Share

godaan sahabat

Penulis: Yunielf90
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-07 22:56:45

Ameera menghempaskan tasnya secara sembarang ke atas kasur bersamaan dengan tubuhnya yang melandas tepat di tempat yang sama. Pandangannya menerawang, menatap ke segala sudut kamar yang kosong. Plafon putih di atasnya bak sebuah layar besar yang ia jadikan sebagai tempat untuk melampiaskan imajinasinya sendiri.

Setelah pulang dari rumah Akbar, gejolak perasaan aneh mulai mengganggunya. Perbincangan singkat namun serius tadi membuat Ameera berpikir berulang kali, apa yang membuat mantan kekasih Akbar mencampakkan pria itu demi pria lain?

Sekelumit pertanyaan tak kunjung mendapatkan jawaban. Jiwa-jiwa penasaran mulai meronta dalam dada namun tak bisa dengan mudan Ameera lepaskan.

Ini bukan tentang dirinya, melainkan tentang sosok pria yang hampir mati karena ditinggal cinta.

Sial! Ameera harus menelan mentah-mentah nasibnya yang harus terjerembab ke dalam lingkaran masa lalu orang lain.

“Ah, andai saja aku tidak bertemu dengan dia, pasti hari-hariku tidak akan seperti ini,” gumam Ameera di tengah lamunannya. Kedua matanya mengerjap beberapa kali.

Bayang-bayang wajah Akbar kembali mengisi pikiran Ameera ketika ia tak sengaja memejamkan kedua matanya. Wajah tampan itu seolah berusaha menggoda Ameera untuk tetap menikmati keindahannya.

Terhanyut dalam ilusi yang tak mungkin Ameera raih di dunia nyata. seketika itu pula tubuh Ameera seolah dihempaskan kembali ke tanah dengan kasar. Dua bola matanya yang indah membesar. Menyorot lurus memandangi langit-langit kamar ditemani napas tersengal.

“Ya ampun, kenapa aku malah memikirkan dia terus? Tidak boleh, Ameera. Kamu harus sadar diri. Dia itu pasienmu!” Maki Ameera pada dirinya sendiri. Ia menepuk keningnya sendiri dengan sebelah tangan. Seolah hal itu bisa membantu Ameera untuk menghempaskan semua godaan pesona Akbar di kepalanya. Jangankan untuk menghancurkan bayangan pria itu, untuk mengabaikannya saja berat rasanya.

Ameera memiringkan tubuhnya, hawa panas langsung terasa menjalar di sekujur pipinya. Dalam hati masih bertanya-tanya apakah ini yang namanya jatuh cinta?

Terlalu fokus memikirkan seseorang yang masih asing baginya membuat Ameera tak mampu berpikir waras. Hingga perlahan bayangan Akbar memudar dari pikirannya terbawa arus rasa kantuk yang perlahan membunuh kesadaran Ameera.

Pagi harinya, Ameera memulai hari dengan perasaan campur aduk. Ia melangkah terburu-buru di sepanjang koridor rumah sakit. Jalannya menuju ruang kerja sendiri terasa lebih jauh dari biasanya.

“Selamat pagi, Bu Ameera,” sapa seorang perawat yang berpapasan dengannya. Ameera mengangguk, membalas sapaan itu dengan senyum manisnya yang khas.

Pagi ini adalah jadwal pria yang semalam membuatnya sulit tidur untuk terapi. Setelah melalui malam panjang dengan godaan pria yang hampir membuat Ameera gila, Ia harus rela memangkas waktu sarapannya karena terlambat pergi bekerja.

Sepanjang langkahnya Ameera menggerutu kesal pada dirinya sendiri. Tidak pernah sebelumnya wanita itu melanggar aturan yang ia buat sendiri. Tak lagi Ameera pedulikan tentang bagaimana orang-orang disekitarnya kini menatapnya bingung. Ameera bak seseorang yang lari dari masalah hidup terberat.

Hanya tinggal selangkah lagi Ameera sampai di depan pintu ruangannya ketika sang sahabat memanggil.

“Ameera!”

Ameera menoleh ke belakang. Menatap Vira dengan tatapan bingung lalu berkata, “Ya, ada apa, Vira?’

