Share

PACAR RAHASIA SANG CEO
PACAR RAHASIA SANG CEO
Author: Kim_Lin

01. KOPI DARAT

Aluna sudah selesai mengoleskan gincu berwarna peach pada bibir mungilnya. Tidak lupa dia juga menyemprotkan parfum ke seluruh tubuh. Rere, teman satu kos sekaligus sahabat Aluna hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah mahasiswi berusia 21 tahun itu.

"Serius kamu mau ketemuan sama cowok itu, Lun?" tanya Rere.

"Iya. Daripada dijodohin mending cari jodoh sendiri." Aluna mengalungkan sling bag pada bahunya.

"Kata kamu cowok itu udah tua dan punya istri. Serius kamu nyari yang kayak gitu?" tanya Rere lagi.

"Aku nggak peduli. Kalau ganteng, angkut! Yang jelas aku nggak mau kalau harus dijodoh-jodohin. Apalagi sama cowok kampung itu."

Rere kembali menggelengkan kepala. Aluna pernah bercerita jika besok akan ada pria yang akan menjemput gadis itu agar kembali ke kampung untuk menikah. Mungkin ini yang menjadi alasan Aluna nekat mencari pasangan di aplikasi pencari jodoh dan melakukan kopi darat dengan pria tidak dikenal.

"Mau aku temenin, nggak?" Rere mulai khawatir.

"Nggak usah, Re. Jangan khawatir. Aku bisa jaga diri. Percaya sama aku." Aluna mengulas senyum.

"Ya udah, hati-hati, ya. Kalau ada apa-apa telpon aku."

"Siap, bestie … aku berangkat dulu, ya!"

Aluna berlalu, sedangkan Rere kembali melanjutkan tugas kuliahnya. Aluna hendak pergi ke sebuah cafe yang akan menjadi tempat dia bertemu dengan pria itu. Menggunakan taksi online, Aluna kembali mengecek ponsel, siapa tahu pria itu mengirim pesan pada Aluna.

"Saya pakai kemeja dan celana hitam. Tunggu saja di dalam kalau sudah sampai. Kamu boleh pesan makanan, nanti biar saya yang bayar billnya."

Aluna kembali menaruh ponsel ke dalam tas setelah selesai membaca pesan dari pria itu. Ada sedikit kegelisahan dalam hati Aluna. Takut jika pria itu benar-benar seperti yang dideskripsikan. Jika benar, Aluna tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Pria yang akan dia temui bernama Dirga. Seorang CEO berusia 35 tahun dan sudah memiliki istri. Bisa dibayangkan jika pria bernama Dirga itu benar-benar berusia 35 tahun. Pasti pria itu terlihat tua dan tentu sangat tidak cocok untuk menjadi pacar Aluna yang masih sangat muda.

Aluna sudah sampai di Scenery Cafe. Segera dia masuk dan duduk di bangku dekat jendela. Aluna memesan minuman saat seorang pelayan menghampiri. Sudah sepuluh menit sejak Aluna tiba di cafe, pria itu belum menunjukkan batang hidungnya. Aluna terus melihat keluar dari balik jendela selagi menunggu pesanan datang.

"Apa dia benar-benar setua itu, ya?" gumam Aluna.

"Aluna Pratiwi?"

Aluna menoleh saat seseorang sudah berdiri di hadapannya. Gadis itu mengernyitkan dahi dengan mata menyipit. Menelisik dari atas sampai bawah sosok pria yang sudah berdiri sambil mengulas senyum.

"Saya Dirga Aryatama."

Pria bernama Dirga itu mengulurkan tangan pada Aluna. Sedikit ragu, Aluna mulai menyambut tangan itu dan mempersilahkan Dirga untuk duduk. Aluna tak melepaskan pandangannya, terkejut mendapati Dirga yang sangat jauh berbeda dari perkiraan.

"Sudah memesan makanan?" tanya Dirga.

"Su-sudah." Aluna mendadak gugup.

"Baguslah."

Wajah putih mulus tanpa kumis dan janggut. Tubuh tinggi tegap dengan mata elang yang memiliki sorot mata tajam. Kemeja hitam yang digulung sampai siku dengan celana bahan berwarna senada. Belahan rambut yang memperlihatkan jidat paripurna. Dirga sangat tampan untuk ukuran usia 35 tahun. Pria itu bahkan terlihat modis seperti usia 25 tahun.

"Ini pesanan anda, Nona." pelayan menaruh secangkir latte di atas meja.

"Hanya pesan itu?" tanya Dirga.

"I-iya." Lagi-lagi Aluna gugup.

"Mbak, saya pesan dua sirloin steak dan sangria mocktail." Dirga mulai memesan.

"Baik. Mohon ditunggu, ya."

Sang pelayan segera pergi. Meninggalkan Dirga dan Aluna yang masih terjebak suasana canggung. Jenuh, Dirga akhirnya memulai percakapan.

"Masih sekolah?" tanya Dirga.

"Kuliah, Om," jawab Aluna.

