Home / Romansa / Om Duda! 2 / Chapter 64: Persiapan Pernikahan

Share

Chapter 64: Persiapan Pernikahan

Author: Anaa
last update Last Updated: 2024-09-16 23:10:59

"Kok ngga sama Bang Sam?" Disya bertanya ketika menyambut Naya di depan pintu rumah.

Naya merentangkan kedua tangannya untuk berpelukan dengan Disya lalu menjawab pertanyaannya, "Dokter Sam ke rumah Mamah Gina katanya, mau nganterin pesenannya, aku minta dianterin dulu ke sini...."

Disya mengangguk paham. Ia tidak tahu pasti bagaimana hubungan antara Gina juga Naya, tapi sepenglihatannya keduanya tidak terlalu akrab padahal berstatus sebagai mertua dan menantu.

"Bang Devan udah pulang?" tanya Naya ketika keduanya sudah melangkah masuk ke dalam rumah.

Disya mengangguk. "Udah, ada di halaman samping sama Ayah, lagi ngobrol urusan lelaki katanya."

Naya mengangguk. "Btw, congrats ya untuk lamarannya! Akhirnya ya, Sya!" Naya merangkul lengan Disya dengan wajah gembira. "Semoga semuanya lancar sampai hari pernikahan."

Disya mengusap punggung tangan Naya yang masih merangkulnya, mengangguk sembari tersenyum hangat. "Thanks, Nay."

"Pak Devan lamar kamu di mana?"

"Hmm... caffe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dominika Tabita
senangnya ka.. akhirnya mereka bersama ihhh. lanjut lg atuh. double up boleh donk utk nextnya. thanks kesayangan ...
goodnovel comment avatar
Nova Ugara
akhir ny... disya Dan Devan bakal nikah juga... tpi kok ada yg aneh sama samudra ya..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Om Duda! 2   Chapter 74: Hadiah

    Disya menekuk bibirnya main-main, berpura-pura kesal ketika membuka kotak kecil yang diberikan oleh suaminya. "Kenapa? Kamu tidak menyukainya, Sya?" tanya Devan, kembali memperhatikan raut wajah istrinya yang sama sekali tidak menunjukkan ekspresi bahagia. "Pak Devan tahu hadiah kecil ngga sih?" tanya Disya sedikit ketus. "Ini kecil, Sya—" "Ya ini harganya mahal banget pasti, bukan ratusan ribu lagi!" Devan membasahi bibirnya, lalu meraih kedua tangan Disya untuk digenggamnya. "Saya bingung ingin memberikan kamu apa, jadi saya membelikan ini—" Satu tangannya bergerak untuk menyentuh hidung Disya dengan jari telunjuknya. "Hey! Tapi tetap saja tidak baik menolak hadiah dari siapapun, Sya." Kembali mencebikkan bibirnya, Disya pada akhirnya mengangguk, menerima hadiah itu. Bentuknya memang kotak kecil tetapi harganya cukup fantastis—itu bukan ketentuannya, kesepakatannya tidak seperti itu. Jadi, beberapa hari yang lalu Disya menyarankan untuk bertukar hadiah. Perempuan itu s

  • Om Duda! 2   Chapter 73: Double Date - II

    Devan tidak berhenti memperhatikan wajah istrinya yang sudah terlelap tidur setengah jam yang lalu, mengusap sisa peluh yang membasahi kening istrinya dengan lembut—entah itu karena kegiatan bercinta sebelumnya, atau memang suhu di ruangan yang memang cukup panas karena pendingin ruangan di dalam sini tidak terlalu berfungsi. Devan juga kegerahan sebenarnya, sedari tadi matanya tidak kunjung mau terpejam. Menyunggingkan senyum ketika mengingat kegiatan keduanya, mereka belum pernah bercinta menggunakan alat kontrasepsi, pengalaman baru, dan itu berakhir begitu saja, baik Devan dan Disya setuju tidak menyukainya. Segala sesuatu tentang Disya selalu membuat Devan candu—semuanya, tidak akan pernah membuatnya bosan. Devan begitu sangat mencintai istri kecilnya itu. Mencium kening Disya untuk beberapa saat sebelum dia beranjak dari atas kasur, lelaki itu memutuskan untuk ke luar dari kamar, berniat mencari udara segar karena demi Tuhan di dalam kamar menurutnya sumpek sekali. "B

  • Om Duda! 2   Chapter 72: Double Date - I

    Hening Mungkin bisa menggambarkan situasi di dalam mobil saat ini, tidak ada yang mengeluarkan suara seolah keempatnya punya dunia masing-masing—sebenarnya Disya dan Naya yang merasa tidak nyaman dengan situasi canggung ini, keduanya sudah mencoba mencairkan suasana, beberapa kali mencari topik obrolan, tetapi kedua lelaki di sana tidak terlalu menanggapi, yang satu sibuk dengan kemudinya, yang satu sibuk dengan i-Pad di tangannya. "Mumpung lagi lewat sini, ayo kita ke caffe Rainbow, aku kangen cakenya...," rengek Naya menyentuh lengan suaminya manja. "Sudah jam segini, nanti kamu pulang kemaleman. Abang kan sudah bilang kamu menginap saja di rumah untuk malam ini, tidak usah langsung berangkat ke Bandung." Devan yang menjawab, tidak memperbolehkan untuk mengunjungi caffe yang tadi disebut oleh adiknya. Naya terlihat memanyunkan bibirnya. "Kita aja nurutin kemauannya Bang Devan yang mau makan di restonya Bu Eliza ya!" "Kalian kan masih bingung ingin makan di mana, saya hanya meny

  • Om Duda! 2   Chapter 71: Titik Terang

    "Yakin tidak papa jika saya berangkat kerja, sayang?" tanya Devan, ini adalah pertanyaan kesekian yang lelaki itu berikan kepada istrinya. Yang semulanya Disya menjawab 'Tidak papa' perempuan itu kini menatap Devan dengan bibir yang ditekuk sembari menampilkan puppy eyesnya. "Kamu ingin saya tidak berangkat kerja?" Kali ini Disya mengangguk, merentangkan kedua tangannya meminta pelukan dari sang suami. Devan menyunggingkan senyum, menyimpan jasnya di atas sofa, lalu melangkah untuk duduk di tepi kasur, setelahnya memberikan pelukan kepada istrinya. "Manja sekali, sedang datang bulan, hm?" Disya menggeleng pelan dalam dekapan suaminya, lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya, bahkan mengusap rambut Disya lembut. Sedari tadi Disya belum menuruni kasur, perempuan itu sudah bangun tetapi memilih berdiam di kasur lengkap dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya. Devan sudah bertanya apakah dia boleh berangkat kerja, atau Disya ingin dirinya tetap di rumah menemani istrinya

  • Om Duda! 2   Chapter 70: Istri Kedua?

    Alif menjelaskan bahwa dia bertemu dengan Layla di salah satu club malam, keduanya tertarik secara fisik satu sama lain sehingga terjadihal hal yang tidak diinginkan, apalagi keduanya dalam pengaruh alkohol malam itu, nafsu benar-benar menguasai mereka. Disya percaya? Tidak— Yang benar saja? Bisa jadi Alif hanya ingin menutupi kesalahan Samudra. Tidak masuk ke dalam apartemen yang ditinggali Layla, Disya memilih untuk pergi dari sana setelah Alif menjelaskan tentang Layla dan bayinya. Hatinya masih gundah. "Maaf menunggu lama sayang," kata Devan yang baru saja memasuki ruang kerjanya, tersenyum menatap sang istri, lalu melangkah menghampiri Disya yang sedang duduk di sofa seorang diri. Disya menatap Devan, memanyunkan bibirnya, bahkan maniknya sudah berkaca sekarang. "Kenapa, hm?" Perempuan itu menggeleng pelan, kedua tangannya terulur untuk meminta pelukan dari suaminya yang baru tiba setelah menyelesaikan meeting dengan beberapa pekerjanya. Disya memilih untuk me

  • Om Duda! 2   Chapter 69: Bayi Layla

    Sekali lagi Devan memperhatikan wajah Disya, keningnya mengernyit seolah sedang menelisik wajah cantik itu yang tampak terlihat sendu—mendung, seperti cuaca di luar pagi ini. "Sya, kamu benar tidak apa-apa?" Kembali mengajukan pertanyaan yang jelas mendapatkan jawaban yang sama dari Disya— "Aku ngga papa, Pak Devan." Disya mendongak untuk menatap suaminya sambil tersenyum manis, lalu detik berikutnya kembali fokus pada kegiatannya yang sedang memasangkan dasi di leher sang suami. "Selesai!" ucap Disya menatap puas hasil tangannya, mengusap bagian pundak Devan dengan lembut. "Semoga hal-hal baik selalu menyertai Pak Devan, dan semua urusan Pak Devan hari ini dilancarkan." "Terimakasih sayang," balas Devan mengusap bagian atas kepala Disya, lalu memeluk tubuh perempuan itu. "Kamu berjanji akan menceritakan apapun yang kamu rasakan kepada saya, jangan memendamnya sendiri ya." Disya terkekeh pelan. "Pak Devan, Disya beneran ngga papa kok," jawabnya, perempuan itu tahu ini masih tentan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status