Home / Romansa / Obsesi Sepupu Suami / 17. Meminta bertemu

Share

17. Meminta bertemu

Author: Raisya_J
last update Last Updated: 2025-01-17 20:00:00

Renata terus menatap tajam kepada Gio, ia tidak memalingkan wajahnya walaupun sedikit saja. Namun, lelaki tersebut tidak menggubrisnya, hanya diam tanpa bergerak sedikitpun. Suasana di dalam ruangan makan tersebut menjadi terasa menegangkan dan mencekam.

Saat suasana seperti itu, Bram malah tertawa dengan keras seakan-akan pemandangannya di depan matanya adalah lucu.

Renata yang melihat tersebut menjadi menatap ke arah Bram, ia tidak mengerti apa yang terjadi sehingga membuat lelaki tersebut menjadi tertawa.

“Maafkan Aku! Ternyata sangat senang sekali menggoda kalian berdua, padahal yang kumaksud bukanlah kalian, tetapi orang lain.” Bram menutupi mulutnya supaya bisa menahan tawa.

“Kau pikir ini adalah lucu apa? Memang mungkin cara bercandamu seperti ini, tetapi bagi sebagian orang ini tidaklah lucu!” Renata menggebrak meja dengan kuat, ia terus menatap tajam ke arah Bram.

“Tapi walau pun ini adalah bukanlah kebohongan

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Obsesi Sepupu Suami   40. Kebenaran

    Wajah Gio yang semula panik menjadi memerah ia menatap tajam ke arah Rosetta. Tangannya menarik wanita itu dengan kuat, membuat Rosetta menangis kesakitan.Semua pasang mata menatap ke arah kedua orang itu, membuat Renata menjadi menghela nafas gusar. Ia pun memijat pelipis supaya menghilangkan nyeri di kepala.“Apa kau bisa berhenti sekarang? Banyak orang yang melihat kita!” tegur Renata dengan dingin.Gio melepaskan cengkraman tangannya dari Rosetta, tetapi matanya terus menatap tajam ke arah selingkuhannya tersebut.“Apapun itu, lebih baik katakan di rumah saja.” Renata melirik kesana-kemari, mengisyaratkan kalau di sekitar terlalu ramai.“Memang lebih bagus di rumah saja,” ucap Gio menimpali.Saat Renata berbalik badan, Gio ingin memegang tangan sang istri. Namun, tentu saja kalah cepat dengan Bram yang sedari tadi berada di samping Renata.“Ayo, Renata!” Bram mengarahkan tangan Renata untuk merangkul dirinya.Renata tak menolak, langsung menuruti lelaki itu. Sehingga membuat Bram

  • Obsesi Sepupu Suami   39. Gelisah

    Gio terdiam membeli mendengar perkataan dari Renata. Ia melirik kedua wanita itu sekilas secara bergantian, memikirkan keputusan apa yang akan diambil.“Kau tidak mau?” Renata menautkan kedua alisnya, sorot matanya penuh selidik.Rosetta langsung mendekati Gio dengan mata berkaca-kaca. “Jangan tinggalkan aku, Gio! Aku sedang mengandung anakmu, apakah kau akan tega meninggalkan kami?” Ia mengelus perutnya yang masih rata.Renata terkekeh kecil, “Kau yakin itu anak Gio?” tanyanya dengan nada mengejek.Wajah Rosetta memerah, “Kenapa kau berkata seperti itu? Tentu… saja ini anak Gio,” jawabnya gugup, ia beberapa kali meneguk ludahnya secara kasar.Renata yang sedari tadi memperhatikan gerak”gerik dari Rosetta merasa kalau wanita itu sedang menutupi sesuatu. Sehingga ia semakin menatap untuk mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya wanita tersebut pikirkan.Namun, semakin ditatap Rosetta malah terlihat semakin gugup.“Tapi aku ingin melihat surat hasil pemeriksaanmu, jadi mana surat itu?”

