Lora menyibakkan tirai kamar tidur Bella dan membiarkan cahaya pagi masuk. Ia dengan gesit membuka pintu balkon dan jendela-jendela yang mengarah ke taman.
"Ah!" Jerit Lora melihat Bella yang terduduk ditempat tidurnya dengan tatapan kosong. Rambutnya terurai menutup sebagian wajahnya. Matanya pun bengkak dan lingkar hitam terlihat jelas."Nona Bella, apa Nona tidak tidur?" ujar Lora sambil mendekat.
"Lora.." ucap Bella.
Lora mendekat dengan tatapan curiga. "Ya.. Nona?"
"Siapkan gunting.. aku akan memotong rambut menyebalkan ini" ujar Bella sambil meniup rambut yang menutupi wajahnya.
Setelah semalaman menangis dan berpikir. Bella memutuskan untuk tidak tenggelam dalam nasib yang tidak masuk akal ini. Ia memilih untuk hidup dan melawan apapun yang ada di depannya. Ia belajar dari memori masa lampau Bella Gracia dan kata-kata Ardio. Ia tidak akan lagi membiarkan orang lain mendefinisikan dirinya. Baik itu sebagai seorang karyawan pesuruh, wanita yang tidak pantas, aib keluarga, atau sebagai ghost princess.
"Baik Nona," jawab Lora.
Lora berlari dengan sebuah gunting di tangannya. Ia memberikannya kepada Bella yang sudah duduk di depan meja rias.
"Mungkin... saya bisa panggil pemotong rambut di Dukedom Gracia? Hmmm.. Nona tidak perlu memotong rambut sendiri..." oceh Lora khawatir dengan apa yang akan dilakukan majikannya.
Sebelum Lora selesai berbicara,
Kress..
Bella memotong rambutnya. Rambut yang tadinya kusut menutupi wajah, kini terpotong cukup pendek sehingga tidak menghalangi pandangan. Ia pun memotong rambut bagian belakang hingga tiga per empat tulang belakangnya. Ia terus dan terus memotong rambutnya hingga ia puas dengan penampilannya.
Lora hanya bisa melihat sambil menutup mulutnya, terkejut akan perubahan sikap Bella. Namun di dalam hati, ia bangga melihat Bella yang tidak lagi malu menunjukkan wajahnya.
"Siapkan air mandi.." perintah Bella sambil menaruh gunting di atas meja. Ia melihat lurus ke mata hijau itu. Mata yang bisa membuat siapa saja tenggelam di dalamnya. Rambutnya yang keemasan kini membingkai wajahnya dengan sempurna. Bella terlihat sungguh cantik, ia tidak mengerti mengapa ada orang yang memperlakukan wanita cantik di depan matanya ini dengan kasar.
Bella memakai jubah mandi yang sudah disiapkan Lora setelah beberapa menit berendam air panas. Ia membunyikan lonceng, tanda ia memanggil pelayan. Beberapa saat seorang pelayan datang, ia adalah pelayan yang kemarin berani mengangkat tangan untuk memukul Bella.
"Siapkan sarapan" ucap Bella singkat.
Pelayan itu melihat kearah Lora yang berdiri di sebelah Bella.
"Hmm.. Nona biar saya saja.." ucap Lora gelisah.
Bella mengangkat tangannya meminta Lora untuk tidak ikut campur.
"Tidak, Lora bersihkan bekas mandi. Kamu!" Ucap Bella sambil menunjuk pelayan itu "siapkan sarapan untukku. Segera."Pelayan itu tampak tidak suka dengan perintah Bella.
"Tch!" Ia mendecakkan lidahnya dan menggerutu sambil meninggalkan kamar.Satu jam sudah berlalu, Bella duduk di meja minum teh, terdiam. Jarinya mengetuk-ngetuk meja seakan-akan sedang menghitung sesuatu.
Brakk!!
Pelayan itu membuka pintu dan masuk membawa sebuah nampan. Iya menaruh nampan yang berisi sepotong roti berjamur dan susu kadaluarsa di depan Bella.
