Keysia nampak sedang berdiri didepan rak yang menyimpan begitu banyak keperluan dapur. Jari-jemari lentiknya menyusuri masing-masing botol nutella yang ada dihadapannya kemudian mengambil salah satu dan menyimpannya kedalam keranjang belanjaannya.
“Sepertinya sudah semua,” Gumam Keysia seraya mengecek bahan belanjaanya yang sudah disimpan didalam keranjang.
Setelah benar-benar memastikan tidak ada yang kurang, lantas Keysia segera bergegas menuju ke meja kasir untuk membayar barang belanjaannya. Namun, saat hendak mencapai meja kasir, Keysia tiba-tiba menghentikan langkahnya. Keysia teringat dengan stok camilannya yang sudah sisa sedikit.
“Lebih baik aku membeli sekarang saja daripada nanti harus balik lagi,” Ujarnya seraya membalikkan badannya dan bergegas menuju rak yang menyimpan macam-macam jenis camilan.
Lantas Keysia segera mengambil biskuit serta camilan lainnya termasuk keripik dengan segala varian rasa. Namun, saat Keysia hendak mengambil keripik buah yang tersimpan di rak yang paling atas, tinggi Keysia tidak cukup sampai padahal ia sudah berjinjit.
“Astaga, sejak kapan rak makanan ini menjadi setinggi ini,” Gumam Keysia dengan segala kekesalannya karena tidak mampu menjangkau keripik yang diinginkannya.
Seseorang bertangan kekar tiba-tiba membantu Keysia untuk mengambil camilan yang diinginkannya. “Bukan raknya yang menjadi semakin tinggi, Nona. Tapi anda yang terlalu pendek,” Ujarnya saat dirinya dengan mudah mengambil camilan yang hendak diambil Keysia.
Lantaran Keysia segera membalikkan badannya hingga kini keduanya saling berhadapan. Laki-laki itu mengulurkan keripik yang diinginkan Keysia namun gadis itu tidak segera menerimanya malah asik memandanginya.
“Ini keripik mu, Nona!” Ujar laki-laki itu.
“Ah iya terima kasih,” Keysia segera menerimananya kemudian memasukkan kedalam keranjang belanjaannya.
“Apa masih butuh bantuan?” Tanya laki-laki itu lagi sebelum Keysia benar-benar pergi dari hadapannya.
“Tidak!” Keysia menggeleng dengan cepat.
“Saya duluan,” Ujar Keysia kemudia segera bergegas pergi dari hadapan laki-laki yang baru saja membantunya.
“Nona, kita belum berkenalan,” Ujar laki-laki itu namun Keysia tidak menghiraukannya. Ia terus berjalan menuju ke meja kasir tanpa sedikitpun menoleh kearah laki-laki yang masih menatap kepergiannya.
“Gadis yang menarik,” Gumam laki-laki itu seraya menarik kedua sudut bibirnya membentuk garis lengkung yang begitu indah.
*********
“Dev,” Panggil Anna. Dua orang berbeda kelamin yang menjalin hubungan sebagai seorang sepasang kekasih itu terlihat sedang asik menikmati sarapan yang dikatakan terlambat.
“Kenapa?” Devan menjawab tanpa menoleh kearah Anna yang duduk didepannya, dirinya asik menikmati sarapannya.
“Aku ingin main ke rumahmu, satu bulan belakangan ini kan kamu tidak pernah mengajak ku kerumah,” Ujarnya.
Perkataan Anna sontak membuat Devan langsung menghentikan aktivitasnya. Devan menaruh kembali sendok yang digenggamnya.
“Tidak boleh!” Devan menolak dengan cepat.
“Kenapa? Bukankah dulu kamu sering mengajak untuk bermain ke rumahmu dan bahkan menginap disana?” Tanya Anna.
“Tidak ada alasan hanya saja untuk saat ini kamu tidak bisa datang kerumah ku terlebih dahulu,” Balas Devan.
“Tapi aku ingin kerumah mu, aku sungguh rindu suasana mesra kita dirumah mu,” Bukan Anna jika tidak memberontak apa yang dikatakan Devan. Gadis super keras kepala itu pasti akan selalu memaksa hingga apa yang menjadi keinginannya bisa terpenuhi.
