"Benar, Pangeran!" Jawab Shaunia singkat sambil menunduk untuk memberi hormat walaupun sesungguhnya ia enggan.
Alex menatap Shaunia, seakan Shaunia adalah makhluk asing yang baru pertama kali dilihatnya. Ia terhenyak menyadari kenyataan bahwa Shaunia sudah berubah.
'Bagaimana mungkin Shaunia yang dulu bisa berubah menjadi secantik ini?' Pikir Alex masih dengan mulut ternganga.
"Cukup bicara mengenai pelayan!" Raja Roland mengambil alih keadaan.
"Ada hal yang jauh lebih penting yang harus kubicarakan kepadamu, Alex!" Ujar Raja Roland.
"Mengenai mengapa aku menyuruhmu untuk pulang."
"Alexander Phillip Roland III, mulai saat ini kau adalah putra mahkota baru, menggantikan Kiehl, kakakmu!" Raja Roland mengeluarkan titah baru yang mengejutkan.
Alex terhenyak syok mendengar pengumuman itu. Ia sama sekali tak mengira bahwa dirinya dipanggil pulang untuk menggantikan posisi kakaknya.
Gelar 'calon raja' sudah melekat dengan Kiehl semenjak ia lahir. Dan tentunya kepada anak-anaknya kelak.
Sementara gelar pewaris tahta kedua hanya merupakan gelar pajangan saja. Alex yakin bahwa ia tidak akan pernah menjadi seorang calon raja. Lalu mngapa sekarang tiba-tiba ayahnya memindahkan gelar itu kepada dirinya?
"Permainan baru apalagi yang sedang kalian mainkan ini?" Tanya Alex dengan tidak suka.
Ia tidak sudi dipanggil pulang hanya untuk dipermainkan dan dipermalukan.
"Kiehl adalah putra mahkota dan calon raja yang resmi," Jawab Raja Roland.
"Namun sangat disayangkan bahwa oleh tim dokter istana, kesehatan Kiehl beberapa tahun ini semakin menurun."
"Kiehl mungkin tidak akan kuat untuk menjalani tugas kenegaraan yang berat!"
"Apa maksudnya dengan kesehatan Kiehl semakin menurun?" Alex masih belum paham. Saat ini yang dilihatnya Kiehl tampak baik-baik saja.
"Oleh tim dokter, Kiehl di pastikan memiliki penyakit autoimun, Alex" jawab Ratu Sophia dengan sedih.
"Keadaan ini membuatnya tak bisa menjalankan tugas kenegaraan yang berat."
"Penyakitnya akan langsung kambuh," jelas Ratu Sophia dengan nada sedih.
Ia sama sekali tak ingin anak yang dibanggakan olehnya itu menderita seperti ini. Terlebih semenjak kecil Kiehl memang sudah dipersiapkan menjadi pengganti Raja Roland.
"Kiehl apa?" Ulang Alex tak percaya dengan pendengarannya.
"Kau dengar kata Ayah, Alex," Kiehl menyela tiba-tiba.
"Tiga tahun belakangan ini aku di diagnosa terkena autoimun oleh tim dokter istana."
"Aku juga merasakan bahwa kondisiku tidak baik begitu aku kelelahan."
"Lantas apa? Kalian tiba-tiba mengharapkan bantuan aku untuk menjadi calon raja dadakan?" Tanya Alex dengan nada murka.
"Setelah kalian membuang dan mengasingkan diriku ke Inggris?"
"Perlu kau pahami Alex, kami tidak pernah mengasingkan dirimu. Kami mengirim dirimu ke luar negeri untuk menyuruhmu belajar."
"Dan aku tidak pernah mengharapkan bantuan darimu, Alex!" Potong Raja Roland.
"Kau adalah pewaris tahta kedua. Sudah menjadi tugas dan kewajibanmu untuk menggantikan pewaris tahta pertama jika memang diharuskan."
"Kau sudah tahu akan hal itu sejak kecil."
"Dan sebagai pewaris tahta kedua, maka kau harus mematuhi peraturan!"
