Share

Pemecatan Terisa

Pelayan itu mendatangi Bella dan menampik dengan keras piring yang disodorkan kepadanya.

Pyaaar!! Suara pecahan piring yang jatuh, menggema di ruangan. Roti yang ada diatasnya pun  berserakan di lantai. 

"Hah! Jangan bercanda! Jangan sama kan aku denganmu!" ucap pelayan itu dengan nada tinggi. Mukanya merah padam. Ia tidak mengerti mengapa seorang Ghost Princess yang biasanya hanya diam dan menerima apapun makanan yang diberikan, kini berperilaku aneh. Ia ingin memberikan pelajaran pada Bella dan membuatnya diam seperti dulu.

Bella segera berdiri. Ia berjalan pelan dan berhenti tepat di depan pelayan itu. Ia sedikit memiringkan kepalanya melihat wajah pelayan itu dengan pandangan ingin tahu.

"Siapa namamu?" tanya Bella sambil tersenyum.

Pelayan itu kaget melihat Bella yang memandanginya dengan tersenyum. Ia menyangka Bella akan segera terdiam dan menangis.

"Te..terisa" jawabnya gugup.

"Ah.. Terisa. Nama yang bagus. Kamu juga pintar." 

Paakkk!!

Bella menampar pipi Terisa. Ia menamparnya cukup kuat hingga terlihat bekas merah di kulit. Lora yang sedari tadi diam, menutup mulutnya menahan rasa kaget.

"Kamu pintar. Benar katamu, kita berbeda..." kata Bella

 "Jangan lupa.. aku adalah putri dari seorang Duke Gracia. Yang bisa memecatmu dan melemparmu ke pemukiman kumuh kapan saja.." bisik Bella tepat di telinga Terisa. 

Bella kembali duduk ke kursi minum tehnya, dan melihat kearah Terisa yang gemetar menahan malu dan marah.

"Kamu dipecat.." ucap Bella santai kearah Terisa.

"Ah! Jangan lupa untuk membayar kerusakan jubah mandiku yang terkena susu basi ini.. yah.. aku tidak tau apa gajimu cukup untuk membayarnya" 

Bella melambaikan tangan meminta Terisa untuk pergi. Terisa berdiri sembari memegang pipinya yang masih terasa panas akibat tamparan itu. 

"Berani-beraninya kau!!" Terisa berjalan cepat kearah Bella berusaha mengungkapkan kekesalannya. Lora segera menahan tubuh Terisa dan mendorongnya jatuh ke lantai. 

Bella memandangi tingkah Terisa dengan dingin.

"Singkirkan dia.. aku tidak mau melihatnya lagi," perintah Bella.

Lora segera mendekap bahu Terisa dan menariknya keluar dari kamar.

"Dasar kau putri hantu!! Aib keluarga Gracia!! Aku akan membalasmu! Ingat itu!! Tunggu saja kau perempuan memalukan!! Aku akan membalasmu!" teriak Terisa. Hingga akhir, ia tetap membenci Bella, dan tidak menganggap Bella sebagai bagian dari keluarga Gracia.

Clak. Pintu kamar tertutup. Suara teriakan Terisa semakin lama semakin menghilang.

'Haaah..' Bella menghela nafas panjang. Ia menunduk dan melihat tangannya yang masih gemetar. Ini pertama kalinya ia menampar pipi seseorang. Tangannya masih terasa perih. Hatinya pun diselimuti rasa menyesal.

Tapi, begitu lah kehidupan di dunia ini. Jika Bella tidak bisa membuktikan kekuatannya dan berdiri tegak, maka dia akan terus diinjak. Dan kali ini, Bella tidak akan membiarkan itu.

*****

Kabar pemecatan Terisa sepertinya telah menyebar ke penjuru kastil. Walaupun beberapa pelayan yang datang ke kamar Bella masih menunjukkan sikap acuh. Tetapi mereka cenderung diam, dan menghindar dari masalah.

Lora datang dengan sedikit gelisah. Ia berulang kali seakan ingin mengucapkan sesuatu tetapi selalu mengurungkan niat. 

Bella yang tengah menikmati tehnya, melihat perilaku aneh Lora.

"Bicaralah.." ucap Bella.

"Hmmm.. hari ini.. hmm.. apa Nona akan ikut makan malam bersama?"

Bella meletakkan cangkir tehnya dengan pelan. Ia ingat betul hari apa ini.

Seminggu sekali, Duke Gracia, Ayah Bella, selalu mengumpulkan seluruh anggota keluarganya untuk makan malam bersama. Makan malam itu tempat mereka melaporkan pencapaian dan kegiatan mereka selama satu minggu. Dengan kata lain, makan malam itu adalah waktu untuk mempermalukan Bella di hadapan semua anggota keluarga. Bella yang terdahulu, selalu menghindar untuk menghadiri makan malam bersama itu, kecuali Duke Gracia memanggilnya.

"Hmmm.. Duke Gracia, meminta Nona untuk ikut makan malam nanti.." lanjut Lora.

"Tentu saja.. aku harus hadir.." jawab Bella sambil sedikit tersenyum.

Bella sadar, Duke Gracia pasti telah mendengar bahwa ia telah bangun dan selamat dari percobaan bunuh diri itu. Duke Gracia pasti juga telah mendengar, Bella menampar dan memecat seorang pelayan, sehari setelah ia bangun. Walau bagaimanapun, kastil ini milik Duke Gracia, seluruh dindingnya mempunyai telinga. 

Namun, ini adalah saat yang Bella nanti, untuk melihat secara langsung seluruh anggota keluarga Gracia yang telah menorehkan luka di hati Bella.

"Siapkan baju terbaikku.. kita harus bersiap.." 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status