Home / Romansa / Obsessed with You / Bab 4. Pinjaman

Share

Bab 4. Pinjaman

Author: Nafish Grey
last update Last Updated: 2025-01-21 14:58:45

"Kenapa kau menangis?" Wanita paruh baya itu tampak terkejut melihat Ivy masuk ke ruang laundri dengan wajah basah.

Ivy menggeleng malu. Cepat-cepat membantu Janice mengerjakan laundri.

"Kenapa lama sekali baru datang?" Janice memang tak pernah ramah padanya, Ivy tahu sejak pertama kali masuk kerja. Bagi Janice, Ivy sering membuat fokus pekerja lain kacau karena wajah cantiknya.

"A-aku ...."

"Kau mengacau lagi? Kau belum selesai saat tamu datang?"

Ivy terdiam.

"Astaga! Jadi benar!" Janice memukul jidat lebarnya tak percaya. "Kita bakal dapat komplain."

"Ma-maaf, aku sudah buru-buru, tapi ...."

"Stt! Udah diam! Kamu bakal aku laporin ke manager!"

"Please, Janice! Jangan begitu." Ivy sangat butuh pekerjaan ini.

Janice tak peduli, berjalan cepat keluar dari ruangan laundri. Ivy segera menyusul wanita paruh baya pemarah itu.

"Janice, tunggu!" Ivy hampir terjerembap saking terburu-burunya.

"Diam di sana!" Lemak Janice berdentum setiap kali dia mengambil langkah cepat.

"Janice, kumohon! Jangan laporkan aku!" Ivy merasa ingin menangis, kesialan terus datang beruntun menghajar harinya.

"Pak Richard, bisa minta waktumu sebentar!" Janice melihat Richard yang baru saja keluar dari ruangannya.

Ivy berhasil menyusul Janice yang telah tiba di lobi, ia menarik lengan wanita gemuk itu hingga mundur beberapa langkah ke belakang.

"Janice!" mohon Ivy putus asa.

"Lepaskan!" Janice mengempaskan tangan Ivy kasar.

"Ada apa ribut-ribut?" Richard menghampiri kedua pekerjanya, sesekali tangannya membetulkan letak kacamata dengan alis berkerut masam.

"Ivy, Pak!"

Ivy langsung membekap mulut Janice dalam usaha putus asanya.

"Puih, lepaskan!"

"Pak, Pak, aku bisa menjelaskan ...."

"Diam!" teriak Richard. "Biarkan Janice bicara, Ivy!"

Mau tak mau Ivy melepaskan Janice, kepalanya tertunduk lemas.

"Pak! Ivy belum selesai bekerja saat tamu datang."

"Apa?!" Mata kecil Richard mendelik.

"Ya, hari ini saja dia terlambat datang!" teriak Janice, sengaja mempermalukan Ivy hingga semua karyawan bisa mendengar kalimatnya.

"Ivy!" hardik Richard dengan suara membahana. "Sekarang juga, ikut aku ke ruangan VIP buat minta maaf! Gajimu bakal aku potong untuk kompensasi tamu kita!"

Oh tidak! Ivy merasa lemas, gajinya saja sudah kecil, jika dipotong, bisa dipastikan dia tak akan bisa bertahan hidup sampai akhir bulan. "Pak, tolong, aku—"

"Ada apa ini?" Suara dalam dan seksi seorang pria terdengar. Semua atensi beralih padanya.

"Mr. Forrester!" seru Richard terkejut.

Ya! Daniel Forrester dengan setelan necisnya menghampiri mereka bak pangeran yang dikelilingi pengawal kerajaan.

Mata zamrud Daniel berlabuh pada Ivy, bibirnya tertarik membentuk senyum miring kecil nan culas.

"Maaf dengan keributan ini, kami baru saja ingin mengunjungi Anda untuk meminta maaf."

Janice diam-diam tersenyum mengejek ke arah Ivy, membuat gadis itu merasa mendidih.

"Minta maaf masalah apa?" Alis tebal Daniel terangkat sebelah.

"Ah, itu ...." Richard menggosok kedua tangannya canggung. "Maaf atas ketidaknyamanan pelayanan kami, salah satu karyawan kebersihan melakukan kesalahan. Ivy kemarilah!"

Ivy maju selangkah, masih tak berani mengangkat kepala saking malunya.

"Minta maaf pada Tuan Forrester!"

"A-aku ...."

"Tidak usah!" Ucapan Daniel membuat mereka semua melongo, Ivy sampai mengangkat kepalanya bingung.

