Share

Tidak Berniat

Ardio ingat saat pertama kali melihat Bella di kampus. Bella adalah salah satu mahasiswi tercantik di angkatannya. Ia juga merupakan wanita yang terkenal cerdas dan aktif di berbagai aktifitas kemahasiswaan. Bella yang mempunyai rambut lurus panjang dan kulit bersinar, merupakan idola bagi mahasiswa di fakultasnya.

Ardio dan Bella sudah menjalani hubungan spesial selama lima tahun sejak mereka masih menjadi mahasiswa tingkat akhir. Bella yang baik dan sabar, merupakan penyejuk hatinya saat Ardio dipenuhi dengan tekanan dari keluarganya. Keluarga Ardio yang kaya raya, selalu mempunyai ekspektasi tinggi terhadap kesuksesan Ardio.

Lima tahun berlalu, Bella yang dahulu bak seorang dewi di kampusnya, sekarang berubah menjadi karyawan kantoran di perusahaan kecil. Keadaan keluarganya yang membutuhkan dukungan ekonomi, membuat Bella tidak bisa pilih-pilih pekerjaan. Setelah lulus, ia segera mengambil pekerjaan yang paling cepat memberikan ia kepastian. Sedangkan Ardio, walaupun ia bukan mahasiswa yang paling pintar, tapi keluarganya memiliki perusahaan farmasi terkenal. Ia diharapkan untuk segera mengambil alih sebagai pimpinan di perusahaan keluarganya.

Umur Ardio sekarang sudah dua puluh enam tahun, ibunya yang selalu bangga dengan Ardio, semakin sering mempertemukannya dengan putri teman-temannya yang mempunyai latar belakang yang hampir sama. Ardio pun mengikuti keinginan ibunya, dengan niat agar ibunya senang. Satu, dua, tiga, semakin banyak wanita yang ia temui, semakin ia melupakan Bella. Wanita-wanita yang ia temui berpakaian glamor, terkadang seksi, tetapi tetapi juga elegan. Mereka semua menggunakan baju ber-merk dan tas tangan yang harganya setara dengan sepeda motor. Di mata Ardio, mereka gemerlap dan mempesona.

Ardio melihat Bella berlari sambil melambaikan tangannya ke arah mobil. Gaun hitam yang ia kenakan, merupakan gaun yang selalu ia pakai saat mereka merayakan anniversary. Bella tergopoh sambil membawa tas kerja yang cukup besar, berisikan segala peralatan berpergiannya. Walaupun wajahnya tetap menarik, tapi ia sudah kehilangan sinar itu. 

"Kamu nggak pantas lagi buat aku Bel..." ucapnya Ardio sambil menahan nafasnya.

"Hah?" Bella hanya bisa tercengang dengan perkataan Ardio.

Ardio melihat gedung di depannya sambil sedikit tertawa, "Bel, kamu tau kan aku akan meneruskan perusahaan keluargaku?"

Bella masih terdiam sambil menahan air mata yang sebentar lagi akan mengalir ke pipinya.

"Kamu kira.." sambung Ardio sambil melihat Bella dari atas ke bawah, "kamu pantes jadi menemaniku? jadi istriku?"

Ardio tertawa sejenak lalu terdiam. "Lima tahun... Terima kasih kamu sudah bantu aku buat lulus dari kuliahku. Terima kasih kamu sudah bantu aku sampai sekarang. Tapi...."

Ardio menolehkan wajahnya ke arah Bella yang tidak tahan menahan air matanya. Ia menatap keatas berusaha mencegah air matanya untuk mengalir lebih banyak.

"Ar..." ujar Bella. Suaranya sedikit bergetar menahan perasaan sedih dan marah yang campur aduk.

"Tapiii...!!" pungkas Ardio, "Aku gak pernah berniat menjadikanmu istri."

Ardio membuka kunci pintu mobilnya, ia secara halus meminta Bella untuk pergi. Bella yang hanya bisa diam, berusaha mencerna apa yang sedang terjadi.

"Cukup lima tahun, aku butuh mencari wanita yang pantas untukku..." Kata Ardio sambil memalingkan wajahnya dari Bella.

Dengan segera, Bella mengambil tasnya dan keluar dari mobil. Ia membanting pintu mobil itu dan berjalan meninggalkan Ardio.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status