Wanita dengan model rambut bop itu tersenyum, pagi hari yang ia lewati berbanding terbalik dengan apa yang Ameera rasakan. Senyum sumringah menghiasi wajah cantik Vira banyak dikagumi orang-orang.

“Apakah kamu terlambat? aku lihat kamu terlalu terburu-buru,” katanya. Tabiat sahabatnya sudah Vira hafal di luar kepala. Ameera yang penuh dengan aturan dan perangainya yang lemah lembut tidak Vira lihat sejauh matanya memandang hari ini.

Ameera menyeka peluh yang mengalir di pelipis. Ruangan berpendingin sama sekali tidak mampu menampung peluh yang sejak tadi ia tahan. Baru kali ini ia merasakan hidupnya bagaikan dikejar penagih hutang profesional.

“Aku terlambat karena bangung kesiangan, Vira,” jawab Ameera dengan napas terengah. Setidaknya, obrolan diantara mereka bisa sedikit mengurai lelah yang Ameera rasakan.

“Gak biasanya kamu terlambat, Ra. Kamu pasti susah tidur ya?” pertanyaan Vira langsung menohok hati Ameera bersamaan dengan semburat merah jambu yang muncul di kedua pipi. Sial! apakah efek insomnia bisa terlihat semudah itu? jangan sampai alasan di balik insomnia yang Ameera alami terendus oleh sahabatnya.

“Iya, aku terlalu banyak minum kopi kemarin, jadi aku kesulitan untuk tidur. Untung saja aku belum terlambat masuk kerja,” kata Ameera melirik jam tangan bermerek yang melingkar di tangan kiri. Baru jam delapan pagi namun rasanya semua tenaga Ameera sudah terkuras sepenuhnya. Belum lagi jadwal konsultasi awal dengan seseorang menuntut Ameera tak hanya menyiapkan diri untuk bersikap profesional, melainkan juga untuk menetralkan ritme jantungnya.

“Oh aku pikir kamu insomnia karena memikirkan pria yang tempo hari menabrakmu. Kalau diingat-ingat dia masuk ke dalam kriteria suami idaman lho. Kamu yakin cuma mau sebatas kenalan saja?” ejek Vira seolah membenarkan isi hati Ameera yang sesungguhnya. Ameera tak bisa berkutik. Vira terlalu pandai mengendus kebohongan yang sedang ia tutupi rapat-rapat. Ameera memutar otak, bagaimana ia bisa bersikap biasa saja di saat seseorang yang ia temui secara tidak sengaja kini justru menjadi pasiennya?

Ah, hidup benar-benar membingungkan. Meski banyak pria yang bisa Ameera pilih hanya dengan menunjuk saja, Ameera justru terperangkap dalam kebingungan akan pesona Akbar yang begitu kuat.

Vira, melihat sahabatnya bungkam mulai bertanya-tanya. Sika Ameera seolah berubah sejak wanita itu mengenal pria tampan idola para suster di rumah sakit ini.

“Jangan-jangan kamu insomnia karena memikirkan Mas Akbar, bukan begitu?” tembak Vira asal.

“Uhuk! uhuk!” dugaan Vira jatuh tepat sasaran. Kali ini tak hanya menohok hati namun juga merampas hampir sebagian pasokan oksigen di paru-paru Ameera, mendengarnya saja sudah membuat napas Ameera sesak.

Ameera salah tingkah, ribuan kali mengerahkan tenaga untuk membuat dirinya tetap terlihat tenang namun selalu berakhir dengan kegagalan. Entah apa yang akan dipikirkan oleh VIra setelah ini. Ameera tak bisa mengambil keputusan tepat dalam bersikap lagi.

“Kamu ngaco saja. Aku dan dia tidak lebih dari seorang psikolog dan clientnya, Vira. Aku hanya sedang membantunya untuk memiliki hidup yang lebih baik dari sebelumnya.” Ameera berkilah. Meski ia sendiri tak yakin dengan apa yang ia ucapkan barusan.

