Nastenka Theodor kehilangan segalanya dalam semalam—keluarganya hancur, namanya terhapus, dan hidupnya berubah menjadi pelarian. Keluarganya hancur di tangan Mikhail Romano, pria yang dikenal sebagai raja tanpa mahkota di dunia mafia. Dengan identitas baru sebagai Natalia Arman, dia masuk ke lingkaran Mikhail, menawarkan dirinya sebagai wanita simpanannya. Semua demi satu tujuan: menghancurkannya dari dalam. Tapi Mikhail bukan pria yang mudah dipermainkan. Setiap godaan Nastenka, ia balas dengan permainan yang lebih berbahaya. Setiap langkahnya, Mikhail hadapi dengan ketajaman yang mematikan. Di antara ketertarikan yang mustahil dan rahasia yang mulai terungkap, Di dunia di mana cinta dan kebencian berjalan berdampingan, siapa yang akan kalah lebih dulu?
View MoreDendam adalah racun yang mengalir pelan, membakar setiap nadi dengan keinginan untuk menghancurkan. Nastenka Theodor tidak pernah berpikir akan menempuh jalan ini—menjadi bayangan yang menyusup ke dalam kehidupan pria yang telah merenggut segalanya darinya.
Mikhail Dimitri Lev Romano. Nama itu bergaung di benaknya, mengingatkannya pada malam di mana keluarganya musnah dalam kobaran api. Dunia mereka adalah dunia yang sama—penuh kemewahan, pengkhianatan, dan darah yang mengering di ujung peluru. Kini, ia melangkah ke dalamnya bukan sebagai korban, tetapi sebagai pemain. Dengan nama baru, wajah yang tersenyum manis, dan niat yang beracun, Nastenka menawarkan dirinya pada Mikhail. Dia bukan wanita pertama yang ingin berada di sisinya, tapi dia akan menjadi yang terakhir—entah sebagai kekasih, atau algojo yang menusuknya dari belakang. Namun, permainan ini lebih berbahaya dari yang ia kira. Saat rahasia terkuak dan kebenaran mulai bertaut dengan kebohongan, Nastenka dihadapkan pada pilihan yang lebih sulit dari sekadar membunuh atau menghancurkan. Karena terkadang, dendam bisa berubah menjadi sesuatu yang lebih mematikan: cinta. . . . . Nastenka Theodor, perempuan yang tahun ini baru berusia dua puluh satu tahun itu dulunya adalah perempuan paling bahagia dan manja di dunia ini. Dengan keluarga lengkap, ekonomi yang berlimpah, dan orang-orang yang mencintainya dengan sepenuh hati dan hanya ingin kebahagiaannya. Nastenka adalah perempuan yang cantik jelita dengan garis wajahnya yang mengikuti ibunya yang berdarah Asia lalu rambutnya yang berwarna hitam legam dan manik mata biru muda seperti langit tak berawan. Ia adalah perempuan paling bahagia. Tapi semua itu berubah tiga tahun lalu ketika keluarganya hancur lebur. Ayahnya —Leonid Theodor mati karena sebuah kecelakaan mobil setelah membicarakan bisnis dengan salah satu rekannya. Ibunya selalu percaya bahwa sang ayah mati karena disebabkan oleh orang dan bukan kecelakaan biasa. Keluarganya tanpa pilar pun bangkrut seketika, seolah itu sudah direncakan sejak awal. Lalu belum sempat keluarga Theodor menghapus air mata, Kakaknya —Nikolai Theodor menghilang tanpa jejak. Tak lama, berita kematian sang kakak sampai pada Nastenka dan sang ibu, ia mati dimutilasi dengan sangat mengenaskan bahkan hanya beberapa potongan tubuhnya yang dikubur. Seolah seluruh semangat hidupnya menghilang seperti uap, Ibunya —Mei Zhang-Theodor— mulai sakit-sakitan dan obat untuk penyakitnya juga tidak murah. Demi satu-satunya orang dalam hidupnya, Nastenka kerja banting tulang. Namun, dunia tidak pernah memberi