Devan menarik tisu kemudian mengelap mulutnya tanda ia sudah mengakhiri sarapannya. “Kita bisa kan melakukan hal romantis itu ditempat lain, kita bisa melakukan itu di apartemen milik mu atau bisa juga di aparteman milikku!” Terang Devan.
“Iya, memang kita bisa beromantis-romantisan dimana saja. Tapi, pastinya dimana kita berada itu akan mempengaruhi suasa berpacaran kita!” Balas Anna.
“Pokoknya jangan dirumah ku! besok aku akan membawa mu ke aparteman!” Tegas Devan.
“Kenapa kamu menolak begitu keras? Apa kau sedang menyembunyikan sesuatu dari ku?” Seru Anna. Nada bicaranya terdengar sedikit meninggi dari sebelumnya.
“Tidak ada yang aku sembunyikan, hanya saja memang rumah ku sedang tidak bisa dikunjungi,” Balas Devan.
Anna melemaskan tubuhnya dusandaran kursi yang sedang didudukinya, gadis itu melipat kedua tangannya didepan dada. Sejenak pandangannya dialihkan kearah pintu restoran yang ia tempati sebelum akhirnya kembali menoleh kearah Devan.
“Jika kamu tidak membawa ku kerumah mu, jangan cari aku lagi!” Ujarnya kemudia meraih tasnya dan bergegas meninggalkan Devan yang nampak gusar.
“Selalu saja seperti itu, kekanakan!” Gumam Devan.
Rasa kesal bercampur gusar kini menyergab dirinya secara bersamaan. Kekasihnya Anna itu sungguh kekanakan dan mengatasinya perlu kesabaran yang ekstra karena sikapnya yang keras kepala. Kalau bukan karena cinta, Devan mungkin sudah meninggalkannya. Mengingat dulu perjuangan laki-laki itu tidak mudah mendapatkan Anna membuat Devan begitu mencintai dan menyayangi kekasihnya. Benar, cinta itu buta sampai Devan sendiri tidak mampu melihat keberadaan istrinya sebagai pasangan hidupnya.
*********
“Kau sudah pulang?” Ujar Keysia bertanya tatkala melihat suaminya itu melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya yang terletak dilantai dua.
“Setahu mu?” Bukannya menjawab Devan malah kembali melontarkan pertanyaan yang terdengar begitu menyebalkan membuat Keysia menjadi kesal dan meledeknya dibelakang.
“Tidak udah meledek, kau fikir aku tidak tahu?!” Seru Devan membuat Keysia kaget.
“Siapa yang meledek mu? GR sekali!” Balas Keysia dengan cepat.
Sontak Devan menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba saat ia sudah memijaki anak tangga kedua membuat Keysia juga menghentikan langkahnya. Devan membalikkan badannya tanpa aba-aba membuat Keysia terkejut dan nyaris terjatuh namun dengan cepat Devan menahan tubuhnya.
“Kau mengejutkanku!” Seru Keysia seraya mengelus dadanya. Jantungnya nyaris copot dengan ulah suaminya.
“Kalau aku terjatuh terus kepalaku membentur lantai, gagar otak lantas meninggal terus kau menjadi duda, mau?” Ujar Keysia beruntun.
Ctakk
Devan mendaratkan pukulan dikepala Keysia membuat gadis itu mengaduh kesakitan. “Kau ini kenapa suka sekali KDRT?”
“Kalau itu sampai terjadi maka akan bagus,” Balas Devan membuat Keysia seketika memelotokan matanya.
“Kau?” Keysia menegaskan jari telunjuknya tepat didepan wajah Devan.
“Jangan menunjukku seperti itu, cepat tegakkan badanmu! Betah sekali memodusiku,” Serunya dengan nada mencibr. Sontak Keysia langsung membenarkan posisinya dan Devan pun menjauhkan tangannya.
