Share

6. Cemburu

Author: Raisya_J
last update Last Updated: 2025-01-02 14:35:28

Renata menjadi tegang dengan apa yang dilakukan oleh Bram. Ia tidak menyangka lelaki itu malah langsung mengecup tangannya di depan Gio, yaang adalah suami Renata.

“Apa yang kau lakukan?” Renata menarik tangannya dengan cepat, wajahnya sudah pucat pasi seperti mayat.

Suasana menjadi terasa hening, Renata sangat ketakutan sekali kalau Gio memarahi dirinya lantaran perlakuan dari Bram. Namun, selama menunggu beberapa menit, tak kunjung terdengar suara dari sang suami. Membuat ia menjadi mendongak untuk mengetahui apa yang dipikirkan oleh Gio.

Hanya saja Gio malah mendekati dirinya dan merangkul pundak Renata.

“Gio, aku tidak tahu apa yang dia lakukan kepadaku. Tadi terlalu tiba-tiba dan aku tidak sempat menarik tanganku!” ucap Renata dengan terbata-bata, bingung menjelaskan seperti apa.

Gio hanya diam, tetapi tiba-tiba falah tertawa dengan keras. “Kau ini terlalu menggoda Renata, lihatlah wajahnya sampai menjadi berkeringat karena merasa sangat gugup.” Ia memukul pundak Bram.

“Kau tahukan, aku sangat menyukai menggoda wanita. Jadi wajar saja aku melakukan itu kepada Renata juga.” Bran menaikkan sudut bibirnya.

Kepala Renata menjadi pusing karena mencoba mencerna apa yang terjadi sekarang. Namun, ia tidak menemukan jawaban apapun. Lantas hanya menjadi memandangi kedua lelaki itu secara bergantian.

“Sayang, kau tidak perlu merasa gugup seperti itu. Bram memang terbiasa menggoda wanita, jadi tenanglah, aku tidak akan memarahimu. Sehingga kau tidak perlu menjelaskannya.” Gio merangkul pundak Renata dengan begitu erat.

Renata tersenyum kikuk mendengar penjelasan dari Gio.

“Kalau begitu, aku mau membersihkan diriku terlebih dahulu. Kau tidak masalahkan menunggu sebentar?” Gio menaikkan sebelah alisnya menatap Bram.

“Tentu, aku tidak mempermasalahkannya.” Bram menganggukkan kepalanya.

“Kalau begitu, aku pergi dulu.” Gio memberikan tas kerja sekaligus jasnya kepada Renata, ia pun melangkahkan kakinya menuju ke dalam kamar.

Sementara Renata, is tidak ingin ditinggal berduaan dengan Bram. Sehingga memilih untuk mengikuti suaminya dari belakang, dengan dalih ingin menaruh tas beserta jas kerja milik Gio.

“Aku juga pergi,” pamit Renata canggung.

Renata melangkahkan kakinya dengan cepat, ia bahkan tidak menoleh lagi ke belakang untuk melihat Bram. Kakinya terus mengikuti langkah Gio di depan.

Gio tidak mengetahui kalau Renata mengikutinya, lelaki itu hanya langsung masuk ke dalam kamar mandi setelah melepaskan seluruh pakaian.

“Bilangnya dia menyukaiku, tapi ternyata malah sering menggoda wanita lain!” rutuk Renata kesal.

Renata melemparkan tas kantor milik Gio dengan kasar, ia terlalu kesal dengan lelaki bernama Bram itu. Bilangnya cinta, tetapi malah sering menggoda wanita lain.

“Astaga! Apa yang sedang kupikirkan sekarang? Ingat, Renata, kau sudah bersuami!” Renata menepuk pipinya dengan kuat, berusaha menyadarkan dirinya sendiri.

Renata menatap bingkai foto pernikahan dengan Gio, berharap dirinya akan tetap ingat kalau ia sudah menikah dengan orang lain. Namun, seketika wajah sang suami malah menjadi wajah Bram.

“Argh!” teriak Renata terkejut.

Gio yang berada di kamar mandi langsung mendekat dengan berlari kecil. Ia cukup terkejut mendengar sang istri berteriak dengan begitu nyaring.