Vira dengan bakat intelnya yang mendarah daging menatap kedua bola mata Ameera dalam. Tak yakin dengan jawaban yang dilontarkan oleh sosok yang sudah menjadi sahabatnya sejak belasan tahun lalu.

“Kalau iya, juga gak apa-apa kok,” balas Vira mengejek disertai kekehan kecil. Kalimat umpan yang justru membuat Ameera mati kutu dibuatnya.

“Dengarkan aku, Ameera. Jika kamu bisa mendapatkannya, kamu akan menjadi wanita paling beruntung sedunia. Aku berani jamin itu. Maka, lebih baik kamu mencoba mendekatinya. Peruntungan tidak akan datang dua kali,” bisik Vira tepat di telinga Ameera. Wanita itu menyinggungkan senyum licik menggoda bak iblis yang sedang membuai mangsanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Cinta Pilot Tampan   bab - 35

    Suhu dingin di ruangan ini terasa menusuk bagi Ameera. Entah kenapa sekujur tubuhnya terasa lemas. Ameera menggeliat di atas kasur besar yang ia tempati saat ini. Kepala pening dan berat tubuh yang kehilangan banyak tenaga, ada apa ini sebenarnya? Ia mencoba membuka mata, melihat ke sekeliling dengan pandangan yang masih belum fokus. Kini ia berada di sebuah kamar yang terasa asing baginya. Kamar ini juga baru pertama kali ia singgahi. “Apakah aku masih di vila milik Akbar?” Ameera bergumam sendiri. Sadar tidak ada orang lain selain dirinya di sana. Pintu kamar terkunci rapat. Nuansa kamar yang serba putih ini membuat Ameera cukup kesulitan menyeimbangkan kinerja otaknya setelah bangun tidur. Dengan langkah tertatih, Ameera berjalan menuju pintu. Kepalanya masih terasa berat seolah ada benda yang membebaninya saat ini. Di luar sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan lain selain suara sandal yang dipakai Ameera. Ia menatap sekeliling namun tidak menemukan satupun tanda Akbar ada di

  • Obsesi Cinta Pilot Tampan   bab - 34.

    Tubuh Ameera terhuyung ke belakang setelah sebuah tamparan melandas mulus di pipinya. Untuk beberapa saat Ameera mencoba menyesuaikan diri dengan situasi yang sedang ia hadapi. Suara tamparan yang begitu keras membuat kesadaran Akbar terpulihkan. Ameera berdiri di depannya sambil menatapnya bingung. “Ameera? Kenapa kamu yang di sini?” tanya Akbar tak kalah bingung. Semua kejadian yang melibatkan mereka berdua tadi ternyata hanya ilusi semata. Akbar mengusap kedua matanya berusaha menetralkan pandangan yang sebelumnya buram. “Aku di sini sejak tadi. Menemani kamu melewati banyak hal. Tapi aku rasa kamu terlalu fokus dengan Valentine sehingga tidak ingat ada aku di sini.” Ameera bicara dengan nada yang sedikit dinaikkan. Mendengar betapa Ameera berusaha keras untuk menahan emosinya, Akbar menunjukkan sedikit rasa bersalah di wajah tampan pria itu.“Jadi.. Valentine yang aku lihat tadi..” “Dia hanya halusinasimu,” sela Ameera cepat menampar balik pria itu agar sadar dengan keadaan ya

  • Obsesi Cinta Pilot Tampan   bab - 33

    Ameera memandangi sebuah rumah di depannya dengan pandangan yang tak biasa. Di sekitar rumah itu dikelilingi dengan taman bunga yang nampak indah. Ia tidak menyangka Akbar akan membawanya ke sini setelah insiden yang mendebarkan terjadi.“‘Masuklah. Setidaknya di sini aman,” kata Akbar setelah mengunci mobilnya. Pria itu berjalan tergopoh sambil memegangi tangannya yang luka. “Perlahan saja, aku juga merasa di sini aman,” balas Ameera. Ia membantu Akbar yang kesakitan untuk menaiki tangga menuju teras rumah itu. Akbar termangu melihat perlakuan Ameera yang begitu lembut padanya. “Arggh!” “Kamu tunggu sini, aku akan mencari kotak P3K untuk menangani lukamu.” Ameera bergegas pergi menyusuri setiap sudut rumah ini. Tidak peduli apakah Akbar akan mengizinkannya atau tidak. Bagi Ameera, keselamatan Akbar saat ini adalah yang utama. Rumah ini terbagi menjadi beberapa bagian. Ruang tengah di dominasi dengan cat dinding berwarna biru yang menyejukkan. Seperti rumah pada umumnya, ruang ten

