Share

Chapter 6

Author: soareii
last update Last Updated: 2025-03-12 16:28:40

“Kau tidak seperti wanita yang biasanya mengelilingi Mikhail.”

Nastenka menaikkan sebelah alis, bukannya membalas ucapan wanita yang tiba-tiba muncul ini, Nastenka memilih untuk melayangkan pertanyaan. “Dan kau termasuk wanita yang mana?” Ia penasaran dengan jawaban yang akan diberikan wanita ini.

Wanita ini lagi-lagi tertawa, tidak tersinggung sedikit pun. Tawa yang renyah, tidak dibuat-buat. “Sayangnya aku terlalu sibuk untuk terseret dalam pusaran drama Mikhail Romano.” Ia menyodorkan tangannya. “Sasha Vasiliev. Kita belum pernah bertemu, namun aku berharap setelah ini kita akan sering bertemu.”

“Tentu.” Nastenka pun menggapai tangan wanita bernama Sasha Vasiliev ini tanpa ragu. “Natalia Arman.”

Well, Natalia.. seandainya kau bukan milik Mikhail, aku sudah pasti merebutmu ke sisiku.”

Mendengar perkataan Sasha membuat Nastenka terkejut. Melihat wajah terkejut Nastenka membuat Sasha semakin melebarkan senyuman membuat kilatan matanya berbinar jenaka. 

“Jangan terkejut begitu, siapapun menyukai hal menarik Natalia, dan kau adalah wanita yang menarik.” 

Nastenka terkekeh pelan, menurunkan bahunya dengan gaya yang anggun namun tak kalah percaya diri. “Kau seharusnya lebih hati-hati bicara begitu. Mikhail bisa sangat posesif.”

“Ah, tentu,” balas Sasha cepat, suaranya mengalun ringan. “Tapi bukankah itu yang membuatnya menarik?” Sasha menatap menelisik memperhatikan raut wajah Nastenka. “Kekuasaannya. Caranya mengendalikan. Tapi juga caranya menghancurkan siapapun yang terlalu dekat.”

Tatapan mereka bertaut untuk beberapa detik. Tidak ada senyum kali ini. Hanya kesadaran diam-diam bahwa masing-masing dari mereka bukan wanita biasa—dan keduanya tahu persis cara bermain dalam dunia penuh tipu daya.

“Aku bisa melihat kenapa dia memilihmu,” lanjut Sasha sambil melirik ke arah gelas anggur Nastenka. “Ada api yang dia sukai di balik matamu. Tapi juga... rahasia. Dan pria seperti Mikhail selalu tertarik pada misteri yang tidak bisa dipecahkan.”

“Siapa bilang aku ingin dipecahkan?” 

Sasha tersenyum. “Itulah poinnya. Kau tidak ingin dimiliki sepenuhnya. Dan itulah sebabnya dia ingin memilikimu.”

Keduanya saling diam sejenak, sebelum akhirnya suara derap sepatu terdengar semakin mendekat. Mikhail muncul dari arah belakang, posturnya tegak dan penuh kontrol seperti biasa. Matanya langsung jatuh pada Nastenka—dan sekilas, mengarah pada Sasha.

Sasha hanya menoleh setengah, mengangguk sopan padanya. “Mikhail,” sapanya datar namun tidak dingin.

Mikhail membalas dengan anggukan kecil. “Sasha.” Lalu pandangannya kembali pada Nastenka, yang kini sudah memasang senyum tenang seolah pertemuan barusan hanyalah percakapan ringan.

Tanpa menatap kearah Sasha, Mikhail bertanya dengan nada acuh tak acuh. “Kau perlu apa menghampiri Natalia? Ingin merebut kekasihku?”

Sasha tertawa pelan. “Kalau aku ingin merebutnya, Mikhail, kau tidak akan sempat menyadarinya.”

Nastenka tersenyum, ia “Tenang saja, aku belum punya rencana berpindah tangan.”

Mikhail tidak tersenyum tapi matanya melunak sedikit. “Bagus. Karena aku tidak suka berbagi.”

Sasha mengangkat alis. “Seperti biasa.. kau teritorial.”

“Tentu,” sahut Mikhail, datar nampak tak acuh dengan balasan Sasha, ia lalu melingkarkan lengan kirinya di pinggang Nastenka seolah megaskan kepemilikannya.

Sasha terkekeh sambil memutar bola matanya malas. “Tapi hal seperti itu biasanya justru yang paling ingin bebas.” 

Nastenka menyahut, suaranya pelan tapi mantap. “Aku bukan benda, kalian tahu.”

Mikhail menunduk sedikit, cukup dekat hingga suaranya hanya terdengar olehnya dan Nastenka. “Kau bukan benda, tapi tetap milikku.” Mikhail menyeringai. “Selagi kau menandatangani kontrak itu, kau adalah milikku.” Bukan ancaman, tapi semacam peringatan posesif yang dibalut lembut.