Dirga terkekeh yang mana membuat Aluna bingung. Ini pertama kali Dirga melakukan kopi darat seperti ini. Seumur hidup dia tidak pernah bermimpi akan melakukan hal sekonyol ini.

"Geli juga, ya, dipanggil Om," kekeh Dirga.

"Terus, mau saya panggil apa? Kakak, Tuan, Bapak?"

Dirga kembali tergelak mendengar ucapan Aluna. Aluna semakin bingung. Dia sempat berpikir jika Dirga mengalami gangguan jiwa karena terus saja tertawa.

"Nggak apa-apa, panggil Om saja. Emang saya sudah tua, kok." Tawa Dirga mulai mereda.

"Jadi beneran umur Om 35 tahun?" tanya Aluna penasaran.

"Iya. Kamu nggak percaya?"

Dirga mulai merogoh saku celana untuk mengambil dompet dan menyerahkan kartu identitasnya pada Aluna. Saat melihat kartu itu, mata Aluna membulat sempurna. Pria itu benar-benar tidak bohong soal identitas yang dia jabarkan saat mereka chatting.

"Jadi beneran umur Om 35 tahun? Udah punya istri?"

Dirga mengangguk seraya mengulas senyum. Sedangkan Aluna hanya menggelengkan kepala tidak percaya. Tidak menyangka dia benar-benar sedang kopi darat dengan seorang CEO yang sudah beristri.

"To the point aja, jadi kenapa kamu mau kopi darat sama saya?"

"Om dulu yang kasih tahu alasannya. Om udah punya istri. Ngapain cari cewek lain lewat aplikasi?"

Dirga menghela napas. Jika bukan karena kelakuan istrinya tidak mungkin Dirga ada disini. Pria itu hanya sedang mencari pelarian.

"Seperti yang saya bilang saat kita chatting, saya sedang ada masalah dengan istri saya. Kalau kamu, kenapa mau ketemu sama saya? Padahal sudah tahu saya punya istri."

Kali ini Aluna yang bingung harus menjawab apa. Gadis itu bahkan sampai menggaruk kepalanya yang tak gatal. Haruskah Aluna jujur seperti Dirga?

"Saya lagi butuh seseorang yang mau pura-pura jadi pacar saya. Besok ada pria yang akan datang untuk menjemput saya. Pria yang orang tua saya jodohkan dengan saya."

"Oh, jadi begitu ceritanya …." Dirga mengangguk paham. "Jadi, kita berdua sama-sama sedang lari dari masalah, ya?"

Aluna hanya mengangguk pelan setuju dengan pernyataan Dirga. Tiba-tiba terbesit sebuah ide dalam otak Dirga. Dia melihat sebuah peluang pada sosok Aluna.

"Kalau kamu setuju, bagaimana kalau kita bikin kesepakatan yang sama-sama menguntungkan?" usul Dirga seraya menyulut batang sigaretnya.

"Maksud Om? Kesepakatan yang seperti apa?" Aluna penasaran.

"Kalau kamu setuju, saya akan kasih kamu apa saja yang kamu mau asalkan kamu bersedia jadi pacar saya."

"Jadi selingkuhan Om?" Dirga mengangguk sebagai jawaban.

Aluna nampak berpikir sejenak. Berkencan dengan pria beristri sungguh sangat berbahaya. Namun, mendengar tawaran menggiurkan dari Dirga membuat Aluna sedikit tertarik.

"Boleh minta apa aja?" tanya Aluna.

"Iya, apa aja. Kamu bebas minta apa saja. Saya ini CEO, saya bisa ngabulin semua keinginan kamu."

Aluna menyeringai, senang mendengar ucapan Dirga. Dalam otak sudah terbesit untuk menguras habis harta sang CEO ini untuk biaya kuliahnya. Namun, ada hal yang lebih penting dari sekedar meminta harta pada Dirga.

"Bagaimana, deal?" tawar Dirga sekali lagi.

"Deal," ujar Aluna setuju. "tapi aku juga ada syarat untuk Om."

"Syarat apa?" Dirga penasaran.

"Besok Om harus mau pura-pura jadi pacar saya. Pria kampung itu bakalan datang besok. Jadi, Om harus datang dan mengaku sebagai pacar saya. Jangan lupa, Om harus berpenampilan seperti anak muda seperti saya."

Dirga mengangguk paham seraya tersenyum. Berbarengan dengan itu makanan pesanan mereka datang. Dirga segera mematikan batang sigaretnya. Begitu juga Aluna yang sudah tidak sabar untuk menyantap makanan yang sudah tersaji di atas meja.

"Jadi kita deal, ya!" seru Dirga.

"Deal!" Aluna mengangguk mantap.

"Baiklah. Jadi saya sudah bisa minta hak saya kalau begitu."

"Maksudnya?" Aluna mengernyitkan dahi.

"Temani saya di hotel malam ini. Bisa?"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Abigail Briel
aluna maen api, dirga aji mumpung... tapi penasaran...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status