“Dasar, suami yang tidak mempunyai hati. Memang apa yang kau harapkan dari menjadi duda? Memang ada perempuan yang akan mau menikah dengan laki-laki menyebalkan seperti dirimu?!” Cerca Keysia.
“Ada,” Jawab Devan.
“Memangnya siapa?”
“Jika benar kau akan mati, maka aku akan langsung menikahi Anna.”
Jleb. Perkataan Devan sontak membuat Keysia terdiam. Hatinya begitu mencelos, sudah menikah tanpa didasari rasa cinta, suaminya sendiri mengharapkan cepat jadi duda dan menikahi kekasihnya.
“Mandilah, aku akan menyiapkan makan malam untuk mu,” Ujar Keysia kemudian. Ia segera berlalu menuju dapur meninggalkan Devan yang masih setiap menatap kepergiannya diatas anak tangga.
*********
Keysia menarik salah satu kursi kemudian mendudukkan dirinya. Air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Keysia terisak dalam diam, hatinya hancur tidak karuan. Apa suaminya itu mengharapkan perpisahan? Ah itu pasti, sudah tidak perlu ditanyakan lagi Devan pasti ingin segera mengakhiri pernikahannya.
Bi Eli tiba-tiba muncul dari belakang membuat Keysia segera menghapus air matanya. “Nyonya Key menangis?” Tanya Bi Eli. Nampaknya wanita paruh baya itu telah memergoki dirinya.
“Ah, tidak bibik. Key hanya merasa rindu saja dengan papa. Oh iya, Bibik tolong bantuin Key pindahin makan malamnya ke meja makan ya, Key mau ke toilet sebentar,” Ujarnya kemudian segera bergegas menuju ke toilet untuk membasuh wajahnya agar tidak ketahuan Devan kalau dirinya menangis karena perkataannya.
Devan menghentikan mobilnya tepat didepan restaurant milik istrinya. Buru-buru Devan tutun dari mobilnya dan berjalan masuk kedalam restaurant yang belum terllau ramai pengunjung itu.“Selamat pagi, Tuan,” sapa para pelayan ketika mendapati Devan. Para pelayan yang bekerja bersama dengan Keysia memang sudah tahu kalau majikannya itu adalah istri dari seorang Devano Ristran Aderland, pengusaha muda paling sukses di negara yang ditinggalinya.“Pagi,” balas Devan. Laki-laki itu membalas senyuman para karyawan membuat Nana yang kebetulan melihatnya dibuat terheran-heran.“Tumben banget,” gumam Nana seraya melangkahkan kakinya menghamiri suami dari sahabatnya.“Tuan Dev,” panggil Nana.Mendengar namanya dipanggil, sontak Devan menghentikan langkahnya dan menatap Nana. “Dimana Keysia?” tanyanya.“Diruang kerjanya,” mendengar jawaban dari Nana, Devan kemudian langsung bergegas
“Kau yakin sudah merasa lebih baik sekarang?” tanya Keysia seraya memasnagkan dasi pada kerah kemeja yang dikenakan oleh suaminya.“Iya, ada pekerjaan penting yang harus aku selesaikan sekarang,” ujarnya.“Baiklah, oh iya siang nanti mau aku antar makan siang ke kantor?” Keysia kini tengah selesai memasangkan dasinya. Tangan gadis itu terulur untuk mengambil jas kerja milik Devan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri dan membantu suaminya untuk mengenakan pakaiannya.“Boleh,” Devan tersenyum menanggapi perkataan istrinya.“Baiklah, aku akan memasakkan makanan enak untukmu,” Keysia tersenyum senang. Hari ini, adalah hari pertama ia akan menuju ke tempat suaminya itu bekerja, tentu saja ia tidak boleh membuat kecewa.Keysia meraih tas kerja milik Devan, perempuan itu membantu suaminya untuk membawa tas kerjanya serta mengantarkan sampai ke pintu depan.“Aku berangkat dulu,&rdqu