Klontang! Ia menaruhnya dengan kasar membuat sebagian dari susu itu tumpah mengenai jubah mandi yang ia pakai. Bella melihat makanan yang ada di hadapannya.
'Ah... sudah dimulai. Begini Bella di dunia ini diperlakukan' ucapnya dalam hati.
Ia mengalihkan tatapan dinginnya ke pelayan yang masih berdiri di sebelahnya.
"Silahkan makan.. Nona Bella" ucapnya mengejek sambil tertawa.
Bella tersenyum kecil, "Ah, bagaimana mungkin aku tidak sopan.. Aku harusnya mempersilahkanmu makan juga."
"Bagus lah kalau kamu tau! Kamu sudah menghabiskan waktuku," pelayan itu beranjak pergi.
"Makan ini.." ucap Bella
"Apa?" Pelayan itu berpaling marah. Ia sedikit tidak percaya dengan perkataan Bella.
"Apa kamu tuli? Makan ini.." Bella menyodorkan sepiring roti berjamur itu.
"Apa kamu sudah gila?"
"Haha.. Ya, aku sudah gila. Sekarang, makan ini!" tegas Bella.
Pagi itu Bella duduk menikmati teh yang disiapkan di balkon kamarnya. Ia memandangi taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga indah. Namun pikiran Bella masih dipenuhi dengan beberapa kemungkinan yang bisa ia lakukan dengan kedatangan tamu istimewa. Ia tidak mungkin melewatkan kesempatan ini, ia harus melakulan sesuatu.Ia memandangi telapak tangannya dan berpikir betapa tidak adilnya dunia itu, sehingga ia tidak mempunyai cukup sihir seperti adik tirinya. Ia berkonsentrasi seakan mencoba mengeluarkan energi dari tangannya, namun tidak ada yang terjadi.Pandangan Bella teralihkan dengan sosok Pricilla yang berjalan melewati taman dengan seorang lelaki tua berjubah hitam. "Siapa laki-laki berjubah hitam itu?" tanya Bella."Ia adalah guru dari Nona Pricilla, seorang petinggi dari akademi sihir," jawab Lora."Guru?""Iya Nona, mulai hari ini Nona Pricilla akan meningkatkan latihannya dengan seorang guru privat""Hmm... menarik. Kenapa aku tidak pernah mem
Pricilla menatap Bella dengan dingin. Ia tidak suka Bella mengungkit perseteruan mereka didepan Duke Gracia. Terutama jika Bella mengadu bahwa Pricilla lah yang menyebabkan luka itu. Di dalam keluarga Duke Gracia, seluruh anggota keluarga tidak diperbolehkan saling menyerang menggunakan sihirnya. Jika ketahuan, maka orang tersebut akan dimasukkan di dalam penjara bawah tanah hingga mengakui kesalahannya.Dan harga diri Pricilla cukup tinggi untuk mengakui kesalahannya di depan Bella yang ia anggap bodoh. Ia tidak akan sudi untuk menundukkan kepalanya di depan Bella."Bagaimana mungkin kamu sangat ceroboh.. luka itu jelas berada di wajahmu," ujar Duchess Gracia.Ia mengira ucapannya akan membuat anggota keluarga yang lain merasa Bella sangat ceroboh dan bodoh sehingga menjadi beban keluarga. Ia tidak mengetahui bahwa ucapannya semakin menyudutkan Pricilla.Bella melirik Pricilla yang menahan marahnya. Ia menunduk menutupi wajahnya. Bella tertawa di d
******"Cuaca hari ini hangat! Bagaimana kalau kita berjalan-jalan di taman?" ucap Lora membangunkan Bella.Lora khawatir melihat Bella yang selalu diam dan murung di kamar. Ini sudah hari ke tujuh Bella tidak keluar kamar."Tidak.. aku ingin di kamar saja" ucap Bella pelan."Ayo lah Nona... aku dengar bunga tulip di taman Gardenia sedang mekar""Benarkah?"Bella terlihat tertarik dengan ajakan Lora. Taman Gardenia adalah kado dari Duke Gracia untuk ibu Bella saat masih hidup dulu. Walaupun ibu Bella sudah meninggal sejak lama, tapi Bella tetap senang menghabiskan waktu di taman Gardenia. Ia merasa dekat dengan ibunya."Tentu saja! Aku dengar tulip putih sedang berbunga cantik" goda Lora."Baiklah, siapkan bajuku" ungkap Bella.Bella dengan sedikit bersemangat, berganti baju dan bersiap-siap untuk berjalan-jalan di taman. Ia tidak sabar melihat tulip putih kesukaan ibunya.Lora memayungi Bella berjalan di ta
Bella bersiap menghadiri makan malam keluarga hari ini. Ia memakai gaun yang terbaik yang ada di lemari. Walaupun begitu, gaun berwarna biru itu terlihat cukup sederhana untuk seorang putri Duke Gracia. Gaun itu berkerah lebar dengan panjang tiga per empat lutut. Bella tetap terlihat cantik."Nona terlihat sangat cantik..." ujar Lora tersenyum lebar, "untuk rambutnya.."Lora sedikit bingung bagaimana cara menutupi luka di dahi Bella."Biarkan..aku ingin orang lain melihat.."Lora bingung dengan keinginan majikannya. Kebanyakan perempuan seumuran Bella akan berusaha menutupi bekas lukanya. Bekas luka dianggap sebagai sebuah cacat tubuh, sehingga wanita yang mempunyai bekas luka akan turun pamor dan kebanyakan pria tidak mau menikahinya. Tapi Bella malah meminta agar orang lain bisa melihat.Bella berjalan menegakkan kepalanya. Ia sampai di sebuah pintu besar. Di dalamnya adalah ruang makan mewah yang dapat menyambut hingga dua puluh orang. Dua orang
Pelayan itu mendatangi Bella dan menampik dengan keras piring yang disodorkan kepadanya.Pyaaar!! Suara pecahan piring yang jatuh, menggema di ruangan. Roti yang ada diatasnya pun berserakan di lantai."Hah! Jangan bercanda! Jangan sama kan aku denganmu!" ucap pelayan itu dengan nada tinggi. Mukanya merah padam. Ia tidak mengerti mengapa seorang Ghost Princess yang biasanya hanya diam dan menerima apapun makanan yang diberikan, kini berperilaku aneh. Ia ingin memberikan pelajaran pada Bella dan membuatnya diam seperti dulu.Bella segera berdiri. Ia berjalan pelan dan berhenti tepat di depan pelayan itu. Ia sedikit memiringkan kepalanya melihat wajah pelayan itu dengan pandangan ingin tahu."Siapa namamu?" tanya Bella sambil tersenyum.Pelayan itu kaget melihat Bella yang memandanginya dengan tersenyum. Ia menyangka Bella akan segera terdiam dan menangis."Te..terisa" jawabnya gugup."Ah.. Terisa. Nama yang bagus. Kamu juga
Lora menyibakkan tirai kamar tidur Bella dan membiarkan cahaya pagi masuk. Ia dengan gesit membuka pintu balkon dan jendela-jendela yang mengarah ke taman."Ah!" Jerit Lora melihat Bella yang terduduk ditempat tidurnya dengan tatapan kosong. Rambutnya terurai menutup sebagian wajahnya. Matanya pun bengkak dan lingkar hitam terlihat jelas."Nona Bella, apa Nona tidak tidur?" ujar Lora sambil mendekat."Lora.." ucap Bella.Lora mendekat dengan tatapan curiga. "Ya.. Nona?""Siapkan gunting.. aku akan memotong rambut menyebalkan ini" ujar Bella sambil meniup rambut yang menutupi wajahnya.Setelah semalaman menangis dan berpikir. Bella memutuskan untuk tidak tenggelam dalam nasib yang tidak masuk akal ini. Ia memilih untuk hidup dan melawan apapun yang ada di depannya. Ia belajar dari memori masa lampau Bella Gracia dan kata-kata Ardio. Ia tidak akan lagi membiarkan orang lain mendefinisikan dirinya. Baik itu sebagai seorang karyawan pesuru