kesempatan kedua bagi orang-orang yang sudah jatuh. Seolah belum cukup penderitaan yang ia tanggung, ibunya meninggal tepat setahun setelah Nikolai. Mei Zhang-Theodor mengembuskan napas terakhirnya di atas ranjang yang reyot, jauh dari kemewahan yang dulu mereka miliki. Nastenka ingat hari itu dengan jelas. Ia menggenggam tangan ibunya, memohon agar wanita itu bertahan sedikit lebih lama, tapi mata ibunya sudah kehilangan cahaya. Kata-kata terakhir Mei Zhang menghantui pikirannya: "Hati-hati, mereka tidak akan membiarkanmu hidup tenang..." Setelah ibunya pergi, Nastenka benar-benar sendirian. Dunia yang dulu bersikap lembut kini berubah kejam. Orang-orang yang dulu menjilat keluarganya satu per satu menghilang, berpura-pura tidak mengenalnya. Tak ada tempat yang bisa ia tuju. Tak ada orang yang bisa ia percaya. Dan di tengah kehancuran itu, ia menemukan kebenaran. Bukan kebangkrutan biasa yang menghancurkan keluarganya. Bukan kecelakaan. Bukan takdir. Tapi seseorang. Dan nama itu—Mikhail Dimitri Lev Romano. Sosok pria yang kini memegang kekuasaan di keluarga Romano, salah satu keluarga mafia paling ditakuti di dunia bawah tanah. Pria yang kabarnya hanya butuh satu perintah untuk membantai siapa pun yang menghalangi jalannya. Orang-orang mengatakan bahwa Mikhail-lah yang bertanggung jawab atas kehancuran keluarga Theodor. Nastenka tidak tahu alasan pastinya. Mungkin alasan yang sangat sepele, mengingat bagaimana dunia ini bekerja. Tapi satu hal yang ia tahu dengan pasti: ia akan membalas dendam. Maka, ia merancang rencana. Dengan sisa-sisa koneksi yang ia miliki, ia menyusup ke keluarga Arman—keluarga yang memiliki utang besar pada Mikhail. Menggunakan nama Natalia Arman, ia perlahan mendekati lingkaran dalam pria itu. Lalu, dengan senyum menggoda dan sikap yang dibuat manja, ia mengajukan diri sebagai wanita simpanan Mikhail. Sebuah permainan berbahaya dimulai. Namun, yang tidak Nastenka sadari adalah—ia tidak hanya sedang mempermainkan musuhnya. Ia juga sedang bermain dengan api.Mikhail menatap datar ke arah perempuan di hadapannya. Rambutnya yang biru laut karena dicat tergerai sedikit berantakan, matanya menyipit dengan ekspresi kesal. Ekatarina Lev Romano—atau yang sering dipanggil Katya—si bungsu keluarga Romano dan satu-satunya anak perempuan di keluarga itu. Jadi bisa dibayangkan betapa dimanjakannya perempuan ini. “Malam-malam datang ke sini hanya untuk menggerutu soal Ayah?” “Kenapa memangnya? Tidak boleh?” Katya balas dengan nada sebal, matanya berkilat penuh tantangan. Mikhail mendesah pelan, menyandarkan punggung ke kursi dengan ekspresi malas. “Bukan begitu, Katya.” Ia mengamati adiknya yang masih bersungut-sungut. “Hanya saja, kau benar-benar memilih waktu yang buruk.” Katya mendengus, melipat tangan di depan dada. “Kau selalu bilang begitu setiap kali aku datang. Apa aku harus buat janji dulu kalau ingin bertemu kakakku sendiri?” Mikhail menatapnya sekilas sebelum mengangkat gelas whiskey di tangannya, menyesap cairan keemasan itu perlaha