"Bagaimana jika aku menolaknya?" Tantang Alex.
"Maka sepupu kalian Edward atau Jeromias lah yang akan naik tahta selanjutnya," jawab Raja Roland.
"Tapi aku akan memastikan bahwa hal itu tidak akan terjadi!"
"Selama aku masih hidup, maka aku akan berjuang dan memastikan bahwa keturunanku lah yang akan menjadi penggantiku."
"Bukan yang lain!"
"Jadi Alexander, suka atau tidak, kau harus menerima tanggung jawab dan menjalani takdirmu!"
"Alex, Ibu tahu kau tidak paham mengenai segala urusan negara," kata ratu Sophia.
"Tapi jangan khawatir. Kiehl akan tetap bertanggung jawab menjalankan pemerintahan."
"Kau hanya perlu tampil di muka umum ...."
"Dengan kata lain aku hanyalah seorang putra mahkota boneka bukan?" Potong Alex.
"Aku hanya dapat bergerak sesuai dengan perintah Kiehl!" Sahut Alex dengan pahit.
"Alex!" seru Ratu Sophia terkejut akan pemikiran Alex.
"Kiehl hanya akan menggerakkan pemerintahan sampai kau siap nanti," kata Ratu Sophia berusaha mengoreksi jalan pikiran Alex.
"Lagipula, kepemimpinan negara masih sepenuhnya dipegang olehku," Raja Roland ikut menambahkan.
"Kiehl baru hanya mengemban sebagian tugas kenegaraan saja."
"Sementara ini kau akan belajar pelan-pelan dan dalam diam," kata Ratu Sophia.
"Ayahmu tak ingin menimbulkan kekhawatiran di kalangan rakyat Androva."
"Dan terutama tidak ingin agar Paman kalian tahu bahwa Alex pulang untuk menggantikan Kiehl."
"Kalau begitu ini adalah paksaan dari kalian semua dan aku tidak diperkenankan untuk menyatakan keberatanku?" Alex berkata dengan sinis.
Tak ada yang menanggapi pertanyaan Alex. Mereka semua diam membisu.
"Kalau begitu aku akan menganggap bahwa asumsiku adalah benar," kata Alex lagi.
"Cukup Alex!" Tegur Kiehl.
"Jangan merasa bahwa dirimu sendiri hanyalah korban yang terluka."
"Kita semua tidak menginginkan hal ini terjadi. Tapi ini adalah kenyataan," Kiehl mengucapkan pandangannya.
"Dan kita harus menerima serta menjalaninya."
Alex terdiam setelah mendengarkan perkataan Kiehl.
"Lalu apa yang harus kulakukan sekarang?" Tanya Alex kemudian setelah ia terdiam cukup lama.
"Tidak banyak," sahut Raja Roland merasa lega karena Alex sepertinya mulai dapat menerima keputusan ini.
"Sementara ini kami mengumumkan bahwa kepulanganmu adalah karena kau sudah menyelesaikan studi S2 mu di Inggris," kata Raja Roland.
"Yang harus kau lakukan adalah mempelajari segalanya dari Kiehl."
"Kita tidak akan mengumumkan pergantian putra mahkota sampai kau sudah kuanggap mampu dan kompeten untuk menggantikan Kiehl."
Sampai tahap ini Alex mendengarkan sambil tersenyum sinis kembali.
"Tak ada seorangpun termasuk para pelayan, staff kenegaraan dan para pejabat yang boleh mengetahui akan hal ini," lanjut raja Roland.
"Sebab aku khawatir mereka akan mencoba untuk mengambil alih kekuasaan, jika mereka tahu."
"Seperti yang Kiehl dan aku curigai selama ini," kata Raja Roland.
"Paman Otiz kalian sepertinya masih tidak puas ketika dirinya dipaksa turun tahta dan digantikan olehku."
Alex teringat akan cerita skandal memalukan yang melegenda mengenai pamannya yang entah bagaimana malah mabuk di sebuah acara kenegaraan penting dan malah mengumbar permasalahan yang terjadi di dalam istana.
