Share

Bab.5 Ingin Tau

Penulis: Love Star
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-24 10:35:45

Seminggu berlalu, dan selama itu juga Aria banyak menghabiskan waktu bersama Alan dan Avan, termasuk Adrian selalu mengikuti ke tiganya.

Selama itu juga Raka, Ibu Mertua, Bapak Mertuanya tak ada yang ngeh dengan perubahan Aria. Bahkan Raka mulai kewalahan dengan tugas-tugas yang atasannya suruh.

“Mas Adrian?” panggil Aria lirih.

“Ya, Ar?”

“Mas Adrian ngasih tugas ke Mas Raka dengan beratkah?” tanya Aria pelan.

Adrian terdiam menatap Aria, “Apa kamu menyesal meminta saya untuk memberikan pekerjaan berat pada suami kamu?” tanyanya tegas namun lembut.

“Bukan gitu, Mas. Aku... Cuman...”

“Harusnya kamu tinggalin aja suami kamu yang tukang selingkuh itu. Jelas-jelas di pabrik saya batas kerja hanya sampai jam empat sore, tapi kenapa dia mengaku sampai larut malam, bahkan sampai dini hari.” Ujar Adrian yang tak terima. Ia ikut geram pada Raka yang berbohong.

Pantas saja ada desas desus soal salah satu karyawannya yang mengaku lembur hingga tak kenal waktu, lebih parahnya ia mendengar jika itu hanya alasan karyawannya untuk selingkuh.

Saat Adrian tau siapa orangnya ia semakin geram. Istri secantik dan sebaik Aria kenapa harus di selingkuhi dan di bohongi? Pikir Adrian menatap wajah Aria.

DRRTT!!

Ponsel Aria berdering ada telfon masuk, Aria izin untuk mengangkat telfon dan menjauh dari Adrian berserta Alan dan Avan yang tengah bermain.

“Halo?”

“Kamu dimana?” tanya Raka tajam.

Aria menoleh sekilas pada Adrian, “Di luar, Mas. Ada apa?”

“Ibu, Bapak mau ke rumah sakit. Uwa masuk rumah sakit lagi, dan Mas habis pulang kerja langsung ke sana. Kamu jaga rumah dan temani Ka Samudra, dia gak ikut soalnya.”

Aria terdiam ia bingung harus jawab apa. Di satu sisi ia canggung dengan Kaka iparnya ditambah masalah beberapa minggu yang lalu di antara mereka.

“Aria!” bentak Raka kesal. “Kamu dengar Mas ngomong gak?”

“I-iya Mas, nanti Aria jaga rumah.” Jawab Aria.

“Ya sudah, Mas mau lanjut kerja lagi.” Ujar Raka langsung mematikan telfonnya.

Aria menghela nafas pelan menatap layar ponselnya. Sibuk apanya? Pastinya kamu lagi selingkuh sama pelakor itu!! Batin Aria kesal.

Sore harinya Aria masak sedikit, karena hanya ada dia dan Kaka iparnya.

“ARIA!!” teriak Samudra dari arah ruang keluarga.

“Apa lagi sih tu bayi gede. Ganggu aja orang lagi kerja!” gumam Aria beranjak dari kursi kayu diruang tamu.

“Ia Ka?” sahut Aria malas. Ia melangkah menuju ruang tamu yang hanya di sekat tembok, “Ada apa?” tanya Aria berdiri di ambang sekat ruang tamu dan ruang keluarga.

Samudra menatap Aria tajam, “Buatkan kopi,” pintanya lebih ke perintah.

“Bikin sendiri, aku sibuk.” Tolak Aria berbalik hendak pergi.

“ARIA! Saya ini Kaka ipar kamu, mana sopan santunmu?”

Aria berbalik lagi menghadap Samudra, “Dibuang ke tong sampah!” ketusnya sambil mendengus kesal.

“Kamu!” geram Samudra berdiri dan berjalan ke arah Aria.

“Apa? Mau pukul?” katanya menatap tajam, “Kalo mau pukul nih pukul aja!!” tantang Aria tegas.

Samudra semakin dekat dan berdiri menjulang di hadapan Aria. Tinggi Samudra 187 cm, membuat Aria harus mendongak menatap wajah Samudra.

“Kamu berani sama saya?” tanya Samudra dengan suara tertahan.

Aria maju selangkah dan menunjuk wajah Samudra, “Anda pikir saya takut?”

Samudra tersenyum sinis melihat keberanian Adik iparnya.

“Wanita seperti kamu memang pantas untuk diselingkuhi!” ujar Samudra membuat Aria kaget.

“Jangan ikut campur urusan kami!!” ucap Aria memperingati.