  • Obsesi Cinta Pilot Tampan   bab -32

    Akbar melenggang pergi dari hadapan Ameera dengan obat-obatan yang ia abaikan.Sebagai orang yang berniat untuk membantu, tentu ada rasa tersinggung akan sikap Akbaryang terkesan seenaknya.“Kalau kamu tidak meminum obat ini, kamu akan terus dihantui perasaan gelisah. Tidak adasalahnya untuk rileks sebentar, Akbar,” kata Ameera mencoba membujuk.“Aku bukan orang gila, Ameera. Harus berapa kali aku katakan padamu?” balas Akbardengan nada sedikit tinggi.“Baiklah kalau begitu. Kita pulang sekarang. Aku akan mengantarmu sampai ke rumah.”Ameera bangkit dari tempatnya, menarik lengan Akbar dan menyeret pria itu keluar darikamar hotel.Sebelum benar-benar meninggalkan hotel, Ameera harus menyelesaikan tanggung jawabatas ulah yang dilakukan Akbar. Membayar denda untuk aset hotel yang hancur karenalampiasan emosi Akbar.Sedangkan Akbar sendiri hanya diam termangu menatap ke sekitar dengan pandanganmalas. Benar-benar seperti orang yang tak berniat untuk hidup.“Totalnya j

  • Obsesi Cinta Pilot Tampan   bab - 31.

    Beberapa hari sudah berlalu setelah pertemuan terakhir Ameera dengan Valentine waktu itu.Ameera melanjutkan hari-harinya dengan perasaan gelisah.Semenjak itu pula Akbar kembali menghilangkan jejak. Pikir Ameera, mungkin saja pria itusedang sibuk dengan pekerjaannya. Terakhir kali informasi yang Ameera dapatkan, Akbarmulai aktif kembali untuk menjalankan tugasnya sebagai pilot. Setidaknya dengan informasiyang ia dapatkan itu Ameera bisa sedikit membuatnya tenang.“Bu Ameera, apakah anda masih menangani klien atas nama Akbar?” Seorang suster yangduduk di depan Ameera bertanya di sela-sela jam istirahat mereka. Ameera yang hendakmenyuapkan makanan menghentikan niatnya.“Beliau masih menjadi klienku, sus. Tapi beberapa waktu ini beliau ada kesibukan. Ada apa,sus?” Ameera bertanya balik.“Tidak apa, bu. Kemarin saya lihat beliau sempat mengunjungi rumah sakit. Saya pikir beliaumau konsultasi dengan Bu Ameera, tapi ternyata menjemput seorang wanita yang dokterobgyn,”

  • Obsesi Cinta Pilot Tampan   bab - 30

    Kamu hati-hati di jalan ya.” Vira menempelkan kedua pipinya secara bergantian di wajah Ameera. Jam praktik mereka sudah habis dan waktunya untuk pulang.“Iya, kamu juga hati-hati. Aku duluan ya.” Ameera pamit sembari melanjutkan langkahnya menuju parkiran. Mobil putih miliknya terparkir di area paling ujung. Membuat Ameera mau tak mah harus berjalan lebih jauh dari biasanya. Setelah bercengkrama dengan Vira, rasanya sebagian besar bebannya terangkat meski Ameera tidak menceritakan dengan gamblang masalahnya.“Ameera.” Langkah Ameera terhenti saat seseorang memanggil namanya. Ameera tidak langsung membalikkan tubuhnya untuk mencari tahu siapa orang itu. Ia memilih diam. Tak sedikitpun berkutik. Derap langkah kaki orang itu terdengar semakin jelas dan dekat. Rasanya, Ameera harus menunjukkan sikap lebih waspada sebelum berbagai hal tak diinginkan terjadi.“Ameera, apakah kamu sudah mau pulang?” tanya orang itu sambil menepuk pundak Ameera. Tubuh Ameera seketika menegang.“Ameera ini