Kehebohan itu konon kabarnya sampai disiarkan diberbagai stasiun televisi bahkan sampai ke luar negeri. Meski demikian Kiehl dan Alex belum lahir pada waktu kejadian itu berlangsung.
"Entah Paman kalian dijebak atau ia memang sebegitu cerobohnya, yang pasti aku tidak ingin hal itu terjadi pada keluarga kita," tegas Raja Roland.
"Maka dari itu, kutegaskan sekali lagi!"
"Jangan sampai ada orang lain yang tahu selain keluarga kita!"
"Bagaimana dengan dia? Dia hanya seorang pelayan, bukan keluarga," Alex tiba-tiba menunjuk Shaunia.
"Mengapa ia bisa berada di sini dan ikut mendengarkan semua pembicaraan ini?" Tanya Alex dengan tatapan curiga ke arah Shaunia.
"Shaunia adalah asisten pendampingku," jawab Kiehl dengan segera membela Shaunia.
"Apa yang kuketahui, juga pasti sudah diketahui olehnya," lanjut Kiehl.
"Kau mempercayainya?" Tanya Alex sambil menatap Kiehl.
"Ya, aku mempercayainya," jawab Kiehl dengan yakin.
"Shaunia sudah tinggal di istana ini semenjak ia dilahirkan."
"Dan akupun sudah sangat mengenal sifat-sifat Shaunia."
Alex tak menyukai nada bicara Kiehl ketika kakaknya membicarakan tentang Shaunia. Rasanya terlalu penuh dengan pujaan.
'Apakah Kiehl jatuh cinta pada Shaunia?' Pikir Alex.
"Baiklah! Kupikir kita semua sudah saling mengerti dan sudah saling sepakat ya," kata Raja Roland.
"Alexander! Kalau begitu kuucapkan selamat datang kembali ke istana Androva," sambut Raja Roland sedikit terlambat.
"Belajarlah dengan baik dari Kiehl! Ia akan membimbingmu dengan baik," kata Raja Roland bersiap-siap mengakhiri pertemuan itu.
Namun Alex tampaknya belum puas. Ia kembali mengutarakan keinginannya.
"Kalau begitu, aku juga butuh seorang asisten pribadi!" Seru Alex dengan lantang dan tidak sopan.
Hal ini membuat Raja Roland yang sudah hendak bangkit dari singgasananya kembali duduk dan menatap Alex lurus-lurus.
"Baiklah. Aku akan menugaskan salah seorang staff istana untuk menjadi asistenmu kalau begitu," kata Raja Roland akhirnya.
"Tapi aku mau dia yang menjadi asisten pribadiku!" Alex tiba-tiba menunjuk Shaunia yang sejak tadi diam dan berusaha kembali bersembunyi di balik punggung bidang Kiehl.
To be continue ....
"Apa katamu?" Tanya Kiehl tak percaya dengan pendengarannya sendiri.Sementara itu Shaunia terasa seperti menerima sambaran petir yang bertubi-tubi mendengar ucapan Alex.'Mimpi apa aku semalam? Mengapa Alex tiba-tiba memintaku menjadi asisten pribadinya?' Shaunia bergelut dalam hati."Aku bilang jika kalian akan menjadikanku sebagai seorang calon raja, maka aku akan membutuhkan seorang asisten pribadi jugakan? Ulang Alex."Sama seperti dirimukan, Kiehl?" Tanya Alex.Ia sengaja melakukannya untuk membuat Kiehl kesal. Dan ia juga masih tidak rela bahwa Shaunia kecil yang dulu selalu menjadi korban ejekannya kini menjadi asisten kepercayaan Kiehl."Aku tidak akan mengijinkannya!" Sahut Kiehl mantap."Kenapa? Bukankah aku akan menggantikanmu?" Tanya Alex sambil mengangkat rahangnya."Tentunya aku juga membutuhkan seorang yang dapat kupercayakan?" Tanya Alex."Jika kau dapat mempercayai dia, kupikir akan aman jika aku menjad