Belum sempat bertanya, Bram malah membuka pintu kamar dengan kasar. Wajahnya terlihat sangat panik dan pakaiannya basah dengan keringat. Terlihat sekali kalau lelaki itu habis berlari menaiki tangga.

“Kau kenapa?” Bram menelisik Renata dengan teliti, khawatir kalau wanita itu terluka.

Gio terus memperhatikan kedua orang itu dalam diam. Renata yang merasa ditatap oleh seseorang, membuatnya mendorong Bram.

“Aku tidak apa-apa!” tutur Renata cepat.

Renata menundukkan kepalanya, ia melirik sekilas ke arah Gio untuk mengisyaratkan kepada Bram kalau sang suami sedari tadi memperhatikan.

“Ternyata kau mengkhawatirkan istriku, ya, Bram?” tanya Gio terkekeh kecil.

Pertanyaan dari Gio terdengar seperti sebuah sindiran di telinga Renata. Ia menjadi menatap memelas ke arah Bram, supaya lelaki itu tidak semakin memperkeruh suasana.

Bram malah tidak merespon tatapan dari Renata, ia menjadi merasa khawatir akan apa yang akan dikatakan oleh lelaki itu.

“Bram.” Gio menyentuh pundak Bram dengan kuat.

Bram berdecak pelan, tetapi ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

“Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?” Gio semakin kuat menyentuh pundak Bram, sentuhan itu berubah menjadi cengkraman.

“Aku hanya terkejut saja, tidak lebih! Jadi tidak sengaja berlari kemari, kau tidak perlu salah paham.” Bram melepaskan tangan Gio dari pundaknya.

Renata menjadi menatap ke arah Gio, lelaki itu hanya diam sqaja setelah mendengar jawaban dari Bram. Ia menjadi sangat takut sekali, merasa kalau sang suami sekarang tidak percaya dengan alasan dari Bram.

“Gio,” panggil Renata pelan.

Renata menggelengkan kepalanya pelan, ia terus menatap ke arah Gio.

“Kenapa? Kau takut ya kalau aku menyukai Renata dan mengambil istrimu?” Bram tersenyum tipis menatap Gio.

“Apa yang kau katakan sih, Bram?” tanya Renata dengan nada tinggi.

Renata menjadi semakin gelisah melihat Kedua lelaki itu saling berdekatan. Ia berusaha untuk membuat jarak di antara Gio dan Bram, tetapi semua itu ternyata nihil. Wajahnya pun menjadi pucat pasi dan gemetaran, lantaran merasa sangat takut sekali dengan perkelahian yang akan terjadi.

“Kau bisa saja, Bram. Yah tapi aku tidak heran kau selalu begitu,“ ucap Gio dengan tertawa terbahak-bahak.

Renata menautkan kedua alisnya mendengar tawa dari mulut Gio, bukankah tadi lelaki itu marah kepada Bram? Hanya saja kenapa malah menjadi tertawa seperti itu?

“Siapa tahu kan kau takut kalau Renata malah menjadi milikku?” Bram naik turunkan alisnya, senyuman tipis terukir di bibir.

Renata beralih menatap kepada Bram, ia berharap kalau lelaki itu akan melihat isyarat matanya untuk menyuruh diam. Dirinya tidak ingin kalau Bram malah mengatakan hal aneh-aneh di depan Gio, bisa saja sang suami malah akan menjadi marah.

“Kau ini, mana mungkin Renata ku ini mau denganmu. Dia adalah wanita yang sangat setia sekali.” Gio merangkul pundak Renata dengan mesra, bahkan ia mengecup kening sang istri.

Bram hanya menaikkan sudut bibirnya saja menanggapi perkataan dari Gio.

"Lebih baik kau keluar dulu, karena aku ingin berpakaian. Sana!" Gio mendorong Bram untuk keluar dari kamarnya.

Sementara Bram hanya pasrah saja dengan apa yang dilakukan Gio.

“Ya, dari pada aku melihat suami-istri bermesraan, yang ada malah membuatku cemburu.” Bram melambaikan tangannya, ia berjalan keluar.

