Share

Sudah Saya Katakan, Kamu Harus Membayarnya

***

"Tapi, itu tak gratis. Kau harus membayarnya."

Mendengar penuturan Marvel, seketika senyuman yang terukir di bibirnya yang mungil pudar. Bagaimana ia harus membayarnya? Ponsel ini sangat mahal, dan ia membalikkan kotak ponsel itu. Melihat harga ponsel tersebut.

21 juta rupiah.

Grace gugup, ia harus bagaimana? Bagaimana cara membayar uang sebanyak itu? Apakah ia harus mengembalikan uang milik Marvel padanya?

"Maaf, aku akan membalikkan ponsel ini padamu."

Grace meletakkan kotak ponsel itu di atas dashboard mobil Marvel. Seketika wajah Marvel jadi muram dan ia merasa marah karena Grace menolak pemberiannya.

Marvel menghela napasnya dengan kasar lalu meremas stir mobil. Melihat urat-urat di tangan kekar Marvel, ia ketakutan. Apakah nasibnya akan sama dengan stir mobil itu?

Grace dengan sembunyi membuka pintu mobil itu. Tetapi tak bisa. Melihat gelagat Grace yang ingin kabur secara diam-diam diketahui Marvel.

Seketika Marvel tersenyum smirk. Ia tahu jika Grace akan keluar dari mobilnya dan semuanya berjalan dengan mulus. Melihat senyuman Marvel seperti iblis, pupil mata Grace membesar. Ia seketika ketakutan.

"Buka pintunya. Aku udah telat, Om!" pekik Grace ketakutan.

Marvel mendekati Grace yang meringkuk seperti anak kucing yang tertangkap sang serigala. Lucu dan menggemaskan.

Secara bersamaan, Marvel menurunkan punggung kursi penumpang yang diduduki oleh Grace saat gadis itu berusaha mempertahankan dirinya. Grace juga mendorong sedikit dada Marvel yang akan menindih tubuhnya.

Darah Marve berdesir ketika pandangannya ke wajah Grace yang ketakutan. Ia berhasrat lagi ingin mencicipi santapan yang sangat lezat di depan matanya.

Melihat jakun Marvel yang bergerak ke atas dan ke bawah, Grace kembali mendorong Marvel. Tubuh pria itu sangatlah keras. Grace bisa saja memukul kepala Marvel lalu menendak selangkangan pria itu. Tetapi, entah ke mana mental dan energi itu hilang.

Tubuhnya melemas, napasnya memburu tak beraturan, ia gugup ketakutan, keringat di pelipisnya mulai terlihat di kening gadis itu.

Marvel mengangkat tangannya hendak mengelus pucuk kepala gadis itu, tetapi Grace menahannya, memegang pergelangan tangan kekar, besar dan berurat milik Marvel.

Seketika atensi Marvel teralihkan ke pergelangan tangannya yang disentuh oleh Grace. Tangan putih gadis itu melingkar manis di sana.

Segera Grace melepaskan tangannya dan ia memiringkan kepalanya ke samping kanan.

Marvel mengembuskan napasnya, hingga membuat Grace merinding ketika karbom dioksida yang dikeluarkan Marvel mengenai kulit wajahnya. Tercium aroma mint di sana.

Pria itu sangat menjaga penampilannya. Tak hanya penampilan dari luarnya saja, melainkan juga tubuhnya bagian dalam sekalipun. Hingga mulutnya.

Grace juga teringat ketika Marvel melakukan hal ini padanya. Menindihnya dan mencium bibirnya.

Grace menelan salivanya saat otaknya krmbali berputar ke kejadian semalam. Marvel yang melihat gelagat gadis itu, menurunkan bobot tubuhnya ke bawah, hingga sikunya lah yang menopang tubuh pria itu hingga Marvel dapat mencium aroma tubuh Grace. Parfum soft milik Grace membuatnya kembali menegang. Tetapi, Marvel berusaha mengalihkan atensi pada miliknya yang sesak sekarang kepada wajah Grace yang berada tepat di depan wajahnya.

"Bisakah Om jalankan mobilnya sekarang? Ini sudah jam 7," ujar Grace tanpa menatap Marvel yang berada di dekatnya.

"Sudah saya katakan, kamu harus membayarnya."

"Maaf, Om. Tapi, saya gak bawa uang sebanyak itu." Grace kembali berkilah. Ia ingin ke sekolah secepatnya untuk menghindari Marvel. Tetapi, kenapa malah Marvel yang mencari dirinya?

"Saya akan nencicipimu sedikit saja. Saya rindu kejadian semalam, saya gak bisa tidur nyenyak semalam," ujar Marvel dengan rayuannya dan matanya yang gelap akan hasrat.

Grace yang mendengar suara Marvel berubah menjadi berat tersebut menoleh dan kembali mengalihkan pandangannya seperti semula. Melihat ke arah kaca mobilnya. Di balik spion mobil pun Grace bisa melihat dirinya dan tubuh Marvel yang mengukungnya.

Marvel tersenyum menggoda melihat Grace yang diam. Ia mendekati wajah Grace lalu mencium pipi gadis itu. Mata Grace membola merasakan perlakuan Marvel selayaknya makanan bagi dirinya.

