu, dengan jariku yang sedikit gemetar. Aku berjalan ke balkon. Menjauh dari kebisingan, setelah pamit ke orang-orang dengan alesan ada telepon dari salah satu klien penting. Dan harus kuangkat.Nggak ad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status