Share

Obsesi Cinta Pilot Tampan
Obsesi Cinta Pilot Tampan
Penulis: Yunielf90

pertemuan awal

Ameera dan sahabatnya, Vira menyusuri lorong rumah sakit sambil sesekali membalas sapaan rekan kerja mereka yang berlalu lalang. Tepat ketika mereka sampai di lobi, Ameera menyapa salah satu suster yang tengah berkutat dengan beberapa dokumen pasien.

“Sus, saya ke kantin untuk makan siang. Kamu mau ikut?” tanya Ameera pada wanita itu.

“Baik, Dok. Saya di sini saja, dok. Sudah ngemil tadi, dokter saja tidak apa. Saya sedang menyiapkan data untuk pasien terakhir nanti,” jawab suster bernama Maya itu sopan sambil menyunggingkan senyum.

“Baiklah kalau begitu, saya pergi ke kantin dulu.” Ameera membalikkan tubuhnya hendak melangkahkan kakinya menuju kantin sambil memainkan ponselnya. Di belakangnya Vira menggoda Ameera yang sejak tadi fokus dengan ponsel. Jiwa ke kepoan nya kembang kempis, meski ia tahu, saat ini Ameera masih sendiri, melihat intensitas sahabatnya dengan ponsel membuat Vira menaruh curiga.

“Kamu lagi apa sih? Belakangan aku perhatikan intens sekali sama hp. Jangan-jangan kamu punya pacar baru ya, Ra?” tuduh Vira. Kedua manik matanya menancap tajam ke arah Ameera. Obrolan mereka mendadak serius.

“Ngaco aja kamu. Aku sedang membaca makalah. Masih banyak yang harus aku pelajari.” Ameera mengalihkan perhatiannya pada Vira. Keduanya asyik mengobrol hingga tiba-tiba saja…

Bruk! Ameera merasakan tubuhnya dihantam oleh tubuh kokoh seseorang hingga ia tak sadar posisinya kini telah berubah. Ameera masih mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. Seketika otaknya seolah berhenti bekerja. Sayup-sayup telinganya mendengar suara gaduh dan kepanikan di sekitarnya. Langkah kaki saling bersahutan mendekat. Mengerubungi Ameera yang masih mengumpulkan segenap kesadarannya. Tak hanya otaknya yang tidak bisa merespon,

“Aw!” Ameera memekik kesakitan karena tubuh bagian belakangnya berhasil mendarat bebas di lantai. Rasa sakit menjalar di sekitar pinggang dan kaki Ameera. Ia mengaduh, sedangkan Vira terlihat panik hendak membantu Ameera bangkit namun, suara berat seorang pria mengalihkan niat Vira. Aroma musk menguar di sekeliling Ameera dan langsung membuat Ameera gagal fokus. Kepalanya yang tertunduk diangkat dan betapa terkejutnya ia kala melihat dada bidang yang dibalut kemeja putih dengan tiga kancing bagian atas terbuka. Mengekspos bagian bidang milik seorang pria yang putih mulus nan kokoh. Mendadak, semua orang di sana mengalihkan perhatian mereka pada sosok jelmaan malaikat di hadapan Ameera kini.

raut wajah khawatir menandakan betapa pria itu merasa bersalah atas keteledorannya yang membuat Ameera harus merasakan sakit dan menahan malu. Jangan ditanya, perasaan kesal yang semula membuncah di dada Ameera perlahan surut dirampas pesona pria itu. Sepersekian detik kedua bola matanya membesar menunjukan ketertarikan yang begitu dalam.

“Maaf Dok, saya tidak sengaja. Apakah anda baik-baik saja?” sebuah tangan terulur di depan wajah Ameera. Ameera yang masih kesakitan hanya bisa terdiam. Sedangkan Vira yang masih terkejut dengan kejadian barusan, langsung ikut membantu Ameera untuk berdiri.

“Sekali lagi saya minta maaf,” ucap laki-laki di hadapan. Dari raut wajahnya Ameera bisa melihat sebuah penyesalan yang bertengger di sana. Yah, nyatanya pria ini sudah memberanikan diri untuk mengakui kesalahannya. Batin Ameera.

“Iya, tidak apa. Saya juga minta maaf karena jalan tidak lihat-lihat.”

Pria itu menyunggingkan senyum. Senyum yang diam-diam dikagumi oleh Vira yang berdiri di samping Ameera. Naluri centilnya menggebu-gebu kala melihat sosok pria tampan tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

Tak ingin melewatkan kesempatan emas, Vita mendekatkan tubuhnya pada sang sahabat. Lantas berbicara dengan suara rendah di telinga Ameera.