  • Obsesi Sepupu Suami   38. Tidak ada rasa bersalah

    Isakan tangis Rosetta memenuhi seisi kamar, memantul di dinding seperti gema yang tak kunjung padam. Namun, Renata tak bergeming. Ia menatap kosong ke depan, seolah suara itu hanyalah bisikan angin yang tak mampu menembus kekacauan dalam kepalanya.Pikiran Renata sibuk merangkai kepingan kenyataan yang baru saja menghancurkan seluruh dinding pertahanannya.“Apa kau tidak bisa diam?” suara Gio mendesis tajam, tangannya memijat pangkal hidung, nafasnya berat. “Sedari tadi kau terus saja menangis... membuat kepalaku semakin sakit!”Renata memalingkan wajahnya perlahan. Tatapannya tajam, seperti pisau dingin yang menusuk satu per satu orang di ruangan itu.“Bisakah kalian keluar dari kamarku?” ucap Renata, dingin dan datar.Bram hanya mengangguk pelan, lalu dengan tenang mengenakan kembali bajunya. Namun, sorot matanya mengandung ragu. Seolah ada sesuatu dalam dirinya yang enggan meninggalkan Renata sendirian. Namun,Renata tak memberinya pilihan.“Apa kalian tidak dengar? Kalian semua kel

  • Obsesi Sepupu Suami   37. Kabar buruk

    Belum sempat Renata melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Ia mendengar suara pukulan yang sangat kuat dari arah belakang. Lagi-lagi Gio menghajar Bram, tetapi kali ini Bram melawan serangan dari suaminya.“Kalian hentikan sekarang juga!” teriak Renata sambil berlari mendekat.Saat Renata ingin mendekat, ia merasa sangat takut sekali kena pukulan salah sasaran dari salah satu lelaki itu. Sehingga menjadi urung, lantas hanya berusaha melerai dengan mencoba membujuk secara halus. Namun, usaha itu gagal.“Kalian berdua tolong hentikan sekarang juga!” Renata menggeram marah, ia merasa kesal tidak bisa menghentikan kedua lelaki itu.Bram dan Gio menjadi memandang ke arah Renata, wajah wanita itu sekarang sangatlah mengerikan sehingga membuat mereka berdua menjadi berhenti.“Kau tahu sendirian kalau dia yang mulai duluan, aku hanya tidak ingin babak belur karena ulahnya. Wajarkan kalau melawan?” Bram menunjuk Gio dengan geram.Wajah Gio memerah, ia mengepalkan tangannya. “Apa yang maksudmu

  • Obsesi Sepupu Suami   36. Penyesalan

    Renata tersentak, jantungnya berdetak keras ketika suara Gio yang menggelegar memecah udara pagi yang dingin.Gio berteriak marah, "Apa yang kalian lakukan sekarang?"Tubuh Renata seketika menegang. Ia melirik ke sisi ranjang—Bram masih di sana, duduk santai, satu tangan menyisir rambut acak-acakan, seolah teriakan itu tak berarti apa-apa.‘Astaga... aku tak terbangun tadi malam?’ pikir Renata panik, kedua matanya membelalak, nafasnya tercekat.Wajah Gio memerah, rahangnya mengatup erat. Tangan mengepal, tubuhnya sedikit bergetar—amarahnya jelas menari di balik kulit yang menegang."Apa lagi? Seperti yang kau lihat," kata Bram tenang, menoleh perlahan dengan senyum sinis di sudut bibirnya.Tatapan mata Bram menusuk, tajam dan penuh ejekan. Renata menahan napas. Komentar itu seperti bensin yang menyambar nyala api di dada Gio.Bukannya diam saja, Bram justru memperkeruh suasana.Namun... hati Renata tetap dingin. Ingatan tentang video semalam—tubuh Gio bersama perempuan lain—menghapus

  • Obsesi Sepupu Suami   35. Malam yang panas

    Tanpa mengatakan apapun lagi Renata langsung mengecup bibir Bram. Ia semakin larut menenggelamkan dirinya ke dalam lautan paling dalam, tak ada terbesit di dalam dirinya untuk naik ke atas, fokusnya hanya ingin melupakan rasa sakit yang semakin menjadi dengan membalas sesuai apa yang diberikan.Tak disangka oleh Renata, Bram malah mendorong dirinya untuk menjauh. Lelaki itu menyeka mulut dengan kasar.“Kenapa? Bukannya kau juga menginginkan hal ini?” Renata menatap penuh selidik, tak menyangka kalau Bram akan menolak dirinya.“Aku tidak ingin melakukan hal yang dapat kau sesali nanti.” Bram memalingkan wajahnya yang memerah, ia berusaha menahan diri untuk tidak melakukan hal lebih.Renata tersenyum kecut mendengar perkataan dari Bram. "Kau tidak usah memikirkan hal itu karena aku tidak akan menyesalinya.” Renata menarik kerah Bram kembali, ia tidak tahu kalau sekarang lelaki yang berada di depannya bukanlah seorang lelaki biasa melainkan seekor binatang buas. Binatang buas yang sudah

  • Obsesi Sepupu Suami   34. Selama semalam bersama Bram

    Renata tersengal, ia merasa kalau lehernya sekarang sedang dicekik oleh seseorang. Namun, ternyata dirinya berada di ranjang kamarnya sendiri bersama Bram yang sedang memandanginya.“Tenang, Renata! Tarik nafasmu secara perlahan!” perintah Bram sembari mengelus punggung tangan wanita itu untuk menenangkan.Renata memegangi dadanya yang terasa sangat sesak, bagaikan ditusuk dengan ribuan pisau tajam, terasa menyakitkan dan perih. Namun, tidak ada setetes darah pun keluar dari saja. Alhasil dirinya hanya diam mematung, berusaha menetralkan perasaan terguncang dengan rekaman sang terus berputar di dalam kepala layaknya kaset.“Aku sangat tahu kalau apa yang kau tunjukan kepadaku itu hanyalah sebuah omong kosong. Mana mungkin Gio melakukan itu dan bagaimana kau bisa mendapatkan rekamannya?” Renata menutupi separuh wajahnya menggunakan tangan, ia tertawa keras sambil beberapa tetes bulir bening dari kedua matanya.Renata yang terlalu terpukul menjadi berusaha menyangkal semua yang sudah di

  • Obsesi Sepupu Suami   33. Terguncang

    Bram menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak, aku mabuk!”Renata menatap dengan sorot mata tajam, ia sangat yakin sekali kalau Bram tidaklah mabuk. Namun, lelaki itu hanya berpura-pura saja.“Mabuk cinta,” kekeh Bram.Bram terus tertawa keras, tetapi tangannya tidak pernah lepas dari tubuh Renata. Ia tak ingin kalau wanita itu melarikan diri, sehingga terus memegangi layaknya sedang memegangi seorang anak kecil.“Bram, tolonglah! Jangan seperti ini!” gonta Renata.“Kau tidak ingin sekedar berpegangan tangan denganku? Padahal suamimu sedang melakukan hal lebih dengan wanita lain.” Bram merogoh kantong celananya, ia memberikan ponsel miliknya kepada Renata.Renata terkesiap saat melihat ponsel Bram, sebuah video sepasang kekasih sedang memadu kasih di atas ranjang. Jantungnya berdegup dengan kencang, bumi terasa berputar dan membuat dirinya menjadi terduduk lemas di lantai dingin.Bagaimana tidak? Salah satu orang yang berada di video adalah suami Renata sendiri. Lelaki itu sedang bersama

  • Obsesi Sepupu Suami   32. Melamar

    Renata menggigil ketakutan, tetapi ia memilih mengintip siapa orang yang sekarang menggedor pintu itu. Ternyata orang itu adalah Bram, namun ia memilih untuk tidak membuka pintu tersebut.“Ck, kenapa aku malah terus berurusan dengan dia? Apalagi disaat Gio tidak ada di rumah.” Renata melipat tangannya dengan perasaan malas, tetapi sesekali akan mengintip keluar.Bram terlihat semakin tidak sabar, lantaran gedoran itu semakin kuat. Renata menjadi terpaksa membuka pintu itu lantaran khawatir Bram malah akan menarik perhatian.“Bisakah kau hentikan itu? Itu akan mengganggu ketenangan orang lain!” gerutu Renata kesal.Wajah Renata memerah, ia menatap Bram dengan penuh amarah membara. Namun, yang ditatap malah hanya terkekeh kecil, seakan ia sekarang hanya mengatakan sebuah lelucon.“Menginaplah di hotel atau tempat lain, Gio tidak ada di rumah sehingga aku malas berduaan denganmu!” Renata berbalik, ia tidak ingin menatap wajah Bram.Aroma minuman keras tercium sangat jelas dari Bram, memb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status