Gio mengunci pintunya dengan sangat rapat, lalu menghela nafasnya dengan berat.

Renata memainkan jarinya dan memandang Gio dengan ragu-ragu, ia ingin berbicara tetapi merasa sangat enggan sekali.

Hanya saja Gio tidak menyadari apa yang sekarang Renata rasakan. Ia memilih untuk mencari pakaiannya di dalam lemari.

“Di mana bajuku yang kaos berwarna biru?" Gio merogoh-rogoh lemari untuk mencari pakaian yang ingin dipakainya.

Renata terhanyut dalam lamunannya, ia menjadi tidak mendengar perkataan dari Gio. Sehingga dirinya tidak menyahut lelaki tersebut hanya memandang lurus ke depan di mana Bram pergi tadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Sepupu Suami   45. Kenangan

    Renata yang biasanya hanya mengenakan pakaian longgar sekarang malah mengenakan rok span ketat di atas lutut, memperlihatkan seluruh lekuk tubuh wanita itu. Gio menjadi menelan ludahnya beberapa kali melihat pemandangan itu. Sehingga ia menjadi lupa dengan tujuannya mendatangi kamar sang istri.Sementara Renata memiringkan kepalanya menatap Gio. Lelaki itu malah melamun di tengah pintu kamarnya.“Gio?” Renata menyentuh tangan Gio, membuat lelaki itu menjadi terkejut.Gio memilih untuk berdehem supaya bisa menetralkan perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya.“Ada apa? Beberapa kali aku memanggilmu kau tidak menjawab,” tanya Renata, ia tak menatap melainkan sibuk membenarkan pakaiannya supaya semakin rapi.Gio meneguk ludahnya kembali, tetapi ia dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Kau mau ke mana dengan pakaian seperti itu?”Gio memandangi Renata dengan tajam, seakan-akan ingin menguliti wanita tersebut.“Kerja!” jawab Renata dengan datar.Gio semakin mengerutkan dahinya menatap Re

  • Obsesi Sepupu Suami   44. Tanda tangan

    Renata terus memandang ke arah Gio, ia menunggu apa yang akan dilakukan lelaki itu. Namun lelaki yang masih berstatus suaminya itu malah mengerutkan kening. Alhasil ia menjadi menghela nafas dan langsung mengerti kalau Gio tak paham akan tindakkan yang dirinya kakukan.“Kita buat surat perjanjian. Kalau kau mengulangi kesalahan yang sama maka kita akan bercerai.” Renata memainkan pena di udara sambil terus menatap ke arah Gio.Renata berusaha untuk memperhatikan ekspresi Gio, tetapi lelaki itu tampak terlihat seperti biasa saja.Tak lama Gio menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Untuk apa kita melakukan hal seperti itu? Bukankah hal itu seperti kekanak-kanakan?” Ia melipat tangannya, menolak tegas permintaan dari Renata.Renata meremas kertas yang ada di tangannya. Ia marah kesal dan berbagai macam perasaan menjadi satu.“Apa kau takut?” Renata menaik turunkan alisnya. Dahi Gio menjadi mengerut melihat tatapan dari Renata. Ia sangat tahu sekali kalau wanita yang berada di depannya i

  • Obsesi Sepupu Suami   43. Secarik kertas

    Gio meninggalkan kedua orang itu dengan terus terkekeh kecil. Alhasil membuat Bram menjadi penuh tanda tanya dan hanya memandangi Renata.“Ayo kita pergi! Biar aku mengantarmu, entah kemanapun tujuanmu akan aku antarkan.” Bram menarik tangan Renata kasar, tetapi wanita itu malah tak bergerak sedikit pun.Renata hanya diam saja, ia tak dapat mengatakan apapun karena pikirannya sekarang berada di waktu beberapa menit yang lalu. Ia masih tidak menyangka kalau Gio akan setega itu mengancam dirinya dengan menggunakan keluarga satu-satunya.“Renata! Kelapa malah melamun? Apa karena kau tidak memiliki tempat tujuan?” Bram menyentak kasar wanita itu, supaya cepat tersadar dari lamunan.“Kenapa kau masih di sini?” Renata mundur beberapa langkah, ia memalingkan wajahnya ke arah lain.Perasaan sekarang sedang campur aduk, tetapi malah harus menghadapi lelaki yang berada di depan mata. Sangat lelah sekali Renata hari ini, sehingga terlalu malas menambah masalah dengan orang lain.“Bukannya kau ma