Samudra maju perlahan membuat Aria refleks mundur, “Ka-kaka mau apa?”

“Menurut kamu?”

“Ka, jangan macam-macam! Kalo Kaka terus mendekat aku bakal teriak!!” ancam Aria terpojok di dinding.

Samudra tersenyum sinis dan mengimpit Aria diantara-Nya dan dinding, “Coba aja kamu teriak,” tantang Samudra.

Aria mendorong dada bidang pria di hadapannya, namun kekuatannya kalah dengan pria bertubuh jangkung dan kekar itu.

Tangan Samudra ia letakan di atas kepala Aria, ia sedikit membungkuk menatap Aria.

“Apa jadinya kalo seorang istri bercumbu dengan Kaka dari suaminya? Apa akan menjadi gosip panas?” desisnya menatap manik mata Aria.

“KA!” sentak Aria kesal dengan perkataan Samudra. Ia berusaha mendorong Samudra untuk menjauh, namun pria itu tetap diam tak bergerak sama sekali.

“Kenapa Aria? Bukankah kamu juga memiliki hubungan dengan pria lain?” sinisnya sambil membelai pipi kanan Aria.

“Saya ingin tau, bagaimana rasanya disayang oleh istri dari adik tiri sendiri.” Lanjut Samudra membuat Aria merinding.

Tubuhnya tak kuat untuk melawan Samudra, bahkan pria itu dengan sengaja menumpukan lutut kanannya di dinding—antara dua paha Aria.

"Layani saya sampai puas! maka saya tak akan membongkar perselingkuhanmu juga," bisik Samudra di telinga Aria.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   Bab. 16 Sejak Awal

    Siang itu, setelah makan bersama dan membereskan dapur, suasana rumah mulai kembali normal. Ibu Saima dan Pak Narto tengah duduk di meja makan, sibuk membicarakan rencana acara keluarga dua hari lagi. Aria sedang menata gelas di rak ketika Raka muncul dari kamar dengan pakaian rapi—kaos polos biru tua dan celana jeans."Aria," panggilnya sambil meraih kunci motor di meja. "Aku mau ketemu Dodi, teman kerja. Ada urusan sedikit."Aria menoleh, menatap wajah suaminya yang tenang-tenang saja. Senyum tipis ia pasang, meskipun di dalam hati, ia sudah tahu persis bahwa ‘Dodi’ hanyalah kedok. Bukan Dodi yang akan ditemui Raka, tapi perempuan itu—selingkuhannya—di sebuah hotel yang pasti sudah mereka sepakati.Ia tidak ingin membuang energi untuk bertanya atau memprotes. Aria hanya menjawab pelan, "Oh, hati-hati di jalan."Raka mengangguk singkat, lalu pergi tanpa menoleh lagi. Suara motor menjauh, meninggalkan kesunyian yang terasa menyisakan perasaan sesa

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   Bab. 15 Godaan Dipagi Hari

    Pagi itu, rumah sudah kembali pada rutinitasnya. Aria sudah berada di dapur sejak pukul empat subuh, mengerjakan tugasnya seperti biasa. Ia mencoba untuk bersikap senormal mungkin, tetapi ada luka yang perih di dalam hatinya dan rasa nyeri yang nyata di bagian bawah perutnya. Setiap gerakan terasa kaku, pengingat dari kejadian semalam yang tak ingin ia kenang. Pukul tujuh pagi, Ibu dan Ayah mertua sudah selesai sarapan. Mereka berdua berpamitan hendak pergi ke pasar. "Aria, kami berangkat dulu ya. Nanti makan siang jangan lupa dihangatkan," ujar Ibu sambil menepuk bahu Aria. Aria hanya tersenyum tipis. "Iya, Bu. Hati-hati di jalan." Setelah pintu utama tertutup, suasana kembali hening. Hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan piring saat Aria menyelesaikan sarapannya sendiri. Pikirannya melayang pada Samudra. Pria itu, kakak iparnya, masih terlelap. Begitu pula dengan Raka. Untungnya Raka sudah terlelap setelah pukul 11 malam, jadi dia tidak tahu apa yang terjadi sem

