Setelah kejadian di dapur tadi Aria berdiri di depan cermin. Ia menyisir rambut dan memoles sedikit wajahnya dengan bedak dan lipglos.
Malam ini Aria akan memulai semuanya dengan hati-hati, apa lagi malam ini ia akan merebut hati Adrian dan dua anak Nadine. Dan malam ini Aria memakai baju merah marun, dengan bagian dada sedikit terlihat, begitu juga di bagian bahu. Celananya, celana jeans hitam. “Dia pikir, selingkuh itu indah? Oh tidak Nadine. Gue Aria, bakal rebut apa pun milik lo!” ucap Aria pelan. “Dan asal lo tau Nadine, gue jauh lebih sadis kalo lo mau. Gue bakal hancurin semuanya tanpa sisa.” Diaras cukup untuk membuat mata lelaki melirik, Aria segera memakai hoodie hitam besar. Ia sengaja memakai hoodie agar menutupi baju yang ia pakai saat ini, karena bagian dada cukup terlihat karena buah dada Aria besar dan juga sangat ketat pada tubuhnya. Tadinya Aria ingin langsung keluar memakai semuanya, namun ia tak mungkin berpakaian mencolok seperti itu. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, Aria menghampiri Bapak mertuanya yang tengah menonton TV di ruang keluarga bersama Samudra. Aria mendekat sedikit, “Pak,” panggil Aria pelan. Narto dan Samudra menoleh ke belakang, menatap Aria. “Ada apa Aria?” tanya Pak Narto dingin. “Aku mau ke toko, perlengkapan aku udah habis, apa boleh keluar?” tanyanya pelan. Namun ia malah melirik Samudra yang terus menatapnya dari atas hingga bawah. Narto menatap sebentar lalu kembali menonton TV, “Terserah kamu, biasanya juga pergi tanpa pamit.” Ujar Narto membuat hati Aria memanas. Aria menarik nafas pelan, ia berbalik dan berjalan pergi. “Bapak izin in gitu aja?” tanya Samudra. “Udah biasa. Dia kalo malam minggu suka keluar, tapi semenjak Raka sama Nad–“ ucapan Narto terpotong, membuat Samudra memicingkan alisnya. “Maksud Bapak? Raka sama siapa? Nad? Nad siapa Pak?” tanya Samudra bingung. Narto menghela nafas panjang, “Jadi... Selama tiga bulan ini... Raka, adik kamu sudah bersama wanita lain. Semua orang di sini sudah tau, tapi hanya Aria dan pihak keluarga Aria saja yang tak tau soal ini.” Ungkap Narto membuat rahang Samudra mengeras. “Maksud Papa, Raka selingkuh?” tanya Samudra menatap Narto dengan tatapan tak percaya. Disisi lain—toko perlengkapan. Aria membeli beberapa kebutuhan bersama Awan. Pemuda jangkung dan tampan itu terus membantu Aria, bahkan malam ini mereka merencanakan untuk mengecoh Adrian dan dua anaknya yang selalu ke toko itu. Hoodie yang Aria pake pun sudah ia lepas dan di titipkan pada Awan. “Mbak, yakin pake baju gitu?” tanya Awan melihat bahu mulus Aria. “Kenapa emang?” tanya Aria tanpa menoleh, ia masih memilih sabun Apel dan juga Pir. “Ba-baju Mbak Aria... Ketat banget,” ucap Awan jujur. Bahkan wajahnya kini memerah hingga telinga. Aria menoleh dan tertawa pelan, “Kenapa kamu yang ke goda?” Awan tertawa kikuk, “Hehehe, maklum Mbak. Aku kan masih spesies cowok.” Jawabnya dengan jujur, membuat Aria tertawa kembali. Tak butuh waktu lama, target yang mereka tunggu telah tiba. Adrian dan dua anaknya baru saja masuk ke toko itu. Hanya ada mereka bertiga, sepertinya Adrian benar-benar memecat Babysitternya. batin Aria. “Wan, target!” ucap Aria lirih. Awan mengangguk pelan, ia pura-pura membantu Aria agar tak terlalu mencolok. “Papa-Papa, Alan mau beli alpukat.” Tunjuk Alan mengarah ke deretan buah-buahan. Saat itu Avan ikut menoleh dan melihat Aria, “MAMA!!” teriak Avan membuat Adrian dan Alan tersentak dan ikut menatap ke arah yang Avan lihat. Dengan langkah kecil, Avan menghampiri Aria dan memeluk kaki Aria dari belakang. “Mama, Avan anen.” Ucap Avan dengan wajah memelas. Aria menoleh, menatap wajah Avan dengan bingung. Namun wajah Avan sangat gemas, apa lagi anak-anak yang masih umur 4 tahunan terbilang masih aktif-aktifnya. Alan pun tak mau kalah dari adiknya, ia berlari dan ikut memeluk kaki Aria. “Loh, kalian kok ada di sini? Mana