Marvel kembali menjauhkan wajahnya 2 senti, melihat reaksi gadis itu dan melihat liurnya di kulit wajah Grace. Tercium aroma harum di sana serta mengkilatnya kulit Grace akibat salivanya yang tertinggal.

Marvel kembali melakukan aksinya. Ia mengecup bekas liurnya di sana, lalu menjulurkan lidahnya yang runcing. Menelusuri pipi gadis itu, lalu ke belakang. Mengecup telinga Grace seraya mengembuskan napasnya di sana.

Grace meremas rok seragamnya. Ia merinding dengan perlakuan Marvel yang sangat intim ini. Grace hanya bisa diam, mengembuskan napasnya gusar dan sesekali ia menggeliat kegelian akibat Marvel yang mencium, menjilat bahkan menggigit telinganya.

Marvel menyibak rambut Grace lalu memegang kepala Grace dengan kedua tangannya. Grace menggeliat hebat, dan itu menyulitkannya untuk kembali mencicipi telinga gadis itu.

"Mm ..."

Satu desahan lolos di bibir Grace. Marvel tersenyum bahagia, semalaman Marvel tak dapat mendengar desahan Grace karena Marvel terkesan lebih terburu-buru tetapi tetap dengan kelembutannya.

"O-Om ..."

Grace menyebut nama Marvel saat mengecup dan menjilat rahangnya. Ini benar-benar keterlaluan. Kaki Grace bergerak tak beraturan, absurd.

Marvel kembali menegakkan kepalanya. Melihat bibir mungil itu yang terbuka, memperlihatkan gigi Grace yang cantik. Grace segera melipat bibirnya saat mengetahui arah pandang Marvel.

Tetapi, Marvel kembali mengecupi dagu Grace dan ke rahang milik Grace di sebelah kiri. Marvel kini menggerakkan kepala Grace ke sebelah kanan, menyibak rambut gadis itu dan kembali melanjutkan aksinya ke telinga gadis itu.

Di sana, Marvel bisa menghirup dalam-dalam aroma rambut Grace yang sangat wangi. Aroma mawar. Sesekali Grace mengeluarkan desahannya. Bukan untuk menggoda Marvel, tetapi perlakuan Marvel yang membuatnya seperti itu. Ia sedikit kewalahan dengan Marvel. Hingga Grace memukul lengan Marvel untuk menghentikan perlakuan Marvel padanya. Berhasil.

Marvel melihat wajah Grace yang memerah, napasnya yang memburu sama seperti dirinya dan rambutnya yang berantakan.

Marvel kembali mendekati wajahnya pada wajah Grace. Menyatukan kening mereka berdua, hingga Grace menahan napasnya. Detik berikutnya Marvel mengecup lama dahi Grace lalu menaikkan kursi milik Grace dan kembali ke tempat duduknya.

Marvel melihat arlojinya. Pukul 7.45 WIB. Astaga, ini benar-benar terlambat. Ia mengira akan menghabiskan waktu 10 menit saja. Tetapi sudah lebih 30 menit sekarang.

"Saya antar kamu ke sekolah sekarang, ambil ponsel itu."

Setelah Grace memasukkan kotak ponsel itu ke dalam tasnya karena Marvel tak kunjung menghidupkan mesin mobil. Terpaksa ia mengambilnya daripada Grace tak masuk hari ini.

Marvel menjalankan mobilnya menuju kuliahan Grace. Ia turun bersama Grace. Seketika Grace menoleh ke belakang.

"Ngapain, Om?" tanya Grace pada Marvel.

"Di mana kepala sekolah kamu? Sekarang semua kelas sudah masuk."

Tak lama, datanglah satpam di tengah-tengah perdebatan mereka.

"Grace Mirza Rania, untuk kedua kalinya kamu terlambat. Menghadap ke meja piket," ujar satpam tersebut lalu melirik ke arah Marvel yang lebih tinggi darinya. Grace yang berjalan lebih dulu dari Marvel, ia melirik sekilas satpam tersebut lalu mengikuti Grace dari belakang.

Hingga perjalanan keduanya sampai ke meja dosen. Dosen yang berada di sana pun menatap Marvel dan Grace dengan bergantian.

"Saya telat, Bu."

"Hah, ya sudah. Masuk ke kelasmu sekarang."

Grace menganggukkan kepalanya, ia membalikkan tubuhnya dan mendapati Marvel lagi.

"Masuk ke kelasmu, Nona." Marvel berkata seraya menyuruhnya agar menyikir dari hadapannya.

Marvel tersenyum ke arah Grace yang masih melihatnya dan Grace hilang dari pandangannya ketika ia berbelok ke belakang gedung.

"Maaf, Bu. Saya ingin bertanya, di mana ruangan kepala kampus?" tanya Marvel kepalang santai.

"Kamu siapa?" tanya dosen perempuan tersebut.

"Saya salah satu wali dari mahasiswi di sini, Bu."

"Oh, mari saya antar."

Marvel mengikuti langkah wanita itu, hingga masuk ke dalam ruang dosen. Mereka yang berada di sana terpanah dengan pesona Marvel yang terbilang sangat tampan bak dewa Yunani.

"Ini, Pak. Silahkan masuk."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status