Om Michael-! Sontak dia menoleh tersenyum ke putri kecil Michelle dan Nicholas selepas mengganti baju hendak kembali ke ruang kerjanya lagi. Bianca Elenora berdiri tegak di pintu kamar begitu ketakutan, tangan kecilnya sedang menutup kedua telinga tak terbiasa mendengar bentakan dan teriakan keras seolah sedang memarahi dirinya. "Sayangku Bianca, ada apa, kok kamu merengut seperti ini?" Michael menggendong ke pelukan, mengambil kedua tangannya mencium lembut menenangkan sang ponakan. "Di mana pengasuhmu Gina, mengapa tak menemanimu?" Gara-gara pertengkaran dan jeritan jalang Maria Bellezza, bocah kecil itu tak juga melepas tangan sampai dia datang menghampiri. "Oh, maafkan Om Michael, tak seharusnya kau mendengar hal tadi," ajaknya ke dalam kamar. "Ayo kita bermain lagi, sayang." Bianca menggeleng enggan tinggal di Puri Lombardy, "Aku ingin pulang bertemu Mama Michelle dan Papa Nicholas!" Oh, sayang. Tak kuasa Michael menahan haru dan duka ikut merasakan penderitaan mulai menjel
Bianca! Belevia! Seruan kencang Michael memanggil. Buru-buru memeriksa kamar Belevia, bocah kecil itu sedang dipeluk dalam buaian bibinya."Hey, kenapa kalian tak pergi makan ke bawah?" tanyanya bingung."Kau saja, biar kami berdua yang di sini," jawab Belevia acuh.Michael langsung curiga menghampiri Bianca yang terdiam tak menyambutnya. Ada yang aneh dengan anak kecil itu, memegang keningnya, oh demam."Mengapa tak bilang bila ponakanku sakit, cepat hubungi Dokter Adriano!" perintahnya tegas.Belevia malah menatap kesal."Aku ini dokter anak, biasanya aku-lah yang merawat Bianca sejak dari bayi. Kau itu tak tahu apa-apa tentang kami sebelumnya!""Okay, tapi kondisimu juga tak memungkinkan untuk merawatnya, apalagi kemarin kau juga baru sembuh," sahut Michael marah karena gadis itu menganggapnya tak peduli selama tinggal di kediamannya."Sudahlah kau pergi saja, biar aku yang menangani sendirian!""Jangan konyol, Belevia! Bianca juga keponakanku, kau seharusnya tidak memusuhiku terus
Demam Bianca belum juga turun. Belevia mulai kelelahan mengatasi sendirian. Biasanya dia dibantu oleh pengasuh Gina tapi wanita itu sedang ijin tak bekerja tiga hari karena urusan keluarga di kota lain.Michael sedang di ruang kerja tak bisa diganggu sejak sore hingga malam ini belum kembali ke kamarnya sendiri. Obat penurun panas Bianca sudah ditakar sesuai dosis. Terlihat secara fisik putri Nicolas dan Michelle terawat baik dari pagi tadi mereka pergi.Namun, setelah pulang dari pemakaman keluarga Delano Carleone tiba-tiba saja balita itu tak bersemangat dan ceria, baru merasakan arti kehilangan besar karena orang tuanya tidak lagi berada di sisinya.Belevia terperanjat ketika pintu kamarnya terbuka. Michael mengunjungi keponakannya belum juga sembuh."Apa Bianca masih demam?"Telapak tangannya menyentuh kening dan leher bocah kecil tertidur, demam tinggi. Raut wajahnya memerah, lesu dan kuyu. Ponakannya yang malang."Aku sudah berikan obat untuknya, tapi kelihatan bukan radang teng
Michael sedang berbaring di atas ranjang besar. Putri kecil replika Michelle Delano Carleone merasakan suatu kenyamanan luar biasa. Menggeliat pelan kemudian tertidur nyenyak dibuaian adik mamanya.Merasa berada digendongan papa Nicholas mengajak bermain bersama setelah pulang bekerja. Punggung kecilnya diusap Michael berulangkali meninabobokan agar beristirahat tenang setelah meminum obat lagi beberapa waktu lalu.Papa! Mama! Gumanan pelan di mulut kecilnya.Senyuman tipis tersungging, hatinya menikmati kebahagiaan tak terkira dalam buaian sang mafia."Belevia," ucap Michael pelan agar tak mengganggu keponakan mereka. "Jangan berdiri kaku di depan pintu, duduk atau berbaringlah di samping Bianca!"Gelengan gadis itu menolaknya."Kau yang menjaga di bagian sana jika anak ini terbangun, itu maksudku! Bukan aku ingin berbuat macam-macam denganmu!" titahnya tegas.Lagi-lagi kesalahpahaman terjadi pada mereka.Sang pewaris tak tahu melakukan apa-apa ketika seorang anak sedang sakit. Baru
Makan pagi yang menyenangkan.Putri kecil Michelle dan Nicholas terbangun dipelukan sang paman yang kini dipanggil sebagai Papa Michael. Menggeliat pelan karena kecupan bertubi-tubi di pipinya yang gembul."Ayo sayang, giliran papa Michael mengurus kalian berdua sekarang, aku yang menyuapi sampai bubur dan susunya habis nanti.""Papa Michael ga kerja?" tanya anak kecil itu heran."Tidak sayang, semua demi kesembuhan Bianca Elenora, nanti kita bermain lagi dan berbelanja boneka baru untukmu, okay?" bujuk sang mafia lembut."Aku juga mau buku dongeng jadi setiap malam Papa Michael membacakan untukku seperti Papa Nicholas atau Mama Michelle!""Baiklah tuan putri, kita beli sebanyak yang kamu mau, sekarang ayo kita makan."Michael mengecup kening Bianca dan Belevia sekaligus membuat gadis itu terkejut merasa bukan anak kecil perlu dibujuk untuk sarapan. Dan yang lebih menyebalkan bagi Belevia menyaksikan kedekatan mereka bagai ayah dan anak kandungnya. Terlalu pagi untuk berdebat dia mem
Tawa terbahak-bahak terdengar dari kantor pengacara di kota Nice, Perancis Selatan.Siapa lagi kalau bukan Aubert Bailey yang merasa dirinya berada di atas kemenangan dapat mengalahkan sang pewaris dari Milan Utara, Michael Delano Carleone.Koleganya Alain Wood ikut tertawa senang. "Kau benar-benar cerdas, kupikir otakmu digunakan untuk hal tak berguna, tapi sekarang bisa membantuku melawan keparat itu!"Pengacara Aubert mengangkat gelas bersulang keberhasilannya mengundang mafia itu datang ke Perancis dalam waktu dekat."Minumlah, sahabatku! Mari kita rayakan sejenak sebelum menghabisi Michael yang telah membuatku babak belur dan hanya kau mampu menghancurkan musuh kita berdua saat ini.""Jangan terlalu bangga dulu sebelum bedebah itu mati di tanganku!"Alain mengacuhkan, menyalakan pematik api ke cerutu mahal kesukaannya. Dia tidak suka janji-janji palsu yang diucapkan pengacara busuk yang membodohi sebelumnya ketika mereka gagal meledakkan rumah adik Nicholas."Apa kau yakin Michae
Michael melempar secarik kertas tuntutan pengadilan di atas meja kerja, seandainya dapat merobeknya akan dia lakukan, termasuk pengacara bajingan yang berani memperkarakan kasus pengasuhan Bianca Elenora. "Apa yang sebenarnya terjadi?" Damien tertegun melihat prilaku sang pewaris begitu gusar, lebih dari biasa. "Ada urusan apa di Perancis Selatan?" "Aubert Bailey menuntut Belevia dan Bianca pulang ke Marseille, aku tak bisa mengadopsi putri Michelle dan Nicholas karena pengadilan tak mengijinkan." Raut wajah putra Delano Carleone benar-benar murka. Mereka belum sempat membalas perbuatan musuh, keadaan belum tenang bagi dokter anak belum lama kehilangan harta benda dan pekerjaan. Ditambah lagi Bianca juga baru sembuh dari demam. "Rundingkan segera dengan pengacara perusahaan mengapa tak boleh mengadopsi Bianca padahal kau itu pamannya, adik kandung dari Michelle?!" desak Damien. Tapi Michael menggeleng kuat tidak mau menerima kenyataan. "Karena aku dan Belevia sama-sama belum menikah
"Apa kau sudah gila, Michael?!" teriak Belevia setelah mendengarkan rencana sang pewaris agar mereka menikah esok pagi. "Belevia, ini bukan tentang kita, tapi nasib Bianca Elenora dipertaruhkan, apa kau mau menikahi pengacara keparat itu kemudian mengambil putri dari kakak kita berdua?' Michael bersikeras mempertahankan idenya. Tak ada jalan lain. Surat perintah pengadilan dari Perancis harus dipatuhi demi hukum yang berlaku. Masa depan keponakan tersayang ada di tangan mereka berdua, tidak boleh siapapun mengadopsi Bianca kecuali kerabat dekat kedua adik kandung dari Michelle dan Nicholas. "Tapi kita tak saling mencintai, bagaimana mungkin bisa menjalani hidup sebagai suami istri?" "Biarkan semua mengalir, Belevia! Kau itu jangan menakuti dirimu yang terpenting Bianca bersama kita untuk selamanya." Adik Nicholas berdiri kaku mendengar alasan Michael yang benar tapi dengan cara yang salah. Detik demi detik membuat sang mafia tak sabar, dua pilihan akhirnya diajukan lagi sebagai pe