Hari ini Keira dan Dean akan kembali ke Jakarta. Walaupun kemarin malam harus berakhir dengan kram dan pegal-pegal tapi tidak terlalu berpengaruh pada keadaan Dean. Laki-laki yang menjadi suami Keira Rose masih saja sama dengan sifat kemesumannya yang sulit untuk bertobat.
Keira yang terkadang jengah dengan perlakukan Dean hanya bisa menghela napasnya. Ingin sekali dia menendang suaminya jauh ke antartika agar tidak menempel layaknya perangko ketemu amplop.“Sayang apaan sih ndusel-ndusel terus,” ucap Keira kesal.“Aku suka ndusel-ndusel sama kamu,” ujar Dean sambil mencengkram lengan Keira dengan gemas.“Aduuh Dean sakit,” pekik Keira kesakitan.“Iih kamu teriak sakit malah aku makin gemas tau ga sih.”Keira mencibirkan bibirnya dan hanya bisa menepis tangan Dean yang mulai bergerilya menuju tempat-tempat keramat.“Dean, ini di mobil jangan kayak gitu.” Keira berkata sambil menepis tangan Dean.<Cinta tanpa rasa saling mengerti dan memahami akan membuat sebuah hubungan menjadi tidak baik - baik saja. Terkadang cinta harus saling menghormati dan menghargai pasangan kita. Di dalam sebuah hubungan tidak bisa dipungkiri harus ada yang mengalah bukannya saling mengalahkan. Tanpa terasa 2 jam terlewati Keira yang dari tadi sibuk membaca novel Desire In Love akhirnya bisa tersenyum setelah tadinya dia menangis dengan perjuangan cinta Selena dan Devano. Dia juga kasihan pada Kevandra dan berharap ada sequel lanjutan untuk pria yang begitu baik dan selalu mencintai Selena dengan tulus. Mungkin inilah yang dikatakan cinta tak harus memiliki walau sakit, tapi melihat orang yang dicintai bahagia akan membuat perasaan menjadi lebih bahagia. Jam dinding terus berdetak Keira menatap jalannya jarum panjang yang terus mengelilingi arah perputaran waktu. Walau sudah menunjukkan jam 1 dini hari, tapi Dean belum juga kembali. Dia merasa khawatir deng
Di saat suasana di antara mereka menjadi canggung sebuah dering ponsel berbunyi membuat Dean dan Vio terkejut. Vio pun melihat ponselnya. Ada nama Keira tertera di layar telepon genggamnya. "Dean ini Keira telepon,” ujar Vio memberitahukan Dean. “Ngapain istriku menghubungimu?” tanya Dean heran. “Biasanya nih kalau Keira telepon tengah malam begini pasti lagi baper, galau juga merana nih." “Serius?” “Iya serius. Keira memang begitu selalu menghubungi aku jika ada masalah." Dean mengernyitkan dahinya. Apakah benar Keira menghubungi Vio kalau ada masalah? Dia jadi penasaran sendiri apa yang akan Keira katakan. “Hmm, aku yakin kamu dan Keira sedang bertengkarkan?” Vio bertanya sambil menggoda Dean. Dean terdiam dan berpikir ingin mendengar versi Keira tentang pertengkaran mereka. “Angkat aja. Aku penasaran Keira akan mengata
Perjalanan malam Dean pulang ke rumahnya terasa begitu lambat walau dia sudah melaju kecepatan dengan secepat mungkin untuk menemui istrinya, Keira Rose yang sudah menunggunya.Tidak bisa dipungkirinya kalau ada rasa bersalah dalam hatinya membuat Keira menangis. Dia sama sekali tidak menyangka kalau istrinya lelah dan sengaja tidak mengatakan hal yang sebenarnya demi tidak menyakiti dirinya. Seandainya Keira berterus terang dia pasti akan mengerti. Terkadang beginilah dia, emosinya lebih mendominasi tanpa mengerti keadaan yang sebenarnya.Begitu tiba di rumah Dean dengan melangkahkan kakinya secepat mungkin menuju kamarnya. Saat dia membuka pintu dia melihat istrinya tertidur di atas ranjang dengan tisu yang berserakan mengelilinginya. Terlihat jelas kalau Keira habis menangis.“Kei.” Suara Dean saat memanggil Keira terdengar lembut dan mengecup kening istrinya.Keira terbangun saat mendengar suara Dean dan membuka matanya. Di
Setelah selesai memadu kasih di pagi hari Keira dan Dean turun ke bawah sambil bergandengan tangan untuk sarapan. Terlihat jelas dari wajah mereka yang berseri-seri membuat Rudi, Arman, dan Rosanna ikut merasakan kebahagian pasangan pengantin baru tersebut.“Cie… yang baru bulan madu dunia terasa milik berdua nih, yaa ga Pak Arman,” ujar Rudi menggoda Dean dan Keira.“Iya bener kalian berdua ini bikin iri kita yang juga dulu pernah muda,” ucap Arman.“Ayah dan Papa kayak ga pernah muda aja,” ujar Dean dengan santai.“Pernah muda sih, tapi kayaknya ga sehebat kalian deh. Lihat saja tuh tanda merah dileher bekas tanda bibirmu uo...uo…” ujar Rudi melirik ke arah leher Keira.“Nah itu dia Ayah namanya tanda kepemilikan biar orang tau kalau Keira hanya milikku.”Sedangkan Keira tertunduk malu sambil menutup lehernya . Dia sangat malu digoda oleh Ayah mertuanya lalu menyenggol lengan Dean.“Kenapa sih kamu nyeng