"Sorry?!" tanya Richard.

"Aku yang menerobos masuk padahal sudah diberi tahu belum siap oleh petugas resepsionis. Ini bukan salah Ivy."

"Apa?!" Janice yang pertama bereaksi tak percaya.

"Jangan khawatirkan masalah tak penting." Daniel menepuk bahu Richard, gesturnya begitu mengancam mengingat perbedaan tinggi badan keduanya.

"Ah, ya. Ya. Terima kasih." Richard merespon kikuk.

"Ivy sudah melayaniku sangat baik."

Wajah Ivy merona merah, dia mengutuk mulut Daniel dalam hati.

"Maksudku layanan kamarnya."

"Oh." Richard tersenyum lega.

"Besok dan hari seterusnya, selama aku menginap di hotel ini. Pastikan hanya Ivy yang membersihkan kamarku."

Semua terdiam mendengar kata-kata Daniel.

"Ingat! Aku tak mau orang lain, hanya Ivy saja."

"Baik! Baik!"

"Jangan membuatnya terlalu kelelahan, nanti pelayanannya di kamarku menurun, kau mengerti." Intonasi Daniel membuat bulu kuduk Richard merinding.

"Baik, Tuan! Akan kami ingat."

"Bagus!" Daniel mengangguk puas. Ia lalu mendekati Ivy, menunduk supaya bisa berbisik di telinga gadis itu. "Kau berutang padaku." Napas panas pria itu membuat tubuh Ivy berdesir, masih teringat jelas kejadian ciuman panas mereka.

Daniel menegakkan tubuh dan berjalan menjauh, jantung Ivy sudah hampir meledak saking tegangnya.

Richard melotot ke arah Janice. "Lain kali jangan melaporkan hal yang tak valid!" hardiknya kasar.

Janice menggigit bibirnya marah, tapi tak bisa berbuat apa pun selain meminta maaf.

Perasaan Ivy menghangat melihat punggung Daniel yang berjalan menjauh. Pria mesum ini, ternyata tak seburuk yang ia sangka.

***

"Apa?! Kau tidur dengan Daniel Forrester! Kukira kau menghilang ke mana setelah meninggalkan tas dan HP-mu!" Molly berseru tak percaya saat keduanya duduk di cafe sambil menyesap latte panas.

Ivy menutupi wajahnya malu. "Sttt! Jangan keras-keras."

"Gila! Kau dapat jackpot!"

"Jackpot apanya, dia meniduriku Molly! Dia bahkan ... akh!" Ivy mengerang malu, bagaimana dia bisa menceritakan malam panas bersama pria kaya itu. Si pria sialan yang tak hanya merengut mahkotanya, tapi juga menanamkan benih ke dalam tubuh Ivy. Dia hanya bisa berdoa semoga tidak hamil karena one night stand.

"Hubungi pria itu, minta pertanggungjawabannya." Molly tampak bersemangat. "Kau tak tahu siapa dia?"

Ivy menggeleng lemah, yang dia tahu pria itu gila dan mesum.

"Dia Daniel Forrester, pengusaha Otomotif yang sudah punya banyak cabang di setiap kota. Kau gila jika menolaknya! Dia konglomerat, Iv!"

"Tidak!" Ivy menggigit bibirnya.

Molly menarik napas dalam. "Gadis Bodoh. Bagaimana dengan Kevin?"

"Jangan bicarakan dia lagi. Dia tak membayar sewaku selama dua bulan dan  ...." Ivy memukul meja. "Dia selingkuh, Molly! Fuck!"

"Sudah kubilang dia pria berengsek, Iv!"

Ivy menyembunyikan wajahnya di lengan. "Dia berjanji, setelah selesai kuliah akan menikahiku."

"Dan kau dengan bodohnya percaya, membantunya membayarnya uang kuliah."

Bahu Ivy gemetar hebat, dia mulai menangis pedih. "Teganya dia begitu padaku, dia anggap apa perjuanganku selama ini?"

"Sudah! Sudah! Percuma menangisi pecundang itu."

"Tapi Molly, dia memegang semua uang tabunganku."

"Apa?!" Molly memaki. "Bagaimana kau bisa sebodoh itu?" tanyanya tak percaya.

Ivy tersedak air matanya. "Dia bilang kami harus menabung bersama supaya bisa cepat menikah."

"Ambil kembali kalau begitu!" desak Molly penuh amarah.

"Aku belum sanggup bertemu dengannya."

"Astaga! Jadi sekarang gimana?"

