Share

Berikan Saya Alamat Rumahmu

Marvel menatap Grace dengan dalam. Jika dilihat dari dekat, Grace memanglah cantik. Cantik sekali. Bahkan mata pria itu tak berkedip beberapa detik yang lalu.

Keindahan kulit wajah dan bola mata milik Grace seakan menghipnotis Marvel agar menatap gadis di bawahnya lebih lama.

"Apa saya bisa untuk mulai menyicipi kamu, Grace?"

Bola mata Grace membulat, bagaimana bisa Marvel mengetahui namanya? Padahal mereka belum saja berkenalan atau bahkan berjabatan tangan.

Pria ini sangat misterius, apakah dia paranormal? Pikir Grace seraya mengusap jari tangannya dengan ibu jari yang ditahan Marvel.

Grace sungguh gugup sekali sekarang, ia belum pernah melakukannya dan ia bahkan tak menonton tutorial cara berciuman dengan pasangan dengan benar.

'Tunggu, kenapa aku malah memikirkan diriku sendiri?' batin Grace. Sementara Marvel menunggu persetujuan dari gadisnya.

Ralat, gadis itu. Gadis yang ia tindih di bawahnya. Benar-benar fantasinya selama ia berada di kamar mandi beberapa waktu lalu.

Ya, Marvel sempat memikirkan bagaimana cara membuat Grace terkesan. Setelah ia membersihkan wajahnya, terlebih dahulu Marvel mengirim pesan pada Fanya tentang gadis tersebut, mulai dari nama, tempat sekolah dan tempat tinggal.

Marvel tak ingin menanyakan mengenai latar belakang gadis itu, karena nanti ia takut Fanya curiga mengenai penasaran Marvel yang terdengar sangatlah berlebihan.

"Om ..." Grace berbisik lirih. Suaranya tercekat di tenggorokan dan ia hanya bisa meminta takdir yang akan memberikan keberuntungan padanya malam ini.

Grace pun memberanikan diri menatap Marvel yang ada di atasnya.

Matanya benar-benar tajam, menghunus ke lubuk hatinya. Wajahnya sangatlah tampan berseri, Rahangnya tegas, bulu mata yang lebat dan lentik, bibir yang merah berisi, tak ada bulu di rahang dan di atas bibirnya.

'Dia sangat ahli dalam merawat wajahnya,' batin Grace.

Marvel menggerakkan kepalanya ke arah kanan, pasalnya Grace tengah melamun. Melihat Grace yang tersadar, Marvel terkikik geli.

'Apakah dia bisa tertawa?' batin Grace seraya mengerutkan keningnya menatap Marvel.

Aura dinginnya menghilang dan digantikan dengan perasaan hangat.

Marvel kembali menatapnya dengan penuh keinginan. Jika bukan dia memiliki hasrat penasaran, tidak mungkin pria ini sampai memberikan uang muka kepada Fanya, bukan?

Marvel mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Grace. Matanya yang tadi menatap manik mata Grace, kini teralihkan atensinya ke bibir mungil nan tipis milik Grace. Seolah-olah bibir itu memanggilnya untuk segera mencicipi bagaimana manisnya bibir yang pertama kali belum tersentuh oleh pria manapun kecuali dirinya.

Marvel mulai menempelkan bibirnya di atas bibir milik Grace. Ia merasakan aroma strawberry di sana. Apakah dia baru saja memakan buah strawberry? Pikir Marvel.

Marvel melepaskan bibirnya lalu menatap ke arah Grace yang menatapnya dengan penuh keterkejutan. Bagaimana tidak terkejut, ini pertama kalinya Grace melihat wajah pria tampan dari dekat. Sedekat ini hingga menempel pada kulit wajahnya.

Aroma wangi dari kulit wajah pria itu, napas Marvel yang berembus dengan perisa mint, wangi tubuh Marvel yang sangat memabukkan, dan masih banyak lagi hingga Grace tak bisa menjabarkan satu per satu.

Marvel kembali mendekatkan wajahnya, kali ini Marvel mulai menggerakkan bibirnya. Menyesap bibir manis milik Grace.

Dia mulai menggerakkan dengan melumat setiap inci daging ranum gadis itu dengan diam tak membalas ciuman dari Marvel.

Di sinilah Marvel baru percaya bahwa gadis ini memang tak ahli dalam permainan ciuman atau perang bibir.

Grace benar-benar gugup hingga bibinya terasa gemetaran oleh Marvel. Kaki dan seluruh tubuhnya menegang sempurna saat Marvel mulai menyesapi mulai dari bibir gadis itu.

Tetapi, Marvel melakukan hal itu dengan lembut. Selembut mungkin, dia ingin membawa gadis yang berada di kungkungannya merasakan lebih dalam lagi permainan yang senikmat ini. Surga dunia namanya.