"Ini sudah keputusan dariku!" Kata Raja Roland."Apa kau dan Shaunia ingin menentangku?" Tanya Raja Roland.Kiehl yang semula ingin menentang, kemudian mengurungkan niatnya. Namun terlihat jelas bahwa ia tidak rela. Tangannya mengepal dengan erat. Matanya memandang sang adik dengan sorot kebencian yang tidak ditutupi. ****Shaunia kembali ke kamarnya segera setelah pertemuan itu. Ia bahkan tak menggubris panggilan Kiehl.Tubuhnya gemetar. Gemetar karena marah dan takut. Apalagi rencana Alex kini? Apa ia ingin kembali menjadikan Shaunia sebagai bulan-bulanannya?Shaunia merasa tak sanggup jika ia harus melayani Alex. Namun di sisi lain, ia juga tergoda untuk menerima penugasan yang diberikan kepadanya itu.Baginya tidak ada orang yang lebih dibencinya dibandingkan dengan Alex, sang pembunuh ibunya.Ya, Alex
Hari ini adalah hari pertama Shaunia akan bertugas menjadi asisten pribadi Alex. Kakinya kaku bagaikan sudah diberi campuran semen dan pasir. Dengan langkah berat, Shaunia berjalan kembali menuju ruang Topaz.Tapi kali ini ia berjalan dengan kepala ditegakkan. Ia akan berusaha sebaik mungkin agar dirinya tidak kembali dijadikan bulan-bulanan oleh Alex. Ia mengetuk pintu kemudian menunggu Alex mempersilahkan dirinya untuk masuk."Masuk!" Terdengar perintah kasar dari Alex.Shaunia membuka pintu dan melihat bahwa Alex tengah duduk bersandar di sebuah meja berukir kayu yang indah dan antik.Shaunia memberikan salam hormat kepada Alex."Selamat pagi, Yang Mulia!""Nama saya Shaunia Campbell.""Mulai hari ini saya akan bertugas untuk melayani Anda, sebagai asisten pribadi Anda," demikian Shaunia sengaja memberi salam secara resmi.Ia bermaksud untuk menunjukkan sikap profesionalnya dan sengaja memberikan penekanan kepada Alex garis
Shaunia memandang Alex dengan tatapan sendu. Betapa ia membenci pria dihadapannya saat ini.FLASHBACK MODE : ON"Yang Mulia, kurasa ini semua sudah cukup," kata Bernadette sambil menenteng sebuah keranjang yang lumayan berat berisi bunga mawar yang baru saja dipanen oleh Kiehl."Sebentar lagi! Aku masih perlu beberapa tangkai lagi," kata Kiehl muda masih sambil memotong tangkai bunga mawar.Bernadette, ibu Shaunia berjalan mengikuti Kiehl dari belakang, sementara Kiehl sibuk memetik bunga yang akan dipersiapkannya khusus untuk ulang tahun Ratu Sophia.Ini adalah kebiasaan Kiehl semenjak ia masih kecil. Yakni membuatkan rangkaian buket bunga mawar untuk diberikan pada sang ibu di hari ulang tahunnya. Kiehl bertekad untuk menjadikan hal tersebut sebagai tradisi.Bernadette mengamati sekelilingnya sambil menunggui Tuannya."Yang Mulia, awas!" Seru Bernadette tiba-tiba.Kejadiannya berlangsung begitu cepat. Kiehl merasakan tubuhnya did
"Waktu itu aku bodoh dan panik," ujar Alex."Pikiranku dipenuhi dengan kecemburuan akan Kiehl yang menjadi bintang utama di istana ini.""Sementara aku selalu menjadi kambing hitam dalam keluargaku.""Tapi sekarang, aku ingin menyatakan kebenaran padamu, Shaunia!""Bahwa bukan aku yang membawa ular-ular itu masuk ke dalam istana!"Shaunia merasa syok mendengar pengakuan Alex yang secara tiba-tiba itu."Benar bahwa aku pernah mengancam dirimu dan Kiehl.""Tapi aku tidak mungkin segila itu menjalankan ancamanku.""Ular itu ... kemungkinan masuk sendiri atau ada orang lain yang menaruhnya untuk menjebakku.""Tapi negara kita bukanlah habitat ular mamba hitam.""Pasti ada seseorang yang membawanya masuk ke dalam dengan sengaja!""Jadi, aku ingin bertanya padamu, Shaunia!""Apakah ada seseorang yang kau curigai?""Atau apakah kau yakin bahwa bukan kau sendiri yang memasukkan ular-ular itu ke dalam