“Cowok ganteng, nih, Ra. Kapan lagi ketemu titisan dewa Yunani?” bisik Vira. Ameera yang memang memiliki pembawaan diri yang tenang itu menyanggah.

“Kamu ada-ada saja.”

“Um, sebagai permintaan maaf, bagaimana jika saya mentraktir kalian untuk makan siang? Anggap saja ini sebagai itikad baik saya sekaligus menjalin pertemanan.” Pria itu sadar dirinya sedang menjadi objek pembicaraan dua wanita di depannya. Seulas senyum tak pernah lepas dari wajah tampan yang Ameera yakini tak hanya memiliki garis keturunan warga lokal. Pria itu menatap Ameera dan Vira bergantian.

Ameera pun melihat ke arah Vira, namun sahabatnya itu langsung membuat keputusan sepihak. Ameera melongo mendengar pernyataan sahabatnya.

“Baiklah, sepertinya tawaran menarik.” Tanpa menunggu persetujuan Ameera, Vira langsung menyetujui ajakan tersebut.

“Vir?” sela Ameera cepat sebelum sahabatnya kembali berulah.

“Gak apa-apa, Ra. Hitung-hitung dapat teman baru, ganteng lagi,” balas wanita berambut pendek itu. Vira mengedipkan sebelah matanya genit sebagai tanda dirinya tak menerima bantahan lagi.

“Kalau begitu ayo kita ke kafe di depan rumah sakit. Saya dengar makanan disana enak-enak,” ucap pria tadi.

Vira mengangguk penuh semangat, kemudian mengikuti langkah kaki pria tadi di belakangnya. Sedangkan Ameera pasrah dengan nasibnya saat ini. Ia yang mudah berbaur dengan orang baru harus menelan kenyataan dirinya menjadi tameng bagi Vira menjaring ikan pria tampan.

“Kesempatan emas, Ra! Enjoy aja.” Vira kembali menggaungkan iming-iming di telinga Ameera.

Suasana kafe bergaya bohemian ini baru pertama kali disambangi oleh Ameera meski ia sudah dua tahun mengabdikan diri di salah satu rumah sakit ternama di Jakarta.

Setelah memesan, ketiganya duduk di salah satu meja panjang yang berada di ujung ruangan ini.

Ameera masih belum bisa membaur dengan situasi yang ada, berbanding terbalik dengan Vira yang terlihat mendominasi interaksi diantara ketiganya.

“Oh ya, sejak tadi kita mengobrol kita melewatkan satu hal,” ucap pria itu membuka pembicaraan. Tangannya terulur ke hadapan dua wanita itu, namun, kedua mata Ameera bisa melihat kemana arah uluran tangan itu terarah.

“Perkenalkan saya Akbar,” sambungnya lagi.

Vira yang menyambut salam Akbar lebih dulu. Tak ingin melewatkan momen penting dalam hidupnya.

“Aku Vira, dan ini, Ameera, sahabatku,” kata Vira semangat.

Pandangan pria itu beralih pada Ameera hingga pandangan keduanya bertemu.

“Salam kenal, Ameera,” katanya.

“Salam kenal, Akbar. Senang bertemu denganmu,” balas Ameera. Masih ada rasa sungkan yang menyelimuti hatinya.

Ketiganya hanyut dalam obrolan-obrolan ringan. Vira yang menjadi bintang dalam suasana saat ini terus melontarkan topik-topik yang menuntut Ameera juga masuk ke dalam pembicaraan mereka. Ameera tak bisa membuat apapun selain menjadi pendengar. Sesekali juga Akbar menanyakan tentang dirinya, membagikan cerita-cerita lucu yang mengundang tawa.

Tawa renyah Akbar menelusup ke telinga, menggoda Ameera untuk terus menatap lamat pada pria itu. Ameera mengakui pria di hadapannya saat ini begitu tampan.

Sadar dirinya sedang diperhatikan, Akbar beralih menatap Ameera, sembari menunjukkan senyum manis yang disisipi oleh deretan giginya yang rata.

“Ameera, kamu sendiri, apakah sudah lama bekerja di rumah sakit ini? Aku baru pertama kali melihatmu di sini,” tanya Akbar basa-basi. Ameera tercengang mendengar pernyataan itu. Dalam hati bertanya-tanya siapa Akbar sebenarnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status