  • Obsesi Cinta Pilot Tampan   bab - 29

    Suasana hati Ameera mendadak kacau karena rencana yang tadi malam dicanangkan oleh mamanya. Beban pikiran semakin bertambah dikala Ameera tak memiliki pilihan lain. Lalu, bagaimana ia bisa mengatasi semuanya? Sepertinya kapasitas otaknya tak mampu lagi menahan beban pikiran yang semakin menumpuk. Wajahnya terlihat semakin frustasi. Tak tahu lagi bagaimana ia harus bersikap saat ini. Deretan data pasien sudah menjadi makanannya sehari-hari. Namun masalah di luar pekerjaan justru yang paling dirasa berat bagi Ameera.“Wajah kamu kusut banget. Ada apa?” Vira tiba-tiba datang dari ruang konsultasi di sebelah ruangan Ameera yang hanya dibatasi oleh tirai. “Astaga, sejak kapan kamu di sana, Vira?” ucap Ameera terkejut. Sebelah tangannya mengelus dada. Vira nyengir kuda. Memampang raut wajah tak bersalah di depan Ameera. “Ku lihat sejak tadi pagi sahabatku begitu frustasi. Apa yang sedang mengganggu pikiranmu wahai sobat?” Goda Vira sambil mengedipkan sebelah matanya. Jangan heran deng

  • Obsesi Cinta Pilot Tampan   bab -28.

    Bukan aku yang mau mencari masalah denganmu. Tapi kamu yang memulai masalah,” jawab Ameera ketus. Tak ada lagi rasa takut dan khawatir yang hinggap di dalam dirinya. Satu hal yang paling penting baginya saat ini adalah, mengamankan Valentine dari segala macam ancaman bahaya yang mungkin saja Akbar rencanakan.Persetan dengan apapun yang ada dipikiran Akbar. Ia hanya ingin semuanya selamat. Tidak peduli juga pria itu akan membenci Ameera setelah ini.“Ameera, tolong bawa pergi pacarmu ini. Aku tidak sudi kembali dengannya,” pungkas Valentine setengah memohon.Sorot matanya menunjukkan betapa wanita itu ingin lepas dari jeratan Akbar. Ameera sebagai sesama wanita pun menaruh iba padanya.“Sudahlah, Akbar. Lebih baik kita pergi dari sini sebelum aksimu menjadi bulan-bulanan warga komplek.” “Tidak. Aku tidak akan pulang tanpa Valentine. Kamu memang kekasihku tapi bukan berarti kaku bisa mengaturku, Ameera,” tandas Akbar kejam. Tak hanya Ameera, Valentine pun terkejut dengan reaksi yang

  • Obsesi Cinta Pilot Tampan   bab - 27

    Bukan aku yang mau mencari masalah denganmu. Tapi kamu yang memulai masalah,” jawab Ameera ketus. Tak ada lagi rasa takut dan khawatir yang hinggap di dalam dirinya. Satu hal yang paling penting baginya saat ini adalah, mengamankan Valentine dari segala macam ancaman bahaya yang mungkin saja Akbar rencanakan.Persetan dengan apapun yang ada dipikiran Akbar. Ia hanya ingin semuanya selamat. Tidak peduli juga pria itu akan membenci Ameera setelah ini.“Ameera, tolong bawa pergi pacarmu ini. Aku tidak sudi kembali dengannya,” pungkas Valentine setengah memohon.Sorot matanya menunjukkan betapa wanita itu ingin lepas dari jeratan Akbar. Ameera sebagai sesama wanita pun menaruh iba padanya.“Sudahlah, Akbar. Lebih baik kita pergi dari sini sebelum aksimu menjadi bulan-bulanan warga komplek.” “Tidak. Aku tidak akan pulang tanpa Valentine. Kamu memang kekasihku tapi bukan berarti kamu bisa mengaturku, Ameera,” tandas Akbar kejam. Tak hanya Ameera, Valentine pun terkejut dengan reaksi yang d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status