Share

Dua Pangeran

"Ini sudah keputusan dariku!" Kata Raja Roland.

"Apa kau dan Shaunia ingin menentangku?" Tanya Raja Roland.

Kiehl yang semula ingin menentang, kemudian mengurungkan niatnya. Namun terlihat jelas bahwa ia tidak rela. Tangannya mengepal dengan erat. Matanya memandang  sang adik dengan sorot kebencian yang tidak ditutupi.

                                 ****

Shaunia kembali ke kamarnya segera setelah pertemuan itu. Ia bahkan tak menggubris panggilan Kiehl.

Tubuhnya gemetar. Gemetar karena marah dan takut. Apalagi rencana Alex kini? Apa ia ingin kembali menjadikan Shaunia sebagai bulan-bulanannya?

Shaunia merasa tak sanggup jika ia harus melayani Alex. Namun di sisi lain, ia juga tergoda untuk menerima penugasan yang diberikan kepadanya itu.

Baginya tidak ada orang yang lebih dibencinya dibandingkan dengan Alex, sang pembunuh ibunya.

Ya, Alex lah yang telah memasukkan ular tersebut ke dalam istana. Ingatan Shaunia kembali kepada kejadian tujuh belas tahun yang lalu.

FLASHBACK MODE : ON

"Dasar gendut karat! Memang kau tidak lihat apa aku sedang berada di sini?" Tanya Alex kecil dengan galak.

Shaunia kecil saat itu sedang berlari mengejar seekor anjing pomeranian istana. Ia suka dengan anjing itu.

Namun yang tak disangkanya adalah ia malah berbenturan dengan Alex di sebuah sudut istana. Tubuh Alex yang tinggi kurus waktu itu terpental jatuh begitu ia bertubrukan dengan si kecil montok Shaunia yang walaupun lebih muda dan lebih pendek, namun jauh lebih berisi tubuhnya daripada Alex.

Cat minyak yang sedang dibawa Alex pun tumpah mengenai pakaian dan wajah serta rambutnya.

Sudah barang tentu Alex langsung berang dan menuduh Shaunia sengaja melakukan itu.

"Jawab aku! Apa kau tuli?" Tanya Alex dengan galak sambil bangkit berdiri.

Shaunia kecil begitu takut akan kemarahan Alex, namun ia mencoba untuk berani.

"Aku minta maaf, Pangeran. Aku benar-benar tidak sengaja!" Jawab Shaunia.

Ia kemudian berusaha membantu membersihkan cat pada wajah Alex. Namun Alex langsung murka dan mendorong Shaunia hingga gadis kecil terjatuh.

"Jangan sentuh aku dengan tanganmu yang kotor itu! Kau itu hanya pelayan! Tak pantas sama sekali menyentuhku!" Geram Alex dengan pongahnya.

"Dasar karat gendut!" Hina Alex sambil mengusap wajahnya yang belepotan cat.

Kemudian cat yang berada di tangannya itu langsung di usapkannya ke wajah dan pakaian Shaunia.

"Sekarang kita impas. Seorang pelayan memang seharusnya terlihat seperti dirimu sekarang," Kata Alex.

Shaunia kecil langsung menangis karena merasa dirinya dijahati oleh Alex.

"Mengapa Pangeran begitu membenciku?" Tanya Shaunia ekcil sambil mengusap air matanya dan malah semakin membuat wajahnya belepotan cat.

"Ada apa ini?" Terdengar suara seorang pria.

"Kau tidak perlu turut campur, Hensel!" Sergah Alex kepada adipati Hensel.

"Maaf, Pangeran. Tapi Anda tidak boleh memperlakukan seorang anak pelayan seperti itu," ujar adipati Hensel.

"Aku akan melakukan apapun yang aku mau, karena aku adalah seorang pangeran!" Jawab Alex sambil menegakkan postur tubuhnya.

"Yang Mulia, saya mohon hentikan," kata adipati Hensel.

"Atau apa?" Balas Alex dengan berani.

"Kau akan mengadukan aku?" 

"Ayahku tidak akan mau repot-repot turun tangan hanya untuk membela seorang pelayan," kata Alex dengan yakin.

"Tunggu saja kau Karat. Aku akan memasukkan ular ke dalam gaun usangmu itu," ancam Alex.

"Kita lihat apa yang akan terjadi!" Sambil berkata, Alex kemudian berlalu meninggalkan  Shaunia yang semakin ketakutan bersama dengan Adipati Hensel.

FLASHBACK MODE : OFF

'Tok! Tok! Tok!'

Suara ketukan di pintu membawa Shaunia kembali pada kehidupan nyata.

Ia beranjak menuju pintu dan membukanya.

"Kau tak apa-apa?" Tanya Kiehl langsung masuk dan menutup pintu kamar Shaunia.

"Yang Mulia!" Seru Shaunia terkejut.