Bibir miliknya mulai menghisap bibir mungil yang kaku itu perlahan. Grace hanya diam lalu memejamkan matanya dengan kuat. Kedua tangannya dilepas oleh Marvel guna menahan tengkuk gadis itu yang ingin melepaskan diri darinya.

Grace meremas baju kaos abu-abu milik Marvel. Dia ingin melepaskan perasaannya dengan cara yang seperti itu. Gugup, takut detak jantungnya terdengar oleh Marvel.

Marvel melepas bibirnya yang membungkam bibir Grace saat Grace memukul bahunya beberapa kali untuk menyadarkan pria tersebut.

"Ha ... ha ..."

Grace menghirup oksigen sebanyak mungkin. Pasokan oksigen di paru-parunya telah habis. Dia menahan napasnya saat Marvel berada di dekatnya dan mengembuskan napasnya dengan perlahan-lahan. Tapi, tetap saja membuat ia sesak napas.

"Kenapa?" tanya Marvel menatap wajah gadis yang berada di kungkungannya memerah.

"Kamu mendadak bisu, ha?"

"Saya sesak napas, Om. Om kalau cium saya itu liat-liat kondisi, dong. Kalau saya mati mendadak bagaimana?! Saya baru saja lulus SMA, Om. Saya masih ingin seko--"

Bibir gadis itu kembali dibungkam oleh bibir Marvel yang sudah tidak bisa menahan dirinya lagi.

Shit! Shit! Shit! Kenapa Marvel sekarang sangat bernafsu melihat bibir tipis dan mungil itu mengoceh dan memaki-makinya? Bukannya sakit hati, tapi Marvel justru merasa sangat lucu dan merasa bahwa menimbulkan gelanyar aneh dalam dirinya.

Apakah gadis kecil itu sedang mengajarinya tentang bagaimana cara berciuman dengan baik dan benar dengan gadis yang belum mengetahui perkara ini? Marvel tersenyum saat gadis itu kembali diam, tubuhnya menegang. Marvel tertawa di dalam hati.

"Hmph ..." Grace mendesah saat napasnya mulai tercekat.

Marvel tidak akan membiarkan gadis itu melepaskan pangutan bibir mereka. Marvel menyesap semua inci bibir dan mendesak lidahnya ke dalam rongga mulut gadis itu dengan lembut.

Dan hal yang paling disukai Marvel sekarang adalah sedang memeluk gadis kecil yang seperti anak kecilitu dengan posesif tepat di pinggang dan tengkuknya.

Gadis itu semula diam dan beberapa lama melakukan perlawanan. Marvel memberikan ruangnya untuk bernapas, menghirup udara sebanyak dua kali helaan dan kembali membungkam gadis tersebut.

Otaknya sudah korslet. Penolakannya seakan bertolak belakang dengan debaran jantungnya. Untuk pertama kalinya Grace berciuman dan ternyata rasanya seperti ini. Aneh, tetapi membuat candu.

Dua bibir yang kenyal menyatu. Lidah pun saling bertabrakan dan membelit. Grace tak berbuat apa-apa, yang mendominan adalah Marvel. Sensasinya kini menimbulkan rasa geli di beberapa titik tubuh Grace. Terutama bagian intinya. Rasanya ... dia mulai basah.

'Apa aku pipis?' batinnya.

Marvel melepaskan pangutan mereka. Grace menahan Marvel yang semakin dekat dengan tubuhnya dengan menahan dadanya.

Rambut Grace berantakan karena ulah Marvel. Berantakan. Mereka berdua sama-sama berantakan. Melihat Grace yang tengah menghirup udara sebanyak mungkin, membuat Marvel tersenyum kecil.

Cup!

"Bibir ini milik saya." Marvel me-labeli bibir Grace sebagai miliknya membuat Grace tertegun sesaat. Bagaimana bisa Marvel berkata seperti itu? Hei, ini hanya sesaat. Kemudian, tomorrow Grace akan menghilang. Melupakan malam ini dan kembali memulai hidupnya seperti biasa setelah ia mendapatkan uang dari Marvel.

"Jangan gila," umpat Grace menatap tajam Marvel lalu ia mencoba untuk duduk, namun siapa sangka jika jemari Marvel malah akan nakal dan mulai bermain. Tak tanggung-tanggung, bagian bawah Grace langsung menjadi jangkauan Marvel untuk membuat Grace diam, tak melawan, tanpa sadar mendesah.

"Brengsek!" pekik Grace menatap tajam ke arah Marvel.

"Anda ... ah ..."

"Bicara kasar lagi, satu sentuhan," ucap Marvel seraya mendekatkan wajahnya ke samping wajah Grace, berbisik di telinga Grace.

"Jangan gila ya, saya ... hmpp ..."

Grace membungkam mulutnya dengan tangannya sendiri, sementara tangan yang satunya ia gunakan untuk menahan pergelangan tangan Marvel yang sudah berani menyentuh mahkota yang selalu ia jaga.

