Felix ke luar dari kamar mandi. Bersamaan dengan itu, Cyra telah selesai diganti pakaiannya oleh Puspa."Apakah ada perkembangan dari Cyra?" ucap Felix lalu melangkah menuju ranjang di mana sang istri sedang terbaring lemah."Nona Cyra telah selesai saya ganti bajunya, Tuan Muda. Hanya saja, Nona masih belum sadarkan diri," ucap Puspa menjelaskan semuanya kepada Felix.Lalu Felix pun duduk di tepi ranjang. Dia lalu meraih tangan istrinya dan menggenggamnya sangat erat."Cyra, bangun! Kamu jangan membuatku takut!" bisiknya di telinga sang istri. Namun Cyra tetap saja tidur dengan nyenyak dan tidak ada reaksi apa pun."Peter! Kenapa dokter Galang sangat lama datangnya?" kesalnya kepada sang asisten."Sebentar, saya cek lagi Tuan Muda," sahut Peter. Lalu kembali melangkah ke depan vila untuk mengetahui keberadaan dokter Galang.Sangat kebetulan mobil sang dokter mulai memasuki halaman vila itu. Dokter Galang segera memarkirkan mobilnya di garasi. Kemudian mengemasi peralatan kedokteran m
Bahkan disaat dokter Galang sedang menginfus Cyra, perempuan itu tidak merasakan sakit sedikitpun. Hal itu semakin membuat Felix menjadi sangat khawatir. Dia pun tak tahan untuk tidak bertanya kepada sang dokter."Dokter ... kenapa Cyra tidak merasakan sakit saat di infus? Apakah dia selemah itu?" tanyanya masih dengan nada khawatir."Kondisi Nona Cyra memang sedang kehabisan energi saat ini. Makanya Nona sangat lemah. Akan tetapi Anda tidak perlu khawatir Tuan Muda. Saya sedang menginfus Nona Cyra dengan cairan nutrisi yang mengalir melalui selang infus di dalam tubuhnya. Semoga setelah obat masuk kesadaran Nona Cyra akan berangsur-angsur pulih," jelas dokter Galang panjang lebar."Baiklah dokter, saya percayakan semuanya kepada Anda," jawabnya singkat."Oh ya, Tuan Muda. Mobil ambulans sedang OTW ke sini. Mungkin beberapa menit ke depan Nona Cyra akan di bawa ke rumah sakit. Saya harapkan semua perlengkapan Nona selama dirawat nanti segera dipersiapkan mulai dari sekarang.Tak berap
Namun tiba-tiba dari arah pintu depan rumah putra mereka. Asisten Peter baru saja sampai di kediaman atasannya.Dia ke sini atas perintah sang bos untuk mengambil beberapa baju ganti Nona Cyra. Yang kemudian akan di bawa ke rumah sakit olehnya.Asisten Peter masih belum menyadari jika Tuan dan Nyonya Domil telah kembali dari luar negeri. Saat ini keduanya sedang duduk-duduk santai di ruang tv sambil menikmati teh dan beberapa camilan yang telah disediakan oleh Bik Upik. Kedua orang tua Felix sedang asyik melihat-lihat album foto pernikahan putra mereka. Kebahagiaan masih tergambar nyata di wajah keduanya. Mereka sangat bersyukur sang putra akhirnya menikah juga dengan gadis pilihan hatinya. Sehingga rencana perjodohan Felix dengan anak rekan bisnis Tuan Doni otomatis batal dilakukan.Sejujurnya, jauh dari dalam lubuk hatinya. Nyonya Mili kurang menyukai sikap perempuan yang akan dijodohkan kepada Felix. Gadis itu bernama Maura. Anaknya terkesan glamour sombong, dan angkuh. Makanya s
"Papi, Mami?" ucap Felix tak percaya jika kedua orang tuanya telah tiba di Jakarta.Tatapan sang ayah sangat tajam kepadanya. Bagaikan belati yang hendak mencabik-cabik dirinya. Lalu Tuan Doni melihat ke arah ranjang di mana Cyra sedang terbaring lemah.Akan tetapi Felix sama sekali tak gentar dengan tatapan sang ayah yang menusuk itu. Dia tetap menggenggam erat tangan Cyra dan tak ingin melepasnya. Wajah khawatir sangat jelas tergambar dari raut mukanya.Lalu tiba-tiba Nyonya Mili segera menghampiri putranya,"Felix ... anak Mami yang tampan? Kamu apa kabar, Nak?" tutur Nyonya Mili sambil memeluk putra semata wayangnya itu."Aku baik-baik saja, Mi." jawabnya singkat."Hei ... selamat atas pernikahanmu dengan Cyra. Mami dan Papi kok nggak diundang? Kamu kan anak kami satu-satunya. Kebahagiaanmu, juga akan menjadi kebahagiaan Papi dan Mami."Felix segera menatap tajam ke arah asistennya Peter. "Pasti dia yang membocorkan semuanya!" kesalnya dalam hati.Sementara Peter yang ditatap den
"Sayang ... are you okay now?" ucap Nyonya Mili lalu mulai mendekati Cyra dan membelai rambutnya dengan lembut."Ma ... maaf, Mami. Aku belum bisa menyambut Mami dan Papi dengan baik saat ini. A ... aku masih merasa pusing," tuturnya tak enak hati."Cyra, bagaimana dengan anggota tubuh mu yang lain? Apakah baik-baik saja?" tanya Nyonya Mili memastikan jika sang menantu memang benar-benar dalam keadaan sehat-sehat saja."A ... aku baik-baik saja kok, Mi," jawab Cyra."Apakah kamu yakin? Kamu sedang tidak menutupi sesuatu dari Papi dan Mami, kan?" selidik sang ibu mertua lagi.Bagaimana Mami Mili tidak curiga, area wajah dan leher Cyra terlihat membiru. Beberapa bagian tangannya juga menunjukkan hal yang sama.Nyonya Mili takut jika Cyra mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang mungkin dilakukan oleh putranya yang terkenal sangat arogan itu. Padahal yang sebenarnya terjadi, tubuh Cyra membiru seperti itu karena ulah Felix yang telah dipenuhi hasrat membara. Mengecap dan merasai seku
"Sebentar, aku mau angkat telepon dulu," ucapnya kepada Cyra."I ... iya, Suamiku." jawab Cyra singkat.Namun entah kenapa Cyra merasakan ekspresi yang bereda dari wajah Felix. Dia seketika menatap istrinya dengan sangat sinis."Ada apa dengan Mas Felix? Kenapa dia menatapku seperti itu?" tanya Cyra dalam hatinya.Asisten Peter yang telah mengetahui kebenarannya. Menatap sang atasan dengan perasaan sedih yang mendalam. Dari tatapan Peter lah. Felix tahu jika telah terjadi hal buruk dengan anjing kesayangannya.Menyadari putranya yang mulai meninggalkan ruang rawatan istrinya. Membuat kedua orang tua Felix menjadi sangat heran dan mulai bertanya-tanya dari dalam hati mereka,"Ada apa dengan Felix?"Tuan dan Nyonya Domil baru saja melihat kebahagiaan dan kemesraan yang terpancar dari wajah putra mereka. Namun saat ini Felix malah menunjukkan kecemasan dan kekhawatiran.Karena penasaran dengan perubahan ekspresi wajah sang putra, Tuan Doni pun berkata, "Felix! Kamu mau ke mana?" ucap sa
"Ada apa ini sebenarnya? Puspa tolong katakan sejujurnya!" ucap Tuan Doni sepeninggal Asisten Peter dari ruangan itu.Puspa pun menghela napasnya. Dia terlihat ragu-ragu untuk mengatakan semuanya. Sekilas Puspa melihat Cyra yang sedang menangis sedih. Hal itu semakin memberatkannya untuk bicara.Akan tetapi Puspa harus jujur karena jika tidak, nungkin saja Tuan Doni akan semakin marah. "Sebelumnya saya minta maaf, Tuan ... Nyonya. Tapi saya ingin mengatakan pendapat saya. Jika saya tidak yakin jika Nona Cyra penyebab Mopi kecelakaan," tukasnya sambil memandang ke arah Cyra.Disaat mendengar kata-kata Puspa barusan. Hati Cyra mulai sedikit terhibur. Setidaknya ada satu orang yang percaya, jika bukan dirinya yang membuat Mopi kecelakaan.Namun kekagetan sang ibu mertua mendengar jika Anjing kesayangan putranya kecelakaan. Membuat nyali Cyra menjadi menciut kembali. Dia sangat takut jika sang ibu mertua akan membencinya."Apa? Mopi kecelakaan?" seru Nyonya Mili sangat kaget. Sang nyony
Setelah menempuh beberapa saat dalam perjalanan. Akhirnya Felix dan Peter sampai juga di klinik hewan milik dokter Nelson.Felix ke luar dari dalam mobil dengan penuh rasa emosi. Dia membanting pintu mobil dengan sangat keras lalu masuk ke dalam klinik itu dengan setengah berlari.Felix terus saja masuk ke dalam klinik itu. Dia tidak lagi mempedulikan para perawat yang menyapanya. Dirinya ingin segera bertemu dengan Mopi. Tidak ada yang boleh menghalanginya kali ini. Peter dengan setia menemani Felix memasuki klinik itu. Dia benar-benar sigap kali ini. Karena sejak ke luar dari dalam mobil tadi, cara Felix berjalan tidak seperti biasanya tegap dan lurus, memandang ke depan. Tapi kali ini Felix berjalan terhuyung-huyung dan sempoyongan, seperti orang yang sedang mabuk minumam beralkohol. Sang atasan sangat syok atas kematian Mopi, anjing kesayangannya.Sampai akhirnya Felix tiba di sebuah ruangan. Dia dapat melihat tubuh kaku Mopi yang telah di balut dengan kain putih panjang. Mungkin