Share

Kami Dipertemukan Secara Mendadak, Pak

30 detik kemudian, Marvel melepaskan bibirnya. Ia membuka mata, melihat Grace yang diam dengan matanya terbuka itu pun ia merapatkan kembali tubuhnya.

"Itu adalah aset berharga saya. Yang nantinya akan membuat kamu ketagihan dan juga akan merasa puas," bisik Marvel.

"Jangan kayak gini, Om. Gak nyaman," ungkap Grace sambil memainkan kukunya.

Marvel yang mendengar penuturan gadis itu tersenyum. Ia mengangkat tubuh Grace ala bridal style. Membaringkannya di sofa yang lebar itu lalu kembali menyesap bibir Grace dengan gairahnya yang kembali berkobar.

Marvel menindih Grace dengan lembut, ia menggunakan kedua sikunya untuk menopang tubuhnya yang berat agar tak menabrak tubuh Grace.

Kini tangan Marvel terangkat untuk memegang kepala Grace yang bergerak ketika ia mencumbu Grace.

Grace hanya diam, ia belum tahu bagaimana respon ketika seseorang berciuman. Tangan Grace keduanya terkepal di atas dadanya. Ia takut jika nanti tubuh kekar Marvel menindih tubuhnya yang mungil. Tak bisa ia menahan berat tubuh Marvel yang sebesar itu.

Marvel mengecup beberapa puluh kali karena Grace melipat bibirnya. Marvel menghentikan kecupannya. Ia membuka mata dan melihat wajah Grace yang terkejut. Apa lagi dengan kedua bola mata Grace yang terbelalak melihatnya.

"Bisa gak kamu pejamin matanya ketika saya cium kamu? Kamu harus resapi semuanya. Jangan takut kayak gitu, jangan tegang. Rileks baby."

Marvel mengusap bahu Grace dengan lembut sambil tersenyum pada Grace. Senyuman yang jarang ia perlihatkan kepada semua orang termasuk istrinya.

Marvel menyentuh kening Grace dengan kelima jarinya. Hingga sampai ke kelopak mata, Grace menutup matanya merasakan halusnya jari-jari kekar Marvel hingga bibirnya.

Marvel menatap Grace yang masih memejamkan matanya. Ia mendekatkan wajahnya untuk mengecup kelopak mata Grace lalu turun ke hidung, kedua pipinya dan ke bibir.

Ibu jari Marvel menarik dagu Grace agar ia tak lagi melipat bibirnya. Marvel merasa puas ketika Grace menuruti permintaannya.

Tangan Marvel kemudian meraih tengkuk Grace hingga Grace bergidik geli. Tubuhnya kembali bergemetar ketika jari-jari Marvel menelusup ke belakang telinganya.

Beberapa menit kemudian, barulah Marvel melumat secara perlahan bibir Grace hingga menimbulkan suara kecapan. Marvel menghisap bibir mungil Grace membuat ia meremas kemeja yang Marvel kenakan. Grace dengan tiba-tiba mendorong Marvel hingga pangutan mereka terlepas.

"Maaf, aku terkejut."

Marvel lagi-lagi tersenyum seraya mengusap kening Grace, sementara Grace mengambil oksigen sebanyak mungkin ketika paru-parunya mulai menipis.

Marvel beranjak dari sofa. Ia berjalan menuju kulkaanya lalu meneguk minuman soda. Grace yang melihat Marvel tengah meminum minuman kalengnya itu terperangah.

'Astaga, apa yang kau pikirkan Grace?' batin Grace memukul kepalanya.

"Kenapa kamu pukul kepalamu?" tanya Marvel yang membuatnya terjingkat kaget.

"Engak apa-apa," jawab Grace malu.

Marvel mengangkat tangannya, melirik arloji perak di pergelangan tangannya. Sudah menunjukkan pukul 17.21 WIB.

"Yuk, kita pulang."

Marvel menatap ke arah Grace yang sedang termenung.

Marvel mengambil ponselnya di saku celana. Ia memesan beberapa makan malam untuk keluarga Grace nanti.

Tak butuh waktu lama, pesanannya pun sudah datang dan kini berada di tangan satpam kantornya.

Marvel memberikan susu kedelai dingin dari kulkasnya untuk Grace lalu Grace meneguk minuman yang diberikan oleh Marvel. Tenggorokannya cukup kering dan Grace tak tahu karena Marvel tak memberinya ruang untuk bernapas.

****

Marvel dan Grace berjalan memasuki lift setelah Marvel memberikannya sebuah jas yang ia bawa untuk menutupi seragam putih abu-abu yang ia kenakan pada Grace hingga paha. Tetapi, hanya dua senti rok abu-abu milik Grace yang terlihat.