Grace merinding dikala jemari Marvel berhasil menyentuh daging kenyal miliknya dari luar hotpansnya.

Grace mendorong Marvel hingga ia terhuyung ke belakang. Marvel terkejut dengan kekuatan gadis yang berada di ranjang bersamanya.

Gadis itu memilih untuk berjalan menuju pintu keluar, tapi sebelum itu terjadi Marvel lebih dahulu menahan gadis tersebut.

Sret!

Grace terbaring ke ranjang lalu Marvel kembali mengukungnya. Marvel menatap gadis itu dengan tatapan iba, agar ia tetap berada di kamar hotel menjelang fajar.

"Tetaplah di sini," pinta Marvel yang ditolak oleh Grace dengan menggelengkan kepalanya.

"Saya besok mau masuk sekolah tinggi."

Deg!

"What?!"

Marvel kehilangan kata-kata. Ia kira Grace adalah seorang gadis yang baru saja lulus SMA. Ternyata dia masih ingin bersekolah lagi.

"Kamu dulu kelas berapa?" tanya Marvel.

"3 IPA," jawab Grace singkat.

Marvel beranjak di atas tubuh Grace, wajahnya terlihat kecewa dan kepalanya pusing memikirkan hasratnya belum terpenuhi.

Miliknya sudah menegang sedari tadi. Saat mereka berciuman selama empat puluh lima menit tadi, Marvel mencoba untuk membuat Grace nyaman dan ia bisa merasakan nikmatnya tubuh Grace.

Sementara Grace memilih berdiri karena jika ia berlama-lama untuk duduk di depan Marvel, dress mininya tersingkap ke atas dan itu bisa jadi bahan tontonan Marvel.

Ia malu.

Beruntung Marvel kini tengah memakai baju kaos oversize jadi Grace tak melihat milik Marvel yang menegang di dalam celana Marvel.

Marvel beranjak dari ranjang menuju nakas, mengambil dompetnya lalu memberikan semua uang tunai yang ada di dalam dompetnya kepada Grace.

Grace yang melihat lembaran uang berwarna merah itu sangat tertegun. Ia menelan salivanya dan impiannya terwujud dalam semalam.

Hap!

Saat Grace ingin mengambil uang dari tangan Marvel, terlebih dahulu Marvel menaikkan tangannya di atas kepala sehingga Grace tak bisa mengambil uang miliknya.

"Ada apa lagi, Om?" tanya Grace kesal. Pasalnya ini sudah jam 9 malam.

"Berikan saya alamat rumahmu."

"Enggak, hak Anda apa?"

"Saya akan kasih kamu uang ini, tapi kamu harus kasih tahu alamat rumah kamu. Atau sekolah kamu."

Marvel memberikan pilihan yang sulit untuk Grace. Pasalnya ia sudah mengetahui tempat tinggal Grace, hanya saja ia ingin menggoda gadis itu. Apakah ia mengatakan hal yang bohong atau dia adalah gadis yang jujur.

Grace mengetikkan pesan di ponsel bututnya lalu memperlihatkan layar ponselnya yang pecah. Di sana tertulis alamat rumah Grace.

Benar. Sesuai dengan apa yang dikirim oleh Fanya padanya.

Marvel menganggukkan kepalanya. Lalu dia mengirim pesan kepada bodyguardnya untuk membelikan baju kaos panjang lengan dan celana training khusus perempuan dengan tinggi badan 155 cm.

"Tunggulah di sini, saya harus bersiap-siap," ujar Marvel seraya pergi ke kamar mandi. Guna untuk menuntaskan hasratnya di sana. Ia butuh berendam air dingin sekarang.

"Om, pakaian saya ada sama Bu Fanya," kata Grace.

"Saya akan membelikan baju untukmu. Tunggulah, nanti ada orang yang akan memberinya."

Ceklek!

Marvel masuk ke dalam kamar mandi lalu kembali mengirim pesan pada Fanya untuk mengantarkan peralatan milik Grace pada bodyguardnya.

Marvel membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya lalu ia menyalakan kran air dingin di bathup dan merendamkan tubuhnya di sana.

Untuk pertama kalinya Marvel tersiksa oleh seorang gadis. Rasanya ia ingin menuntaskan dengan sabut batang saja. Tapi, tak mungkin. Karena Grace berada di 1 ruangan bersamanya. Jika nanti Grace mendengar desahan, umpatan dan erangannya, bagaimana? Marvel masih punya urat malu di sarafnya.

5 menit berendam, tapi miliknya masih saja menegang. Membuat kepala pria itu pusing tak karuan. Bagaimana ini?! Pikir Marvel menatap ke bawah.

"Ayo, tidurlah. Aku akan mengantar gadis itu pulang ke rumahnya. Jika kau masih on begini, gimana aku akan keluar dari bathup ini?" ujar Marvel seraya memijit pelipisnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status