"Ga tahu, aku pusing." Semua hasil kerja kerasnya ada di tangan Kevin.

"Kamu ga ada tabungan lain?"

"Ga ada!"

"Ampun, baru kali ini aku ketemu cewek sebodoh kamu, Iv." Molly memijit pangkal hidungnya. Ivy tak punya siapa pun untuk membantunya, sahabatnya ini seorang yatim-piatu. Karena itulah Ivy begitu mudah dibohongi oleh Kevin, pria yang mengatakan ingin bertanggung jawab atas hidup gadis malang itu.

Ting!

Tiba-tiba ponsel Ivy berbunyi, menampilkan pop-up notifikasi pinjaman online.

Mata Ivy terbelalak tak percaya. "Oh tidak!"

"Kenapa?"

"Kevin memakai namaku melakukan pinjaman."

Sudah jatuh tertimpa tangga, Ivy tak menyangka kesialan beruntun menghampiri hidupnya bertubi-tubi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsessed with You   Bab 155. Bercinta

    Satu meja langsung heboh mendengarnya. Mr. Jacob tertawa paling keras. Daniel dan Ivy juga tak bisa menyembunyikan rasa bahagia mereka.Setelah makan malam menyenangkan itu berakhir, hari-hari berjalan dengan damai. Daniel mulai menjalani terapi untuk masokisnya, kondisi Ivy juga semakin membaik. Keduanya menjalani konseling untuk masalah berbeda.Dean tumbuh menjadi balita yang sehat. Mr. Jacob dan Nicolas selalu mengunjungi Mansion Forrester secara rutin untuk melihat Dean. Apalagi hubungan mereka semakin erat setelah Nicolas dan Priskila resmi berpacaran. Ivy merasa hidupnya sekarang jauh lebih baik, ternyata badai tak selamanya mengobrak-abrik perahu kehidupannya. Pelangi akhirnya bersinar indah.Daniel berubah drastis, selalu menjadi suami terbaik bagi Ivy. Jika dia menyerah dulu, atau tak pernah membuka hatinya, mungkin ... dia tak akan sampai di titik ini. Di mana cinta mereka akhirnya menciptakan harmonisasi rumah tangga yang baik."I love, Iv." Setiap pagi Ivy selalu diberka

  • Obsessed with You   Bab 154. Jodoh

    Langkah kaki terdengar dari arah lorong. Pintu dapur terbuka pelan, dan Priskila masuk begitu saja tanpa memberi aba-aba. Semua kepala menoleh. Nicolas yang sedang menyendokkan sup ke mangkuk terdiam, Ivy menurunkan sendoknya perlahan, dan Mr. Jacob berhenti tertawa.Daniel berdiri dari kursinya. Wajahnya langsung berubah. Ia berjalan cepat ke arah Priskila dan memeluk adik perempuannya erat. Senyum lebar terpancar di wajahnya.“Ini adikku, Priskila,” ujar Daniel sambil menoleh ke arah Nicolas.Nicolas mengangguk dan mengulurkan tangan, masih tampak sedikit kaget. Priskila menyambutnya dengan tenang, mata mereka saling bertemu untuk beberapa detik. Senyum Priskila ramah, tubuhnya tegap, dan caranya berdiri memberi kesan percaya diri.Hari itu, Priskila mengenakan kemeja putih, dipadukan dengan rok hitam panjang. Rambutnya tergerai rapi, kulitnya terlihat bersih dan cerah. Ia tampak sangat berbeda dari terakhir kali Ivy melihatnya. Priskila sangat anggun.Meski kehadiran wanita itu tib

  • Obsessed with You   Bab 153. Kembali ke Rumah

    Ivy menjentik kepala Daniel main-main. "Nanti, kalau kau benar-benar bisa sembuh, kita bisa memikirkan anak kedua."Daniel tersenyum lebar. "Apa pun untuk Tuan Putriku, tapi ...." Daniel menangkap jari Ivy."Apa?!" "Kita tetap melakukannya selama sesi terapi. Kau tau aku tak bisa jika tak—" Bibir Daniel langsung dibungkam Ivy.Kedua pipi Ivy bersemu merah. "Tergantung ....""Tergantung apa?" Daniel menjulurkan lidah, menjilat telapak tangan Ivy, membuat wanita itu buru-buru menarik jemarinya."Kau patuh atau tidak." Daniel tertawa kecil, renyah, jantung Ivy berdebar mendengarnya. Ia ingin menggoda Daniel, tapi kenyataannya, lagi-lagi Ivy malah terbawa suasana. Wajah tampan Daniel begitu memesona, mata hijaunya yang mengerut kecil sewaktu ia tertawa, hidung mancung yang menggelitik telapak tangan Ivy, juga ... bibir merahnya, yang membuat Ivy ingin menanamkan kecupan mesra."Jangan tertawa.""Kenapa? Kau ingin mendengarku mengerang saja?" tanya Daniel jail. "Kau bisa mencobanya, di