Mendengar perkataan Mikhail membuat Nastenka bergidik ngeri, Nastenka menahan napas. Dadanya naik turun perlahan saat ia menahan amarah yang nyaris mendidih. Matanya menatap Mikhail lurus-lurus, namun bibirnya hanya terkatup rapat. 

Sasha mengamati dari samping. Ia tidak bisa mendengar apa yang dibisikkan Mikhail, tapi atmosfer yang mendadak mengeras sudah cukup jadi pertanda. Tatapan mata, gerakan tubuh yang membeku —ia tahu ada sesuatu yang tidak ia perlu ganggu lebih jauh.

“Ya sudah,” gumam Sasha sambil melangkah mundur satu langkah, ia mengangkat bahu ringan. “Aku tidak akan mengganggu kalian lebih jauh.”

Mikhail tidak menjawab, matanya masih tertambat pada wajah Nastenka. 

Nastenka pun tak menoleh.

Sasha tersenyum kecil—bukan senyum mengejek, tapi lebih pada pengakuan bahwa ini bukan tempatnya. “Aku pamit. Selamat malam,” ujarnya sambil melirik ke arah Mikhail. Lalu matanya beralih ke Nastenka, sedikit lebih lembut. “Dan untukmu.. hati-hati bermain api.”

Sasha berbalik, langkahnya ringan tapi mantap menjauh dari keduanya,  membiarkan mereka tenggelam dalam tensi yang belum pecah.

Nastenka menghela napas, masih belum berani bergerak. “Aku tidak suka caramu berbicara seolah aku ini tawananmu,” ucapnya datar, meski nadanya sedikit bergetar.

“Kau memang tawananku.” Mikhail menatapnya, tidak marah, tidak tersenyum. “Natalia.. selagi kontrak itu tidak terbakar hangus,” kini Mikhail menyeringai menatap Nastenka yang gemetar pelan, entah karena rasa takut atau amarah. “Kau adalah tawananku.”

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Owned by My Enemy   Chapter 10

    Malam datang perlahan di kediaman Romano, menyelimuti bangunan megah itu dengan bayangan panjang dan cahaya kuning hangat dari lampu-lampu gantung kristal. Aroma daging panggang, anggur merah, dan rempah-rempah Italia menguar samar dari dapur utama, mengalir pelan melewati koridor-koridor yang sunyi.Nastenka berjalan menyusuri lorong menuju ruang makan, mengenakan gaun satin berwarna merah gelap yang membentuk siluet tubuhnya seperti bayangan api. Rambutnya ditata sederhana, tapi justru membuat kecantikannya terasa lebih dingin—tajam dan tak tersentuh. Sepasang anting kecil berkilau di bawah cahaya lampu, memantulkan kilaunya tepat saat ia melewati cermin besar di dinding.Pintu ruang makan sudah terbuka. Di dalamnya, sebuah meja panjang dari kayu gelap telah disiapkan hanya untuk dua orang, dengan taplak putih bersih dan peralatan makan dari perak. Lilin-lilin menyala tenang di atas meja, dan setangkai bunga segar —satu-satunya elemen lembut— berdiri sendiri di vas kristal di tengah

  • Owned by My Enemy   Chapter 9

    Pintu terbuka memperlihatkan ruangan yang terkesan jauh lebih hangat dibanding kesan luar rumah ini. Langit-langit tinggi dihiasi lampu gantung kristal bergaya vintage, sementara dindingnya dibalut panel kayu kelabu pucat yang mengesankan kelembutan dan ketenangan. Sebuah tempat tidur ukuran king dengan kanopi tipis berdiri megah di tengah ruangan, seprainya tampak sehalus sutra. Tirai krem mengalir turun di sisi jendela besar yang tertutup sebagian, menyembunyikan pemandangan malam yang mungkin menakjubkan. Di sudut ruangan, ada sofa beludru lembut dengan meja kopi dari kaca bening. Rak buku tinggi berjajar rapi di sisi kanan dan ada aroma samar sandalwood bercampur mawar yang menguar di udara, entah dari mana. Nastenka berdiri di ambang pintu, memandangi ruangan itu tanpa berkata apa-apa untuk sesaat. “Bagaimana, kau suka?” tanya Mikhail, nadanya ringan namun matanya tak berhenti memperhatikan ekspresi di wajah Nastenka. Nastenka mengangkat dagunya sedikit, mencoba terlihat tena