  • Obsesi Sepupu Suami   42. Mengatakan kepada nenek

    Tubuh Renata menjadi bergetar hebat mendengar hal itu. Namun, ia menggelengkan kepalanya dengan cepat.“Aku akan menjelaskan dengan nenek apa yang sebenarnya terjadi!” Renata bergegas menuju ke luar.Di luar sana sudah ada Bram yang menunggu Renata. Karena lelaki itu berpikir Renata akan meminta dirinya untuk mengantarkan ke tempat tujuan. Apalagi Renata sudah siap pergi, sehingga memilih menunggu di mobil tanpa memikirkan kalau Gio memikirkan banyak rencana untuk menahan Renata supaya tetap tinggal.“Apa kau pikir dia akan percaya?” Gio menyeringai tipis, ia mengambil ponsel yang berada di saku celananya.Renata langsung berlari, ia bahkan menjadi terpleset lantaran berlari dengan menggunakan sepatu berhak.“Gio, kumohon jangan!” rintih Renata sembari kesakitan.Rosetta yang masih berada di sana pun ingin membantu Renata dengan mengambil ponsel yang ada di tangan Gio. Namun, ia didorong oleh lelaki tersebut.“Kau jangan ikut campur!” Mata Gio memerah dengan urat-urat menonjol di dahi

  • Obsesi Sepupu Suami   41. Keputusan

    Renata bergeming, ia tak menyangka dengan apa yang dikatakan oleh Gio. Sejujurnya ingin tak percaya, bisa saja kalau suaminya itu hanya ingin melemparkan kesalahan kepada lelaki tidak bersalah seperti Bram. Hanya saja samar-samar terlihat jelas di wajah Bram kalau perkataan Gio itu adalah sebuah kenyataan.“Tentu saja aku tidak ada bukti, tapi Rosetta tahu sendiri kalau kau sendiri lah yang memperkenalkan kami berdua.” Gio menarik tangan wanita itu dengan kuat, berharap Rosetta akan membuka mulut.Hanya saja Rosetta memandang ke arah Bram, kemudian menunduk. Melihat hal itu membuat Renata menjadi menatap Bram dengan lekat.Di mata Renata sekarang sorot mata dingin Bram menjadi sangat mengerikan, membuat tubuhnya bergidik ngeri. Sudah dapat dipastikan kalau lelaki itu bersalah.“Walaupun begitu, tapi kau tetap saja salah menuruti perkataannya. Benar bukan?” Renata melipat tangannya di dada, senyum sinis terukir di bibir.Renata memalingkan wajahnya, berusaha memilih perkataan tepat unt

  • Obsesi Sepupu Suami   40. Kebenaran

    Wajah Gio yang semula panik menjadi memerah ia menatap tajam ke arah Rosetta. Tangannya menarik wanita itu dengan kuat, membuat Rosetta menangis kesakitan.Semua pasang mata menatap ke arah kedua orang itu, membuat Renata menjadi menghela nafas gusar. Ia pun memijat pelipis supaya menghilangkan nyeri di kepala.“Apa kau bisa berhenti sekarang? Banyak orang yang melihat kita!” tegur Renata dengan dingin.Gio melepaskan cengkraman tangannya dari Rosetta, tetapi matanya terus menatap tajam ke arah selingkuhannya tersebut.“Apapun itu, lebih baik katakan di rumah saja.” Renata melirik kesana-kemari, mengisyaratkan kalau di sekitar terlalu ramai.“Memang lebih bagus di rumah saja,” ucap Gio menimpali.Saat Renata berbalik badan, Gio ingin memegang tangan sang istri. Namun, tentu saja kalah cepat dengan Bram yang sedari tadi berada di samping Renata.“Ayo, Renata!” Bram mengarahkan tangan Renata untuk merangkul dirinya.Renata tak menolak, langsung menuruti lelaki itu. Sehingga membuat Bram

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status