  • Obsessed with You   Bab 152. Makan Malam Bersama

    Dalam masa pemulihan Ivy, Nicolas datang bersama ayahnya. Keduanya meminta waktu pada Daniel sejenak. Kali ini Daniel melunak, tak membantah sama sekali dan memilih meninggalkan ruangan Ivy. Ia memilih berjalan di koridor, membeli kopi instan dan duduk di ruang tunggu. Kepalanya bersandar di sandaran kursi, matanya menutup sejenak. Dan setelah sekian hari terjaga demi mengurus Ivy, Daniel tertidur dengan lelap. Kaleng kopinya jatuh berguling ke lantai, membuat jejak basah, tapi pria itu sudah tak sadar lagi.Mr. Jacob memegang tangan Ivy, duduk di samping kiri brankar sementara Daniel di sisi kanan. Keduanya menatap Ivy dengan tatapan sendu."Iv, ayah minta maaf atas semua yang terjadi. Bisakah kau memaafkan ayah dan Nic?" Suara tuanya bergetar pelan.Ivy mengulas senyum tulus, membuat Nicolas menarik napas dalam. "Tidak," jawabnya pelan."Apa?" Nicolas terkejut."Tidak sampai kalian akur dengan Daniel, jangan lagi ada pertikaian atau perebutan apa pun di antara kalian. Aku manusia A

  • Obsessed with You   Bab 151. Bahagia

    Ivy berdiri di tempat yang gelap. Tidak ada dinding, tidak ada langit, hanya permukaan basah dan dingin di bawah kakinya. Udara di sekelilingnya begitu sunyi, tapi terasa berat. Di kejauhan, dia melihat sosok Daniel. Punggung pria itu menjauh perlahan, langkahnya tertatih.Pakaian Daniel berlumur darah. Bahunya terguncang setiap kali ia melangkah, tubuhnya miring seperti menahan rasa sakit yang besar. Ivy mencoba memanggilnya, tapi suaranya tak keluar. Ia mengangkat tangan, berusaha berlari, tapi kakinya terasa berat seperti ditanam di tanah. Setiap langkahnya lambat, seperti mendorong tubuh melawan air.Daniel terus menjauh. Ivy menggapai udara kosong, matanya basah. Tangisnya pecah dalam diam. Ia tak bisa mendekat. Tak bisa menyentuh. Tak bisa menahannya pergi.Saat jarak antara mereka semakin jauh, Daniel menoleh sebentar. Wajahnya pucat, tatapannya kosong, lalu ia membalikkan tubuh lagi dan terus berjalan. Ivy merasakan dadanya sesak. Ia berteriak dalam hati, lalu tubuhnya tersent

  • Obsessed with You   Bab 150. Kalah

    Dor! Satu tembakan mengenai lengan atas Daniel. Pria itu terjerembap jatuh bersama teriakan memilukan Ivy."Daniel!" Ivy melindungi tubuh suaminya dengan badannya sendiri."Iv, pergilah." Daniel berusaha mendorong Ivy menjauh, dia harus membereskan Nicolas di sini. Hidup atau mati."Tidak! Aku tak akan meninggalkanmu, tidak lagi." Ivy berbalik menghadap Nicolas, berdiri dengan kedua tangannya direntangkan."Ivy! Ini masalah antar lelaki! Menjauhlah!" Nicolas berjalan semakin dekat. Ivy merasa putus asa tak bisa melakukan apa pun. Tidak! Dia tak ingin menjadi wanita lemah lagi, tidak lagi!Wanita itu merangsek maju tiba-tiba, memeluk tubuh Nicolas dan berusaha merebut pistolnya. Daniel yang melihat hal tersebut segera mendekat untuk membantu.Sayangnya sebelum dia bisa terlibat suara tembakan terdengar keras."Ivy ... kenapa? Kau ...." Mata Nicolas membelalak tak percaya. "Tidak ada lagi ... yang harus diperebutkan. Aku ... tak mau melihat ada yang mati lagi." Ivy berdenguk, darah m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status