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   Bab. 14 Dikamar Sebelah

    Raka masih duduk santai, menghisap rokoknya pelan, sesekali mengeluarkan asap sambil berceloteh soal kerjaan. Samudra mendekatkan wajahnya sedikit ke telinga Aria. Napasnya hangat, membuat bulu kuduk Aria meremang. Dengan suara yang nyaris tak terdengar, ia berbisik, "Kamu tau nggak… bibir kamu kemarin itu masih kerasa manis sampai sekarang." Aria menahan napas, tangannya yang memijat bahu Raka sempat berhenti sepersekian detik. Untung Raka tidak sadar, malah sibuk memainkan ponselnya. Samudra menambahkan, kali ini suaranya makin rendah. "Kalau nggak ada dia di sini, udah dari tadi aku ambil lagi." Aria menggertakkan giginya, mencoba terlihat tenang. “Kamu… jangan gila,” desisnya pelan, sambil berpura-pura merapikan letak bantal di belakang Raka. Samudra tertawa kecil, senyum miringnya penuh tantangan. “Aku nggak gila… aku cuma ketagihan,” bisiknya lagi. Raka menoleh sebentar. “Ngomong apa kalian berdua?” tanyanya santai, matanya bergantian memandang Aria dan Samudra. Aria cep

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   Bab. 13 Pengganti Rokok

    Beberapa hari kemudian, Nadine pulang lebih awal dari biasanya. Jam dinding di ruang tamu baru menunjukkan pukul delapan malam, tapi rumah terasa… sepi. Adrian sedang duduk di sofa, ponsel di tangannya, senyum tipis menghiasi wajahnya. “Ngapain senyum-senyum sendiri?” Nadine langsung duduk di sampingnya, nada suaranya setengah bercanda, setengah curiga. Adrian kaget sedikit, lalu cepat-cepat mengunci layar ponsel. “Nggak, cuma baca chat grup kantor,” jawabnya datar. Nadine menatapnya lama. Selama ini, Adrian bukan tipe orang yang menutup-nutupi isi ponsel. Dan senyum itu… bukan senyum orang yang sedang bercanda dengan rekan kerja. Beberapa hari terakhir, Nadine memang merasa Adrian sedikit berubah. Tidak lagi menanyakan dia ada di mana kalau pulang larut, tidak lagi mengirim pesan “hati-hati di jalan” seperti dulu. Bahkan, tatapan Adrian terasa lebih dingin. “Anak-anak udah tidur?” Nadine mencoba membuka topik lain. “Udah,” jawab Adrian singkat. “Tadi Aria main ke sini sebentar,

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   12. Manipulasi Pikiran

    Seminggu berlalu sejak malam itu. Aria berusaha tampil biasa saja di depan semua orang—senyum seperlunya, obrolan seadanya—namun diam-diam, kenangan akan hangatnya bibir Samudra terus menghantui pikirannya. Seakan setiap kali ia menyentuh gelas minum, ia kembali merasakan sentuhan itu.Samudra pun sama saja. Ada rindu yang menumpuk, ada keinginan yang mendesak untuk mengulang, tapi rumah terlalu ramai dengan saudara-saudara yang mondar-mandir. Kesempatan tidak pernah datang. Mereka hanya bisa saling curi pandang singkat, tanpa kata.Sore ini, Aria duduk di sebuah kafe yang cukup terkenal—Star Café. Aroma kopi bercampur wangi kue hangat memenuhi udara.Di hadapannya duduk Adrian, lelaki berwajah tegas namun terlihat letih, bersama dua bocah kembar berusia lima tahun, Alan dan Avan.Adrian adalah suami Nadine—wanita yang entah dengan keberanian macam apa mau menjadi selingkuhan Raka, suami Aria sendiri. Dan kedua bocah lucu itu adalah anak kandung Nadine.Aria tersenyum lembut, matanya

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   Bab. 11 Mati Lampu

    Begitu Raka selesai makan, ia berdiri dari meja. “Aku duluan, ya. Ngantuk banget.” Tanpa menunggu jawaban, Raka berjalan menuju kamar dan menutup pintu. Suara langkahnya semakin menjauh… lalu hilang. Aria menelan ludah, tangannya sibuk membereskan piring sambil berusaha menghindari kontak mata dengan Samudra. Namun begitu ia mengangkat kepala, Samudra sudah bersandar santai di kursinya, menatapnya dengan ekspresi seperti kucing yang baru menemukan tikus kecil di pojok ruangan. “Nah… katanya kita bebas mau ngapain…” ucapnya pelan, senyumnya melebar. Aria mendengus. “Bebas itu buat aku nyapu atau masak, bukan buat ngeladenin Kakak aneh-aneh.” Samudra berdiri, melangkah pelan mendekat. “Sayang sekali, Darling… aku maunya bebasnya beda.” Aria mundur selangkah, tapi Samudra justru semakin dekat. “Kak, aku lagi banyak kerjaan…” elaknya sambil memegang tumpukan piring, berharap itu bisa jadi alasan. Tapi Samudra malah mengambil satu piring dari tangannya, meletakkannya di meja, lalu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status