Seorang wanita sanggup menyembunyikan segala perasaan dalam hatinya selama bertahun-tahun bahkan menutupi segala aib orang yang dicintainya. Tapi, seorang wanita juga tidak mampu menyembunyikan rasa cemburunya walau hanya sesaat. Ada perasaan takut kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupnya membuatnya sedih dan kecewa.Seperti itulah yang dirasakan Keira. Dia berpura-pura tersenyum di depan Dean meskipun hanya untuk menutupi rasa kecemburuan juga sedihnya. Bagaimana dia tidak sedih jika orang yang dicintainya memuji wanita lain dihadapannya.Tibalah mereka ke sebuah perumahan mewah yang model rumah tingkat dua dengan warna putih bercampur tosca. Keira jadi penasaran mereka mau ke rumah siapa? Seperti apa bentuk wanita yang begitu membuat Dean memuja-mujinya.“Sayang, ayo turun,” ajak Dean dengan semangat.“Hmm, haruskah aku turun? Aku ga enak nanti mengganggu waktumu dan wanita spesial itu,” ucap Keira masih dengan berpura-
Dean menjadi semakin emosi mendengar Yudika menjelek - jelekan Keira lalu melayangkan tinjunya lagi di hidung Yudika membuat cairan kental berwarna merah keluar dari hidung adik iparnya tersebut. "Aduuh Kak. Ampun Kak, maafkan aku. Tolong Kak lebih baik kita bicarakan ini dengan baik - baik," ujar Yudika ketakutan. Dean menatapnya dengan tajam. Jika bukan karena Yudika suami Garcia dia pasti sudah menghajar Yudika lebih parah dari pada ini. Dia menguasai beladiri untuk pertahanan dirinya, hidup sendirian di negeri orang jika tidak memiliki ilmu beladiri taekwondo bisa berbahaya untuk dirinya sendiri. "Baiklah tapi harus tahu hal sebenarnya bukan hanya fitnah." "Baik Kak." Dean dan Yudika berbicara berdua dengan keadaan lebih tenang. Yudikan tidak berani melihat ke arah Dean, hidungnya berdarah dia sumpal dengan tisu. Saat melihat keadaan Yudika sebenarnya Dean ingin tertawa geli. Hidung Yudika yang
Garcia, Keira, dan Yudika terkejut mendengar suara Dean yang berteriak marah membuat Josh yang berada dalam gendongan Garcia menangis. Dean menarik napasnya berusaha untuk mengontrol emosinya sendiri. Dia tidak ingin lepas kendali di depan istri dan adiknya apa lagi ada Josh keponakannya.“Kita pulang.” Dean menarik tangan Keira.Keira menjadi tidak enak sendiri pada Garcia dan Yudika apa lagi Josh menangis kencang ketakutan.“Sayang jangan begitu,” ucap Keira perlahan.“Aku ga mau berlama-lama di rumah orang yang tidak menghargai istriku,” ujar Dean yang masih emosi.“Kakak tolong jangan pergi saat marah begini,” ujar Garcia.“Karena aku marah sebaiknya aku pergi dari pada di sini semakin memperburuk masalah yang ada.”Keira memberi kode pada Garcia dan Yudika agar tidak lagi membujuk Dean.“Yaa sudah kita pulang saja Sayang,” ujar Keira menuruti permintaan Dean.Keira dan
Pernikahan adalah sebuah ikatan atas kesepakatan antara dua insan untuk menjalani kehidupan bersama. Keduanya berkomitmen bersama untuk saling bahu membahu mewujudkan tujuan hidup, memenuhi kebutuhan asasi manusia, serta menyempurnakan kebahagiaan hidup dalam bingkai rumah tangga.Menjaga kehormatan dan harga diri istri merupakan tanggung jawab suami. Jika wanita yang dicintai dihina bahkan direndahkan oleh orang lain atas dasar sebuah fitnah sudah seharusnya suami menjadi orang pertama yang akan menjadi pelindung dan membela harta martabat sang istri.Begitulah yang dirasakan Dean. Dia sangat marah atas apa yang telah dikatakan oleh Cristo. Segala fitnah dan kata-kata tidak pantas diucapkan oleh pria yang tidak bertanggung jawab. Tibalah mereka di club malam yang dimaksud oleh Yudika.“Kak itu club malamnya,” ujar Yudika saat mereka tiba di daerah Jakarta barat.“Aku parkir mobil dan kita masuk ke dalam,” ucap Dean dengan tegas.