Bibi perawat?” tanya Aria basa-basi. “Mereka sudah saya pecat.” Jawab Adrian melangkah mendekat. “E-eh, kamu Papanya merekakan?” Adrian mengangguk sambil mengulurkan tangan, “Nama saya Adrian Adiwijaya, panggil Adrian.” Aria tersenyum tipis, “Aria,” ucapnya pelan sambil menerima uluran Adrian. “Ini?” tunjuk Adrian pada Awan. Awan tersenyum ramah, “Saya Awan, tetangganya Mbak Aria.” “Cuman tetangga?” tanya Adrian seperti memastikan. Aria dan Awan mengangguk bersamaan. “Mama Alan mau dibuatin jus alpukat,” pinta Alan menatap Aria. Dua anak kembar itu tak melepaskan pelukannya, bahkan mereka terus mendongak menatap wajah Aria. “Alan!” tegur Adrian menatap anaknya. “Tante Aria bukan Mama, tapi Tante.” Ucapnya menjelaskan pada Alan. “Tapi Alan maunya Mama Aria.” “Avan juha au Mama Aria.” Kedua anak kembar itu terus menatap Aria dengan wajah memelas, seperti bayi kucing tak mau jauh dari induknya. Aria berjongkok dan mengelus masing-masing pipi keduanya, “Alan, Avan. Tante Aria bukan Mama Alan sama Avan. Jadi panggil Tante ya?” ucapnya dengan lembut. “Mama,” teriak ke duanya memeluk Aria. Aria sempat terdiam dan menatap Adrian, “Kenapa mereka memanggil saya Mama?” “Mereka selalu begitu, jika ada orang yang baik pastinya akan sangat dekat. Tapi kalo soal memanggil pakai ‘Mama’ ini baru pertama kalinya.” Tutur Adrian. Aria mengangguk pelan. Mari mulai dengan hal terkecil Nadine. Batin Aria tersenyum sinis. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang terus mengawasi mereka dibalik rak buah-buahan. "Siapa pria itu? dan kenapa dua kurcaci itu memanggil Aria dengan sebutan 'Mama?', apa Aria memiliki hubungan dengan pria itu sebelumnya?" tanya orang itu pada dirinya sendiri. ia ingin lebih dekat agar bisa mendengar pembicaraan mereka, namun jika terlalu dekat, Aria pasti mengetahuinya.Dengan sengaja Samudra memeluk pinggang Aria, membuat Aria panik setengah mati. “KA!” protes Aria berusaha mendorong Samudra untuk menjauh, namun pria itu semakin dekat dan berbisik. “Yes Darling? Mau apa? “ tanyanya dengan suara berat dan serak. Aria sangat kesal, ia ingin sekali memukul Kakak iparnya tapi ia urungkan karena tempat itu sangat ramai. Yang ada Aria akan mendapat masalah dan malu sendiri. “Mau keliling?” tanya Samudra lembut. “Kalo mau... Nanti Mas yang traktir,” lanjutnya menatap wajah Aria. “Gak!” tolak Aria singkat. Tatapan Aria tak lepas dari Adrian yang menemani anak-anaknya bermain, ada sedikit rasa kasihan yang tengah Aria rasakan. “Kasihan Alan sama Avan, mereka harus memiliki Ibu yang kecanduan selingkuh!” ucap Aria lirih dengan hembusan nafas pelan. Samudra mengangguk pelan dan menegakkan kembali posisi duduknya, “Buat apa kamu harus kasihan pada kurcaci itu? Sedangkan ibunya sendiri masa bodo dengan anak-anaknya!” ucap Samudra dingin. Aria menoleh da
Malam minggu tiba, Raka untuk kali ini menepati janjinya untuk mengajak jalan Aria, namun tak merubah tekad Aria untuk menghancurkan selingkuhan dan suaminya itu. Pasalnya kini Nadine berserta Adrian dan dua anaknya berada di pasar malam, membuat Aria curiga jika suaminya berniatan untuk janjian dengan selingkuhan dengan alasan jalan bareng keluarga. Aria mengepal kuat apa lagi melihat Raka sangat akrab sekali dengan Nadine, sedangkan Adrian sibuk mengurusi anak-anaknya yang tengah bermain. Sebuah tangan mendarat di paha kiri Aria, membuat Aria kaget dan refleks menoleh ke kiri. Disana ia melihat Samudra sudah menyusul dan duduk di sampingnya. Mata Aria melotot menatap Samudra. Apa-apaan coba itu tangan!! Batin Aria mencubit tangan Samudra. Samudra sedikit mendekat lalu berbisik, “Cemburu?” tanyanya dengan nada meledek. Aria tak terima ia mencubit tangan Samudra semakin kuat, “Sialan!!” ucapnya tanpa suara. Samudra menyeringai dan semakin kuat mencengkeram paha kiri Aria. Aria
Samudra terus menatap manik mata Aira lebih dalam, “Kamu itu cantik, tapi... Terlalu cuek. Pantas saja adik saya selingkuh,” ujar Samudra sinis, membuat Aria kesal. Wanita itu mencubit pinggang Samudra cukup keras. “Ssshhh!!” Samudra meringis, saat mendapat cubitan itu. “Aku cuek bukan urusan Kakak!!”Samudra tertawa lalu memendamkan wajahnya di ceruk leher Aria, membuat Aria nge-freeze. Samudra bisa merasakan wangi melati di sekitar leher Aria dan wangi itu membuatnya betah ingin terus mencium wangi melati—khas Aria. “Kenapa tubuh kamu wangi sekali melati?” tanya Samudra berat dan serak. Aria tetap diam menatap lurus, ia masih nge-freeze mencoba mencerna apa yang dikatakan Samudra. “Akh!” Aria kaget saat Samudra menggigit bahu kirinya, “Sakit tau!!” kesal Aria. Samudra yang mendengar Aria kesal bukannya berhenti, ia malah lanjut menggigit beberapa kali. Aria tak tahan dengan Samudra ia refleks memukul kepala Samudra—BUGH! “Sakit!” keluh Samudra mengelus kepalanya sendiri. “
Seminggu berlalu, dan selama itu juga Aria banyak menghabiskan waktu bersama Alan dan Avan, termasuk Adrian selalu mengikuti ke tiganya. Selama itu juga Raka, Ibu Mertua, Bapak Mertuanya tak ada yang ngeh dengan perubahan Aria. Bahkan Raka mulai kewalahan dengan tugas-tugas yang atasannya suruh. “Mas Adrian?” panggil Aria lirih. “Ya, Ar?” “Mas Adrian ngasih tugas ke Mas Raka dengan beratkah?” tanya Aria pelan. Adrian terdiam menatap Aria, “Apa kamu menyesal meminta saya untuk memberikan pekerjaan berat pada suami kamu?” tanyanya tegas namun lembut. “Bukan gitu, Mas. Aku... Cuman...”“Harusnya kamu tinggalin aja suami kamu yang tukang selingkuh itu. Jelas-jelas di pabrik saya batas kerja hanya sampai jam empat sore, tapi kenapa dia mengaku sampai larut malam, bahkan sampai dini hari.” Ujar Adrian yang tak terima. Ia ikut geram pada Raka yang berbohong. Pantas saja ada desas desus soal salah satu karyawannya yang mengaku lembur hingga tak kenal waktu, lebih parahnya ia mendengar
Setelah kejadian di dapur tadi Aria berdiri di depan cermin. Ia menyisir rambut dan memoles sedikit wajahnya dengan bedak dan lipglos. Malam ini Aria akan memulai semuanya dengan hati-hati, apa lagi malam ini ia akan merebut hati Adrian dan dua anak Nadine. Dan malam ini Aria memakai baju merah marun, dengan bagian dada sedikit terlihat, begitu juga di bagian bahu. Celananya, celana jeans hitam. “Dia pikir, selingkuh itu indah? Oh tidak Nadine. Gue Aria, bakal rebut apa pun milik lo!” ucap Aria pelan. “Dan asal lo tau Nadine, gue jauh lebih sadis kalo lo mau. Gue bakal hancurin semuanya tanpa sisa.” Diaras cukup untuk membuat mata lelaki melirik, Aria segera memakai hoodie hitam besar. Ia sengaja memakai hoodie agar menutupi baju yang ia pakai saat ini, karena bagian dada cukup terlihat karena buah dada Aria besar dan juga sangat ketat pada tubuhnya. Tadinya Aria ingin langsung keluar memakai semuanya, namun ia tak mungkin berpakaian mencolok seperti itu. Jam sudah menun
Sore harinya, Aria tengah duduk di ruang tamu sambil bermain ponsel. Ia bermain ponsel bukan sembarangan, melainkan ia bekerja sebagai penulis di beberapa platform Novel. Dengan menjual ide-idenya, ia mendapatkan bayaran setiap bulan, hasil bagi bonus dan sebagiannya. Karya-karya yang ia buat sangat di minati oleh kalangan remaja, karena setiap ia buat tentang romansa anak SMA. TING! Suara notif masuk di ponsel Aria—[ Pembayaran Berhasil! ]Royalti sebesar Rp3.800.000 telah masuk ke rekening [******21]. Cek saldo sekarang.Mata Aria seketika membulat sempurna, mulutnya menganga untuk ke sekian kalinya. “Gila, gue dapet duit lagi.” Gumam Aria pelan. Ini bukan untuk pertama atau ke dua kalinya, melainkan untuk ke lima belas kalinya mencairkan uang hasil pendapatan bonus novelnya. Ini baru satu platform loh, gimana sama yang lain coba? Serunya dalam hati. Aria sudah banyak mengumpulkan gaji karyanya selama 8 bulanan ini, dan baru di cairkan hari ini. Rekening digitalnya yang dulu h