  • Owned by My Enemy   Chapter 8

    Langit telah berganti warna menjadi abu-abu lembut ketika mobil berhenti perlahan di depan gerbang besi yang menjulang tinggi. Nastenka mengerutkan kening, menoleh ke luar jendela mobil. Gerbang seperti ini jelas bukanlah sebuah tempat hunian biasa. “Aku pikir kita akan ke apartemenmu,” gumamnya sambil menoleh ke Mikhail yang duduk disamping masih mengemudikan setir mobil dengan santai. Yang dimaksud Nastenka adalah apartemen yang pertama kali ia datangi ketika menandatangani kontrak dengan Mikhail.“Ah.. yang itu ya,” jawab Mikhail tenang dengan anggukan kecil nampak mengerti maksud Nastenka. “Ini juga termasuk apartemenku.”“Yang ada gerbang otomatis dan butuh waktu tiga menit berkendara dari gerbang ke pintu depan?” Nada suara Nastenka datar tak habis pikir dengan jawaban Mikhail.“Lokasi strategis, tenang dan aman.” Mikhail meliriknya sambil mengangkat bahunya acuh tak acuh.Mobil melaju menyusuri jalan setapak berlapis batu yang diapit taman bergaya dengan beberapa semak mawar,

  • Owned by My Enemy   Chapter 7

    “Apa tinggal bersama ada dalam klausa kontrak?” Nastenka benar-benar tidak mengerti jalan pikir pria yang dianugerahi gelar raja tanpa mahkota ini. Pagi-pagi sekali —dua hari setelah pesta pembukaan galeri itu— Mikhail muncul di depan pintu apartemennya tanpa pemberitahuan. Dan tentu saja, Nastenka tidak heran pria ini tahu di mana ia tinggal. Hal yang lebih mengganggunya adalah: kenapa Mikhail merasa punya hak untuk muncul sepagi ini, saat ia bahkan belum sempat mengenakan apapun selain baju tidur yang melilit tubuhnya.Dan parahnya Mikhail bahkan mengatakan untuk tinggal bersama di apartemennya!Mikhail menyandarkan tubuh di ambang pintu, mata menelusuri sosok Nastenka tanpa menyembunyikan niat. “Tidak,” jawabnya sambil mengangkat bahu, santai. “Tapi supaya lebih efisien.”“Efisien?” Nastenka menyipitkan mata, melipat tangan di dada. “Kau terdengar seperti pengusaha logistik.”Mendengar ini membuat Mikhail menyeringai. “Aku memang punya perusahaan yang bergerak di bidang logistik.”

  • Owned by My Enemy   Chapter 6

    “Kau tidak seperti wanita yang biasanya mengelilingi Mikhail.”Nastenka menaikkan sebelah alis, bukannya membalas ucapan wanita yang tiba-tiba muncul ini, Nastenka memilih untuk melayangkan pertanyaan. “Dan kau termasuk wanita yang mana?” Ia penasaran dengan jawaban yang akan diberikan wanita ini.Wanita ini lagi-lagi tertawa, tidak tersinggung sedikit pun. Tawa yang renyah, tidak dibuat-buat. “Sayangnya aku terlalu sibuk untuk terseret dalam pusaran drama Mikhail Romano.” Ia menyodorkan tangannya. “Sasha Vasiliev. Kita belum pernah bertemu, namun aku berharap setelah ini kita akan sering bertemu.”“Tentu.” Nastenka pun menggapai tangan wanita bernama Sasha Vasiliev ini tanpa ragu. “Natalia Arman.”“Well, Natalia.. seandainya kau bukan milik Mikhail, aku sudah pasti merebutmu ke sisiku.”Mendengar perkataan Sasha membuat Nastenka terkejut. Melihat wajah terkejut Nastenka membuat Sasha semakin melebarkan senyuman membuat kilatan matanya berbinar jenaka. “Jangan terkejut begitu, siapapu

  • Owned by My Enemy   Chapter 5

    “Orang-orang berubah ketika mereka tahu mana yang berharga dan mana yang hanya membuang waktu,” balas Mikhail tanpa ragu dan terdengar begitu acuh tak acuh terhadap kondisi Raisa yang semakin tidak stabil.Raisa menggigit bibirnya, ia menatap sedih kearah Mikhail dengan mata yang nyaris mengeluarkan tangis, lalu Raisa berbalik menatap Nastenka. “Apa yang kau berikan padanya, hah? Koneksi? Seks?!”“Astaga,” Nastenka menutup mulutnya seolah terkejut kemudian tertawa geli. “Nona Raisa, aku mohon.. jangan mengumbar frustasi pribadi ke publik seperti ini. Kau terlalu cantik untuk twerlihat menyedihkan.”Raisa tak bisa lagi menahan diri. Ia melangkah maju untuk menampar Nastenka tapi Mikhail segera mengangkat tangan dan mencengkram tangan Raisa untuk menghentikannya.Mikhail segera menghempaskan tangan Raisa membuat perempuan itu mundur beberapa langkah. “Satu langkah lagi Raisa, dan aku akan minta keamanan mengeluarkanmu.” Nada suaranya tenang, tapi ada amarah terpendam di dalamnya. Semua o

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status