Nastenka tidak mundur. Sebaliknya, ia mengangkat kepalanya, membiarkan bibirnya melayang di dekat telinga Mikhail, begitu dekat hingga ia bisa merasakan panas tubuh pria itu. "Kau ingin tahu, Mikhail?" bisiknya, suaranya seperti racun yang merayap pelan ke dalam kesadaran. Ia memiringkan kepalanya sedikit, dan kemudian—sentuhan pertama terjadi. Tidak banyak. Tidak berlebihan. Hanya desiran lembut bibirnya yang hampir tidak menyentuh kulit di rahang Mikhail, sebuah gesekan samar yang lebih terasa seperti ilusi dibandingkan kenyataan. Tetapi cukup untuk menyalakan sesuatu di dalam dirinya. Mikhail mengangkat dagunya sedikit, membiarkan matanya bertemu dengan mata biru cerah itu dalam jarak yang begitu dekat. Matanya tidak menunjukkan reaksi apa pun—tidak ada keterkejutan, tidak ada kepanikan, tidak ada rasa terpojok. Sebaliknya, ada sesuatu yang lebih gelap di sana. Sesuatu yang mendekati rasa penasaran. Ia menarik napas pelan, lalu tersenyum kecil. "Lihat siapa yang mencoba
Mikhail tahu ia sedang dimainkan. Tapi yang lebih mengesalkan dari itu—ia membiarkan dirinya terbawa dalam permainan ini. Di depannya, Nastenka duduk dengan santai, memutar-mutar gelas anggurnya seolah tak ada yang lebih menarik daripada cairan merah tua yang berputar di dalamnya. Ia tidak terburu-buru berbicara, tidak mencoba menarik perhatiannya secara terang-terangan. Namun, justru karena itu, Mikhail terus memperhatikannya. Anggur dalam gelasnya hampir habis ketika Nastenka akhirnya bergerak. Bukan untuk menuangkan minuman lagi, tetapi untuk bangkit dari tempat duduknya. Gerakannya pelan—begitu tenang, begitu anggun—hingga seolah ia adalah bagian dari bayangan ruangan yang suram ini. Mikhail tetap bersandar di kursinya, membiarkan matanya mengikuti pergerakan wanita itu. "Natalia," panggilnya, suaranya rendah dan sarat dengan peringatan. Nastenka hanya tersenyum. Tanpa diminta, ia berjalan mengitari meja panjang itu, langkahnya nyaris tanpa suara. Cahaya lilin memantulkan k
Mikhail bukan pria bodoh. Sejak awal, ia tahu bahwa Nastenka—atau "Natalia Arman"—bukan sekadar hadiah biasa dari Sergey Arman. Perempuan itu tidak menunjukkan ketertarikan yang berlebihan padanya, tetapi juga tidak menjaga jarak. Ia bermain di batas tipis antara ketidakpedulian dan godaan halus, seolah menari di atas benang yang hampir tak kasat mata. Dan itu membuat Mikhail penasaran. Biasanya, jika seorang wanita dikirim kepadanya, mereka akan berusaha mati-matian menarik perhatiannya—mereka akan mengenakan gaun paling menawan, berbicara dengan suara lembut penuh pujian, atau bahkan berusaha menyentuhnya dengan dalih yang tak perlu. Tapi "Natalia" berbeda. Ia tidak tampak tergesa-gesa, tidak terlihat putus asa, dan justru karena itu ia semakin menarik. Malam itu, Mikhail sengaja menciptakan situasi untuk menguji perempuan itu. Di ruang makan pribadinya—ruangan dengan pencahayaan redup yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang terdekatnya—ia menunggu dengan gelas anggur di ta
Pesta telah usai, tetapi permainan di antara mereka baru saja dimulai. Nastenka tidak langsung jatuh dalam genggaman Mikhail, dan itulah yang membuat pria itu semakin tertarik. Biasanya, wanita yang berada di dekatnya akan berlomba-lomba menarik perhatiannya—mereka akan tertawa manis di hadapannya, menciptakan sentuhan-sentuhan kecil yang disengaja, atau dengan mudahnya tunduk hanya demi mendapatkan seulas senyuman darinya. Namun, tidak dengan Nastenka. Ia tahu kapan harus mendekat dan kapan harus menjauh. Ia tahu cara menarik perhatian tanpa terlihat putus asa. Ia bermain tarik ulur dengan begitu lihai, membuat Mikhail mulai melihatnya lebih dari sekadar "hadiah" dari keluarga Arman. Malam itu, setelah para tamu pergi dan suasana kembali sunyi, Mikhail duduk di ruang kerjanya, menyesap anggur merah yang tersisa di gelasnya. Api di perapian berpendar redup, sesekali mengeluarkan suara kayu yang retak terbakar. Namun, pikirannya tidak sepenuhnya ada di sana. Untuk pertama kalinya