Marvel dan Grace lalu berjalan menuju lobi sambil bergandengan tangan, karyawan dan staff di sana sudah tidak ada lagi. Semuanya sudah pulang dan suasana terasa sepi.

Di luar, seorang satpam berlari menuju ke arah Marvel untuk memberikan beberapa makanan yang diorder Marvel.

"Maaf, Pak Marvel, ini pesanan Bapak," ujar satpam ini sopan.

"Makasih, Pak."

Marvel mengambil kresek bening tersebut lalu ia memberikan semuanya pada Grace.

"Ha?"

"Buat kamu," ujar Marvel.

Lalu Marvel mengadahkan tangannya.

"Apa lagi, Om?" tanya Grace lagi.

"Ponselmu."

Grace mengkerutkan keningnya. Untuk apa Marvel meminta ponsel bututnya itu?

Lalu Grace membalikkan tasnya, ia mengambil ponselnya di sana lalu memberikan pada Marvel. Ternyata Marvel memasukkan namanya di kontak milik Grace dan menghubungi nomornya. Saku celananya bergetar.

"Besok-besok saya gak bakal kesusahan antar jemput kamu ke sekolah."

Marvel mengembalikan kembali ponsel milik Grace lalu masuk ke dalam mobil mewahnya. Sementara Grace terperangah akan kata-kata yang dikeluarkan oleh Marvel.

"Apa? Antar jemput?"

Grace membuka pintu mobil saat Marvel mulai mengeluarkan suara klakson mobilnya membuat Grace terkejut.

***

Di perjalanan, Grace sesekali mencuri pasang ke arah Marvel. Sejenak, matanya beralih pada bibir plum berisi milik Marvel yang berwarna merah alami itu. Bibir itu yang menciumnya, yang memberikan sentuhan aneh pada tubuhnya.

Lalu matanya beralih pada tangan kekar Marvel yang sedang memegang stir mobil yang berjalan menyusuri jalan raya.

'Astaga,' gumam Grace dalam hati.

"Mm ... maaf Om. Sebaiknya jangan antar jemput saya. Saya gak enak," ujar Grace pelan.

"Saya gak merasa keberatan kok, malahan saya senang. Kamu itu sugar baby saya dan saya adalah sugar daddy kamu."

"A--Apa? Sugar daddy, sugar baby?"

"Huh, jangan dipikirkan Grace. Itu makanan untuk orang tua kamu nanti malam. Ambil aja apa yang saya berikan sama kamu."

Grace meneguk salivanya melihat beberapa kotak makanan di sana. Sungguh, Marvel benar-benar perhatian pada Grace.

"Makasih," ujar Grace pelan.

Marvel menyinggungkan senyuman seraya menganggukkan kepalanya dengan pelan.

***

Sampainya di depan rumah Grace, Marvel turun dari mobilnya. Grace keluar dari mobil mewah itu seiring ibunya Grace dan Abang Grace keluar dari rumahnya.

"Lho, siapa ini Grace?" tanya wanita paruh baya itu pada Marvel.

"Saya Marvel, Tante. Pacarnya Grace," ujar Marvel kepalang santai.

Grace melototkan matanya ke arah Marvel. Bagaimana bisa ia mengatakan hal seperti itu? Marvel belum menembak dirinya dan dengan tanpa rasa malunya Marvel berucap sedemikian.

Rinrada tersenyum ramah ke arah Marvel, sementara Bryan--saudara laki-laki Grace terkejut dengan ungkapan Marvel. Bagaimana adiknya itu bisa mendapatkan pria sekaya Marvel? Pikir Bryan. Tetapi, jujur Bryan sangat kagum dengan adiknya itu. Karena Marvel, ia merasa bekerja di bengkel mobil yang beberapa tahun ini ia dalami. Walaupun gajinya tak seberapa, kadang juga ramai pengunjung dan kadang juga tidak.

"Masuk dulu, Nak," ajak Rinrada pada Marvel.

Marvel melirik ke arah Grace lalu tersenyum manis ke arah Rinrada. Mereka berjalan memasuki rumah sederhana milik Rinrada--Ibunya Grace.

Marvel duduk di atas karpet setelah ia membuka sepatu pentofelnya di luar yang menyisahkan kaos kaki hitam yang membaluti telapak kakinya.

Sementara Grace, ia disuruh oleh Rinrada agar menyiapkan segelas teh hangat untuk Marvel. Grace menuangkan gula pasir 2 sendok teh di dalam 4 gelas dengan takaran yang sama rata.

Sementara Sansan--Ayah Grace terpaku dengan kedatangan Marvel. Pria dengan pakaian jas melekat di tubuhnya itu sejenak berpikir.

"Temannya Grace?" tanya Sansan pada Marvel.

"Pacar Grace, Pak," sahut Rinrada menepuk lutut sang suami. Sansan melongo mendekat jawaban sang istrinya, apa pria ini tidak sakit? Pikir Sansan.

Kemudian, datanglah Grace yang membawa nampan. Di sana, Grace meletakkan segelas ke arah Marvel, Bryan, Rinrada dan Sansan.

"Maaf, Tuan. Dari mana Anda mendapatkan anak saya?" tanya Sansan spontan. Ya, Sansan sangat penasaran dengan hubungan Grace dengan Marvel itu.

Grace yang tak pernah membawa pria ke rumahnya apalagi dengan pria berjas ini. Grace tipikal orang yang sukar berteman, karena di dalam otaknya hanya belajar, belajar, dan belajar.

Marvel terkejut, matanya bergetar mendengar pertanyaan dari Sansan.

"Oh, perkenalkan. Saya ini Sansan, ini Rinrada istrinya dan ini anak sulung saya Bryan dia bekerja di bengkel mobil." Sansan memperkenalkan keluarganya dengan senyuman.

"Kami dipertemukan secara mendadak, Pak. Jangan memanggil saya dengan sebutan Tuan, saya masih mudah dibanding Anda, Pak." Marvel berucap sopan.

Ia sedikit grogi ketika berhadapan langsung dengan keluarga Grace. Tetapi, Marvel menyembunyikan perasaan tersebut dengan senyumannya yang ramah dan membuat auranya semakin hangat.

"Oh."

Sansan hanya dapat ber oh ria. Karena ia tak tahu apa yang akan dibahas.

"Ya sudah kalau begitu, Pak, Bu. Saya izin pamit, hari sudah malam."

Marvel bersalaman dengan Rinrada dan Sansan. Mereka melepas kepergian Marvel hingga di depan rumah. Lalu mobil mewah milik Marvel melesat hingga tak terlihat di tikungan.

****

Di dalam mobil, Marvel memegang dadanya dengan kedua tangan saat mobil mewahnya berjalan pelan. Tadi itu, dia begitu gugup sekali. Apalagi pertanyaan pertama yang dilontarkan Sansan padanya. Untung saja keluarga Grace begitu baik dalam menyambut kedatangannya. Marvel menyinggungkan senyuman saat kembali mengingat wajah terkejut Grace yang dia bilang bahwa dialah pacar Grace.

Tring ... tring ....

Ponsel pintar milik Marvel yang ia letakkan di atas dashboard itu bergetar. Marvel mengambilnya lalu melihat tertera nama Lin.

Lin adalah istri Marvel, tetapi mereka tak tinggal serumah. Pernikahan mereka adalah atas perjodohan kedua orang tuanya karena Lin menyutikkan dana ke perusahan sang ayahnya--Herman Tremont.

Pada saat itu, keluarga Tremont tengah dalam krisis ekonomi dalam 2 tahun lamanya. Ia tak bisa mengembalikan uang yang disuntikkan Lin itu. Tetapi, Lin terus bersikeras agar dananya tadi segera dikembalikan dalam waktu 2 bulan. Maka, Herman memperkenalkan Lin pada anak bontotnya--Marvel.

Lin sangat kagum melihat wajah tampan Marvel. Marvel sebelum itu menolak ajakan Herman agar ia segera menikah dengan Lin. Dan akhirnya Marvel terpaksa. 3 hari mereka menikah, Marvel memutuskan untuk keluar dari rumahnya dan tidur di kantor selama 1 bulan. Di sanalah kantornya yang ia pegang sendiri itu pesan dalam 1 bulan. Marvel mengembalikan uang Lin yang ia suntikkan pada perusahaan Herman, tetapi malah Lin yang tak mau menerimanya dengan alasan ia tak akan melepaskan Marvel.

Marvel tak lagi pernah tidur dengan Lin. Hubungan mereka renggang tanpa sepengetahuan keluarga Marvel maupun Lin.

Marvel menekan tombol merah itu lalu kembali meletakkan ponselnya di dashboard. Ia tadi sempat menduga bahwa itu adalah Grace, bukan Lin.

***

Sesampainya di rumah, Marvel masuk ke dalam rumahnya yang bergaya bak hotel bintang lima di ruang tamu dan keluarga. Ia masuk ke dalam kamarnya yang terletak di lantai atas disetelah menekan tombol pin di sana. Kamarnya yang bergaya klasik itu sangat elegan dan bagi siapa yang memandang akan betah melihatnya.

Marvel adalah orang yang sangat teliti dalam hal interior rumah, walaupun di luar hanya terkesan biasa saja dengan cat abu-abu, putih dan hitam.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Liyana Habibah
Lah katanya ayahnya grace udh mninggal, ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status