Alex demi mendengar teriakan Shaunia langsung melompat maju dan menutup mulut Shaunia dengan telapak tangan kanannya. Sementara tangan kirinya memegang punggung Shaunia.Hal ini bukannya membuat Shaunia tenang, tapi malah membuatnya semakin panik dan ketakutan.Ia mengira Alex akan berbuat macam-macam padanya. Akan gawat akibatnya jika sampai ketahuan mereka berdua berada di kamar pada malam selarut ini."Ssttt!!!" Desis Alex."Diamlah! Apa kau ingin seluruh istana terbangun oleh karena jeritanmu?" Alex memelototi Shaunia dengan galak.Ia jengkel sekali dengan Shaunia. Setelah Shaunia diam, Alex baru sedikit agak tenang. Tapi meskipun dari luar terlihat tenang, tidak demikian halnya dengan hati dan pikirannya.Di Inggris, Alex terbiasa melihat seorang wanita tanpa busana di atas tempat tidurnya. Bahkan ia menikmati mereka. Semua itu terasa biasa-biasa saja.Namun, mengapa perasaan dan pikirannya seperti ini sekarang?Padahal Shaunia ma
"Alex!" Seru wanita itu."Chelsea!" Alex juga menyebut nama wanita itu di saat yang bersamaan."Kau sudah kembali?" Tanya Chelsea heran."Ta ... tapi, kapan kau kembali? Mengapa sama sekali tidak ada pengumuman resmi bahwa kau telah kembali?" Chelsea terus bertanya dengan penasaran."Aku kembali kemari tanpa perencanaan sama sekali!" Kata Alex dengan jujur."Oh, begitukah?" Tanya Chelsea dengan nada tak yakin."Kukira kau disuruh pulang oleh ayah dan ibumu!""Tidak! Mereka tidak tahu menahu mengenai rencana kepulanganku!" Alex berbohong seperti yang sudah disepakati oleh dirinya dan keluarganya."Aku ingin memberikan kejutan untuk mereka semua.""Sekaligus ingin melihat kembali tanah kelahiranku. Apakah itu mengganggumu, Chelsea?" Tanya Alex."Tidak! Tidak! Hal itu sama sekali tidak menggangguku," kata Chelsea sambil lalu."Aku datang kemari untuk menemui tunanganku," kata Chelsea sambil menggandeng Kiehl."Apak
"Tapi, Yang Mulia!" Seru Shaunia."Aku pergi!" Seru Alex sambil meninggalkan Shaunia.'Aduh, bagaimana ini?' Pikir Shaunia cepat.'Sebagai asistennya aku bertanggung jawab penuh atas segala tindakannya.''Jika terjadi sesuatu padanya, maka aku akan disalahkan dan harus bertanggung jawab.''Jika diikuti, maka akupun akan harus menanggung akibatnya karena tidak bisa memperingati dia!'"Yang Mulia, tunggu!" Teriak Shaunia."Jadi, bagaimana? Kau akan membantuku atau tidak?" Tanya Alex lagi."Baiklah! Saya akan membantu Anda, Yang Mulia," kata Shaunia akhirnya."Tapi saya mohon, tolong jangan sampai ketahuan oleh rakyat, bahwa Anda telah kembali ke Androva dan Anda berada dengan bebas di jalanan.""Tentu saja. Tidak ada yang mengenali diriku jugakan?" Balas Alex."Ikuti saya!" Kata Shaunia pada akhirnya setelah berpikir sejenak.Alex mengikuti Shaunia berjalan sampai kembali ke ruang Topaz lagi dan menuju