Mikhail tidak segera menyambut uluran tangannya. Ia hanya menatap Nastenka—atau Natalia—dengan mata tajamnya yang sulit diterjemahkan. Udara di sekitar mereka terasa lebih berat dalam sekejap. Sergey Arman yang berdiri di samping Nastenka tampak sedikit gelisah, tetapi pria tua itu cukup pintar untuk tidak menyela. Lalu, perlahan, Mikhail mengangkat tangannya dan menyambut uluran Nastenka. Jemarinya kokoh, sedikit dingin, namun genggamannya tidak kasar. Ia tidak mengeceng erat, tetapi cukup kuat untuk menunjukkan dominasinya. “Sebuah kehormatan juga,” jawabnya santai, suaranya dalam dan berwibawa. “Aku tidak ingat Sergey pernah menyebut punya keponakan yang secantik ini.” Nastenka tersenyum, meskipun dalam hatinya ia menyimpan kewaspadaan. Mikhail bukan tipe pria yang mudah menerima informasi begitu saja. “Aku memang bukan seseorang yang sering diperkenalkan,” jawabnya lembut, matanya menatap Mikhail dengan sedikit godaan halus. “Tapi aku senang akhirnya bisa berkenalan deng
Nastenka menatap pantulan dirinya di depan cermin. Wajahnya yang dulu penuh senyuman dan kebahagiaan itu kini mendingin dan hanya terukir senyum sarkas atau seringaian tanpa arti. Ia saat ini sedang merias dirinya, menggunakan pemerah bibir dan memoles tipis wajahnya. Ia tidak pernah suka memakai make up tebal, jadi selain pemerah bibirnya yang berwarna merah darah, wajahnya tidak diberi warna 'berani' yang macam-macam. Nastenka memakai gaun berwarna merah marun yang mencetak lekuk tubuhnya dengan sangat baik. Gaun ini dulu milik ibunya dan satu-satunya gaun bermerk dengan harga tinggi yang tersisa. Karena hampir seluruh barang berharga yang bisa diungkan sudah dijual oleh ibunya demi kehidupan mereka sehari-hari ketika mereka berdua masih takut diburu oleh orang yang menginginkan kematian mereka. Nastenka tidak suka menggunakan gaun yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Jadi hampir seluruh pakaiannya adalah pakaian longgar yang tidak begitu ketak, ia juga menyukai warna pastel
Dendam adalah racun yang mengalir pelan, membakar setiap nadi dengan keinginan untuk menghancurkan. Nastenka Theodor tidak pernah berpikir akan menempuh jalan ini—menjadi bayangan yang menyusup ke dalam kehidupan pria yang telah merenggut segalanya darinya. Mikhail Dimitri Lev Romano. Nama itu bergaung di benaknya, mengingatkannya pada malam di mana keluarganya musnah dalam kobaran api. Dunia mereka adalah dunia yang sama—penuh kemewahan, pengkhianatan, dan darah yang mengering di ujung peluru. Kini, ia melangkah ke dalamnya bukan sebagai korban, tetapi sebagai pemain. Dengan nama baru, wajah yang tersenyum manis, dan niat yang beracun, Nastenka menawarkan dirinya pada Mikhail. Dia bukan wanita pertama yang ingin berada di sisinya, tapi dia akan menjadi yang terakhir—entah sebagai kekasih, atau algojo yang menusuknya dari belakang. Namun, permainan ini lebih berbahaya dari yang ia kira. Saat rahasia terkuak dan kebenaran mulai bertaut dengan kebohongan, Nastenka dihadapkan pada pil
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments