Home / Romansa / Obsesi Liar Kakak Iparku / Bab.4 Merebut dua anak kembar

Share

Bab.4 Merebut dua anak kembar

Author: Love Star
last update Last Updated: 2025-07-24 08:47:40

Setelah kejadian di dapur tadi Aria berdiri di depan cermin. Ia menyisir rambut dan memoles sedikit wajahnya dengan bedak dan lipglos.

Malam ini Aria akan memulai semuanya dengan hati-hati, apa lagi malam ini ia akan merebut hati Adrian dan dua anak Nadine.

Dan malam ini Aria memakai baju merah marun, dengan bagian dada sedikit terlihat, begitu juga di bagian bahu. Celananya, celana jeans hitam.

“Dia pikir, selingkuh itu indah? Oh tidak Nadine. Gue Aria, bakal rebut apa pun milik lo!” ucap Aria pelan.

“Dan asal lo tau Nadine, gue jauh lebih sadis kalo lo mau. Gue bakal hancurin semuanya tanpa sisa.”

Diaras cukup untuk membuat mata lelaki melirik, Aria segera memakai hoodie hitam besar. Ia sengaja memakai hoodie agar menutupi baju yang ia pakai saat ini, karena bagian dada cukup terlihat karena buah dada Aria besar dan juga sangat ketat pada tubuhnya.

Tadinya Aria ingin langsung keluar memakai semuanya, namun ia tak mungkin berpakaian mencolok seperti itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, Aria menghampiri Bapak mertuanya yang tengah menonton TV di ruang keluarga bersama Samudra.

Aria mendekat sedikit, “Pak,” panggil Aria pelan.

Narto dan Samudra menoleh ke belakang, menatap Aria.

“Ada apa Aria?” tanya Pak Narto dingin.

“Aku mau ke toko, perlengkapan aku udah habis, apa boleh keluar?” tanyanya pelan. Namun ia malah melirik Samudra yang terus menatapnya dari atas hingga bawah.

Narto menatap sebentar lalu kembali menonton TV, “Terserah kamu, biasanya juga pergi tanpa pamit.” Ujar Narto membuat hati Aria memanas.

Aria menarik nafas pelan, ia berbalik dan berjalan pergi.

“Bapak izin in gitu aja?” tanya Samudra.

“Udah biasa. Dia kalo malam minggu suka keluar, tapi semenjak Raka sama Nad–“ ucapan Narto terpotong, membuat Samudra memicingkan alisnya.

“Maksud Bapak? Raka sama siapa? Nad? Nad siapa Pak?” tanya Samudra bingung.

Narto menghela nafas panjang, “Jadi... Selama tiga bulan ini... Raka, adik kamu sudah bersama wanita lain. Semua orang di sini sudah tau, tapi hanya Aria dan pihak keluarga Aria saja yang tak tau soal ini.” Ungkap Narto membuat rahang Samudra mengeras.

“Maksud Papa, Raka selingkuh?” tanya Samudra menatap Narto dengan tatapan tak percaya.

Disisi lain—toko perlengkapan.

Aria membeli beberapa kebutuhan bersama Awan. Pemuda jangkung dan tampan itu terus membantu Aria, bahkan malam ini mereka merencanakan untuk mengecoh Adrian dan dua anaknya yang selalu ke toko itu.

Hoodie yang Aria pake pun sudah ia lepas dan di titipkan pada Awan. “Mbak, yakin pake baju gitu?” tanya Awan melihat bahu mulus Aria.

“Kenapa emang?” tanya Aria tanpa menoleh, ia masih memilih sabun Apel dan juga Pir.

“Ba-baju Mbak Aria... Ketat banget,” ucap Awan jujur. Bahkan wajahnya kini memerah hingga telinga.

Aria menoleh dan tertawa pelan, “Kenapa kamu yang ke goda?”

Awan tertawa kikuk, “Hehehe, maklum Mbak. Aku kan masih spesies cowok.” Jawabnya dengan jujur, membuat Aria tertawa kembali.

Tak butuh waktu lama, target yang mereka tunggu telah tiba. Adrian dan dua anaknya baru saja masuk ke toko itu.

Hanya ada mereka bertiga, sepertinya Adrian benar-benar memecat Babysitternya. batin Aria.

“Wan, target!” ucap Aria lirih.

Awan mengangguk pelan, ia pura-pura membantu Aria agar tak terlalu mencolok.

“Papa-Papa, Alan mau beli alpukat.” Tunjuk Alan mengarah ke deretan buah-buahan.

Saat itu Avan ikut menoleh dan melihat Aria, “MAMA!!” teriak Avan membuat Adrian dan Alan tersentak dan ikut menatap ke arah yang Avan lihat.

Dengan langkah kecil, Avan menghampiri Aria dan memeluk kaki Aria dari belakang. “Mama, Avan anen.” Ucap Avan dengan wajah memelas.

Aria menoleh, menatap wajah Avan dengan bingung. Namun wajah Avan sangat gemas, apa lagi anak-anak yang masih umur 4 tahunan terbilang masih aktif-aktifnya.

Alan pun tak mau kalah dari adiknya, ia berlari dan ikut memeluk kaki Aria.

“Loh, kalian kok ada di sini? Mana Bibi perawat?” tanya Aria basa-basi.

“Mereka sudah saya pecat.” Jawab Adrian melangkah mendekat.

“E-eh, kamu Papanya merekakan?”

Adrian mengangguk sambil mengulurkan tangan, “Nama saya Adrian Adiwijaya, panggil Adrian.”

Aria tersenyum tipis, “Aria,” ucapnya pelan sambil menerima uluran Adrian.

“Ini?” tunjuk Adrian pada Awan.

Awan tersenyum ramah, “Saya Awan, tetangganya Mbak Aria.”

“Cuman tetangga?” tanya Adrian seperti memastikan.

Aria dan Awan mengangguk bersamaan.

“Mama Alan mau dibuatin jus alpukat,” pinta Alan menatap Aria. Dua anak kembar itu tak melepaskan pelukannya, bahkan mereka terus mendongak menatap wajah Aria.

“Alan!” tegur Adrian menatap anaknya. “Tante Aria bukan Mama, tapi Tante.” Ucapnya menjelaskan pada Alan.

“Tapi Alan maunya Mama Aria.”

“Avan juha au Mama Aria.”

Kedua anak kembar itu terus menatap Aria dengan wajah memelas, seperti bayi kucing tak mau jauh dari induknya.

Aria berjongkok dan mengelus masing-masing pipi keduanya, “Alan, Avan. Tante Aria bukan Mama Alan sama Avan. Jadi panggil Tante ya?” ucapnya dengan lembut.

“Mama,” teriak ke duanya memeluk Aria.

Aria sempat terdiam dan menatap Adrian, “Kenapa mereka memanggil saya Mama?”

“Mereka selalu begitu, jika ada orang yang baik pastinya akan sangat dekat. Tapi kalo soal memanggil pakai ‘Mama’ ini baru pertama kalinya.” Tutur Adrian.

Aria mengangguk pelan. Mari mulai dengan hal terkecil Nadine. Batin Aria tersenyum sinis.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang terus mengawasi mereka dibalik rak buah-buahan.

"Siapa pria itu? dan kenapa dua kurcaci itu memanggil Aria dengan sebutan 'Mama?', apa Aria memiliki hubungan dengan pria itu sebelumnya?" tanya orang itu pada dirinya sendiri. ia ingin lebih dekat agar bisa mendengar pembicaraan mereka, namun jika terlalu dekat, Aria pasti mengetahuinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   Bab. 16 Sejak Awal

    Siang itu, setelah makan bersama dan membereskan dapur, suasana rumah mulai kembali normal. Ibu Saima dan Pak Narto tengah duduk di meja makan, sibuk membicarakan rencana acara keluarga dua hari lagi. Aria sedang menata gelas di rak ketika Raka muncul dari kamar dengan pakaian rapi—kaos polos biru tua dan celana jeans."Aria," panggilnya sambil meraih kunci motor di meja. "Aku mau ketemu Dodi, teman kerja. Ada urusan sedikit."Aria menoleh, menatap wajah suaminya yang tenang-tenang saja. Senyum tipis ia pasang, meskipun di dalam hati, ia sudah tahu persis bahwa ‘Dodi’ hanyalah kedok. Bukan Dodi yang akan ditemui Raka, tapi perempuan itu—selingkuhannya—di sebuah hotel yang pasti sudah mereka sepakati.Ia tidak ingin membuang energi untuk bertanya atau memprotes. Aria hanya menjawab pelan, "Oh, hati-hati di jalan."Raka mengangguk singkat, lalu pergi tanpa menoleh lagi. Suara motor menjauh, meninggalkan kesunyian yang terasa menyisakan perasaan sesa

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   Bab. 15 Godaan Dipagi Hari

    Pagi itu, rumah sudah kembali pada rutinitasnya. Aria sudah berada di dapur sejak pukul empat subuh, mengerjakan tugasnya seperti biasa. Ia mencoba untuk bersikap senormal mungkin, tetapi ada luka yang perih di dalam hatinya dan rasa nyeri yang nyata di bagian bawah perutnya. Setiap gerakan terasa kaku, pengingat dari kejadian semalam yang tak ingin ia kenang. Pukul tujuh pagi, Ibu dan Ayah mertua sudah selesai sarapan. Mereka berdua berpamitan hendak pergi ke pasar. "Aria, kami berangkat dulu ya. Nanti makan siang jangan lupa dihangatkan," ujar Ibu sambil menepuk bahu Aria. Aria hanya tersenyum tipis. "Iya, Bu. Hati-hati di jalan." Setelah pintu utama tertutup, suasana kembali hening. Hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan piring saat Aria menyelesaikan sarapannya sendiri. Pikirannya melayang pada Samudra. Pria itu, kakak iparnya, masih terlelap. Begitu pula dengan Raka. Untungnya Raka sudah terlelap setelah pukul 11 malam, jadi dia tidak tahu apa yang terjadi sem

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   Bab. 14 Dikamar Sebelah

    Raka masih duduk santai, menghisap rokoknya pelan, sesekali mengeluarkan asap sambil berceloteh soal kerjaan. Samudra mendekatkan wajahnya sedikit ke telinga Aria. Napasnya hangat, membuat bulu kuduk Aria meremang. Dengan suara yang nyaris tak terdengar, ia berbisik, "Kamu tau nggak… bibir kamu kemarin itu masih kerasa manis sampai sekarang." Aria menahan napas, tangannya yang memijat bahu Raka sempat berhenti sepersekian detik. Untung Raka tidak sadar, malah sibuk memainkan ponselnya. Samudra menambahkan, kali ini suaranya makin rendah. "Kalau nggak ada dia di sini, udah dari tadi aku ambil lagi." Aria menggertakkan giginya, mencoba terlihat tenang. “Kamu… jangan gila,” desisnya pelan, sambil berpura-pura merapikan letak bantal di belakang Raka. Samudra tertawa kecil, senyum miringnya penuh tantangan. “Aku nggak gila… aku cuma ketagihan,” bisiknya lagi. Raka menoleh sebentar. “Ngomong apa kalian berdua?” tanyanya santai, matanya bergantian memandang Aria dan Samudra. Aria cep

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   Bab. 13 Pengganti Rokok

    Beberapa hari kemudian, Nadine pulang lebih awal dari biasanya. Jam dinding di ruang tamu baru menunjukkan pukul delapan malam, tapi rumah terasa… sepi. Adrian sedang duduk di sofa, ponsel di tangannya, senyum tipis menghiasi wajahnya. “Ngapain senyum-senyum sendiri?” Nadine langsung duduk di sampingnya, nada suaranya setengah bercanda, setengah curiga. Adrian kaget sedikit, lalu cepat-cepat mengunci layar ponsel. “Nggak, cuma baca chat grup kantor,” jawabnya datar. Nadine menatapnya lama. Selama ini, Adrian bukan tipe orang yang menutup-nutupi isi ponsel. Dan senyum itu… bukan senyum orang yang sedang bercanda dengan rekan kerja. Beberapa hari terakhir, Nadine memang merasa Adrian sedikit berubah. Tidak lagi menanyakan dia ada di mana kalau pulang larut, tidak lagi mengirim pesan “hati-hati di jalan” seperti dulu. Bahkan, tatapan Adrian terasa lebih dingin. “Anak-anak udah tidur?” Nadine mencoba membuka topik lain. “Udah,” jawab Adrian singkat. “Tadi Aria main ke sini sebentar,

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   12. Manipulasi Pikiran

    Seminggu berlalu sejak malam itu. Aria berusaha tampil biasa saja di depan semua orang—senyum seperlunya, obrolan seadanya—namun diam-diam, kenangan akan hangatnya bibir Samudra terus menghantui pikirannya. Seakan setiap kali ia menyentuh gelas minum, ia kembali merasakan sentuhan itu.Samudra pun sama saja. Ada rindu yang menumpuk, ada keinginan yang mendesak untuk mengulang, tapi rumah terlalu ramai dengan saudara-saudara yang mondar-mandir. Kesempatan tidak pernah datang. Mereka hanya bisa saling curi pandang singkat, tanpa kata.Sore ini, Aria duduk di sebuah kafe yang cukup terkenal—Star Café. Aroma kopi bercampur wangi kue hangat memenuhi udara.Di hadapannya duduk Adrian, lelaki berwajah tegas namun terlihat letih, bersama dua bocah kembar berusia lima tahun, Alan dan Avan.Adrian adalah suami Nadine—wanita yang entah dengan keberanian macam apa mau menjadi selingkuhan Raka, suami Aria sendiri. Dan kedua bocah lucu itu adalah anak kandung Nadine.Aria tersenyum lembut, matanya

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   Bab. 11 Mati Lampu

    Begitu Raka selesai makan, ia berdiri dari meja. “Aku duluan, ya. Ngantuk banget.” Tanpa menunggu jawaban, Raka berjalan menuju kamar dan menutup pintu. Suara langkahnya semakin menjauh… lalu hilang. Aria menelan ludah, tangannya sibuk membereskan piring sambil berusaha menghindari kontak mata dengan Samudra. Namun begitu ia mengangkat kepala, Samudra sudah bersandar santai di kursinya, menatapnya dengan ekspresi seperti kucing yang baru menemukan tikus kecil di pojok ruangan. “Nah… katanya kita bebas mau ngapain…” ucapnya pelan, senyumnya melebar. Aria mendengus. “Bebas itu buat aku nyapu atau masak, bukan buat ngeladenin Kakak aneh-aneh.” Samudra berdiri, melangkah pelan mendekat. “Sayang sekali, Darling… aku maunya bebasnya beda.” Aria mundur selangkah, tapi Samudra justru semakin dekat. “Kak, aku lagi banyak kerjaan…” elaknya sambil memegang tumpukan piring, berharap itu bisa jadi alasan. Tapi Samudra malah mengambil satu piring dari tangannya, meletakkannya di meja, lalu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status