"Anda telah melanggar peraturan istana dengan kemari."

"Sudah kukatakan jangan bersikap formal padaku," Kiehl menarik Shaunia mendekat dan memeluknya.

"Maafkan aku, Shaunia. Aku pria tak berguna yang tak dapat melindungimu!"

"Statusku hanya pajangan saja. Aku tak dapat melindungi wanita yang aku cintai," Hati Kiehl  terasa sakit.

"Aku takut Kiehl. Aku takut!"

"Aku tak tahu apa yang direncanakannya."

"Tapi kali ini aku tak akan kalah. Aku tak akan membiarkan adikmu menekan diriku lagi!" Shaunia berkata dengan penuh tekad.

"That's my girl!" Bisik Kiehl sambil mengecup kening Shaunia.

'Tok! Tok! Tok!'

"Shaunia? Yang Mulia Pangeran Alex memanggilmu!" Seru salah seorang rekan kerjanya.

Shaunia langsung menyuruh Kiehl untuk diam dengan menempelkan jari telunjuknya ke bibir Kiehl.

"Baiklah! Aku akan ke sana!" Seru Shaunia menjawab rekannya.

Sesungguhnya hal terakhir yang tak diinginkannya di dunia ini adalah bertemu dengan Alex lagi. Lagipula ia baru akan bertugas besok.

"Kiehl, kau pergilah dahulu," pinta Shaunia.

"Aku harus menghadap adikmu."

"Tidak! Aku akan ikut denganmu!" Tegas Kiehl.

"Aku akan memperingati Alex agar ia tidak macam-macam denganmu!"

Berdua mereka berjalan menuju lantai empat, atau yang lebih dikenal dengan Ruang Topaz,  yang kini menjadi wilayah tempat tinggal Alex.

"Anda memanggil saya, Yang Mulia?" Sapa Shaunia sambil memberi hormat dengan menekuk lututnya sedikit dan menunduk.

"Cih! Untuk apa kau kemari sambil membawa bodyguardmu segala?" Ejek Alex ketika melihat Kiehl.

"Shaunia baru akan bertugas untukmu secara resmi esok hari," Kiehl memulai.

"Mengapa kau sudah memanggilnya sekarang?"

"Oh, ya ampun, Kiehl!" Seru Alex sambil tertawa dengan menyebalkan.

"Aku hanya memanggilnya untuk sedikit berbincang dengannya mengenai tugas-tugas yang harus dilakukannya begitu ia menjadi pelayanku!"

"Asisten pribadi!" Kiehl mengoreksi.

"Pelayan lebih cocok," Alex berkata bersikukuh setelah menatap Shaunia.

"Dengar Alex. Aku tak tahu apa masalahmu dengan Shaunia," Kiehl maju mendekati sang adik.

 "Tapi kau sudah besar sekarang. Apalagi kau akan menjadi seorang calon raja!"

"Jadi aku harap kau akan bersikap layaknya seorang calon raja sejati, Alex!" Kiehl menatap mata Alex yang seperti mata seekor serigala. Bola matanya yang unik antara biru sekaligus keabuan, membuat tatapan Alex menjadi sangat garang. Tubuhnya juga lebih tinggi dari sang kakak.

Berbeda jauh dengan Kiehl yang memiliki warna bola mata biru tua yang terlihat teduh setiap kali memandang seseorang.

"Urus saja urusanmu sendiri, Kak! Jangan lupa minum obatmu!" Sindir Alex.

"Aku ingin berbicara dengan dia. Kau pergilah!" Usir Alex kepada Kiehl.

"Katakan saja apa yang ingin kau katakan," Kiehl menyela.

"Sekarang Shaunia masih asistenku yang resmi!"

Alex memandangi kakaknya dengan penuh spekulasi dan perhitungan. Ia sedang menimbang, perlukah ia menyampaikan perkataannya untuk wanita itu di depan sang kakak?

"Kurasa tidak!" Jawab Alex.

"Aku akan menunggu sampai besok kalau begitu!" Jawab Alex berkelit.

"Aku akan memperingatkan dulu sebelumnya kepadamu, Lex."

"Jangan kau berani-berani mengganggu Shaunia ataupun berbuat kekacauan di sini."

"Aku masih putra mahkota resmi sebelum kau dianggap layak untuk menggantikan diriku. 

"Aku tidak akan tinggal diam! Dan aku bersumpah akan mengusirmu  keluar dari istana lagi."

Kiehl menatap Alex cukup lama. Kemudian,

"Kita pergi Shaunia!" Kiehl memberi perintah dengan separuh membentak. Namun Shaunia paham bahwa bentakan itu bukan ditujukan kepadanya.

To be continue ....

Hi, please vote buat karya Mpok nyang ini yah, supaya bisa menang. Thank u readers kesayangan Mpok.

Follow my IG : @mixmax1417

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status