Pagi telah tiba dengan sinar mentari yang menyambutnya ceria. Seperti biasa, Keysia terlebih dahulu terbangun dari suaminya. Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya dan membuka korden kamarnya membiarkan sinar matahari menerangi kamarnya.Keysia merenggangkan tubuhnya saat matanya mendapati pemandangan pagi dari kamarnya. Setelahnya, Keysia menuju Devan untuk membangunkan suaminya itu.Keysia menyentuh pipi Devan sontak membuat Keysia membelalakkan matanya. “Astaga, Dev bangun,” seru Keysia saat merasakan tubuh Devan yang sangat panas.“Dev!” Keysia menepuk perlahan pipi Devan sampai pada akhirnya laki-laki itu mulai mengerjabkan matanya hingga terbuka.“Minum dulu,” Keysia memberikan air putih yang baru saja diambilnya dari nakas dan membantu suaminya itu untuk minum.“Kamu demam, kita ke rumah sakit ya,” ujar Keysia namun Devan menggelengkan kepalanya.“Tapi suhu badan kamu panas
Hujan terdengar begitu lebat diseratai dengan angin hingga menggerakkan korden kamar Keysia yang masih terbuka sepenuhnya. “Apa disana juga hujan selebat ini?” pikir Keysia. Lantaran ia segera turun dari tempat duduknya dan segera menutup pintu kaca penghubung antara kamar dan balkon kamarnya.Sejenak, Keysia menatap keluar, memperhatikan dengan seksama air hujan yang jatuh membasahi tanah. “Semoga Devan baik-baik saja,” gumam Keysia sebelum akhirnya ia menutup pintu juga tirai kamarnya.Keysia kembali mendudukkan dirinya diatas ranjang, tangannya tergerak untuk meraih ponselnya yang diletakkan diatas kasur, waktu kini sudah menunjukkan pukul 23.53 WIB. “Seharusnya Devan sudah hampir sampai,” gumam Keysia.***********“Hujannya lebat sekali,” umpat Devan kesal karena percikan air hujan membuat ia tidak bisa melihat dengan jelas jalanan depan sehingga membuat ia harus mengurangi kecepa
Keysia mendaratkan tubuhnya pada kursi kebesarannya. Pikirannya kini terlempar pada Reyhan yang melamarnya tapi ternyata dirinya telah mempunyai seorang kekasih.“Bagaimana mungkin dia bisa melamar perempuan lain untuk menjadi istrinya kalau dia sendiri mempunyai seorang kekasih?” gumam Keysia.“Itulah manusia, yang terlihat baik belum tentu benar-benar baik. Kenapa para pria itu sangat suka meyakiti hati para wanita? Apakah mereka tidak memikirkan ibunya?” tambahnya.Drtttt…..drttttt….drttttt…..Suara getaran yang berasal dari ponsel Keysia kini membuat gadis itu lantaran mengalihkan atensinya pada benda pipih yang kini tergeletak diatas mej. Nama Devan kini memenuhi laray ponselnya membuat Keysia sontak mengulas senyum manisnya, “Dev, akhirnya dia menghubungi juga,” ujar Keysia seraya mengambil ponselnya dan segera menerima panggilan dari suaminya.“Hallo,” ujar Devan disebrang
Siang harinya, benar apa yang dikatakan oleh Nana. Reyhan berserta staf kantornya kini tiba diresto dan café milik Keysia yang sekarang akrab dengan nama panggilan Key Resto and Café. Para pelayan kini nampak disibukkan untuk mengantarkan makanan yang telah dipesan oleh para pelanggan sebelumnya.Suasana kini nampak begitu canggung pada salah satu meja yang dimana meja tersebut nampak sedang diduduki oleh Keysia, Reyhan dan juga Nana.“Kalian kenapa diam-diam saja? Ayo makan makanannya nanti keburu dingin,” Nana yang sudah tidak tahan dengan atmosfer dingin yang menyelimuti tepat duduknya lantaran membuka suara.“Iya,” ujar Keysia yang lantas menikmati makan siang miliknya, pun dengan Reyhan. Ketiganya kini sama-sama menikmati makanan yang ada dihadapannya tanpa mengucapkan sepatah kata hingga pada kahirnya Reyhan memutuskan untuk membuka suara.“Menunya oke juga,” ujarnya.“Tentu saj