Home / Romansa / PACAR RAHASIA SANG CEO / 02. PRIA DARI KAMPUNG

Share

02. PRIA DARI KAMPUNG

Author: Kim_Lin
last update Last Updated: 2023-03-29 19:52:03

"Mampus!"

"Ada apa, Lun?"

Aluna menunjuk pada seseorang yang sudah berdiri sambil bersandar di depan pintu gerbang kampus. Terlihat seorang pria mengenakan jaket denim dengan postur tubuh yang tidak terlalu tinggi untuk ukuran seorang lelaki. Aluna segera menarik Rere dan sembunyi di balik tembok.

"Ada apa, sih?" Rere semakin penasaran.

"Mati aku, Re. Dia benar-benar datang."

"Siapa?"

"Doni!"

Aluna mengintip sedikit dari balik dinding. Pria bernama Doni itu masih berdiri tegak di sana dan terlihat sedang menyulut batang sigaret. Aluna kembali bersembunyi saat Doni mulai mengarahkan pandangannya ke pintu utama kampus. Dimana Aluna dan Rere sedang bersembunyi.

"Kita tunggu saja sampai pria itu pergi."

"Dia nggak bakalan pergi. Aku tahu dia pria seperti apa." Aluna terlihat panik.

"Kita cari jalan lain. Bagaimana?" Rere memberi usul.

"Nggak bisa. Kampus ini cuma punya satu pintu gerbang dan dia ada di sana. Aku harus apa sekarang, Re?" Aluna semakin frustasi.

Dirga, nama itu tiba-tiba terbesit dalam pikiran Aluna. Buru-buru ia mengambil ponsel dari dalam tas lalu segera menghubungi sang CEO. Sesuai perjanjian, Dirga harus bersedia menjadi pacar pura-pura Aluna. Hari ini Aluna akan menagih janji itu.

"Nelpon siapa?" tanya Rere.

"Dirga."

Rere mengernyitkan dahi, tidak tahu siapa nama pria yang Aluna maksud. Selama mereka bersahabat, baru kali ini Aluna menyebut sebuah nama yang terdengar asing. Setahu Rere, Aluna tidak memiliki mantan atau teman pria bernama Dirga. Mungkinkah Dirga pria yang semalam Aluna temui? Rere mulai terlihat cemas.

"Halo, Om. Om di mana sekarang?"

"Saya ada di kantor." Terdengar suara Dirga dari dalam ponsel.

"Om harus datang ke kampusku. Sekarang! Sesuai perjanjian kita semalam," cerocos Aluna.

"Sekarang juga?"

"Iya, Om. Sekarang!" seru Aluna.

"Oke, Saya meluncur sekarang ke sana."

"Jangan lupa, Om harus berdandan seperti anak muda. Aku sherlock alamat kampus aku."

Aluna menutup telepon dan kembali mengintip ke luar dimana Doni berada. Namun, alangkah terkejut Aluna saat mendapati Doni sedang berjalan memasuki area kampus. Jarak Aluna dan pria itu semakin dekat. Aluna semakin panik dan tidak bisa mengendalikan diri.

"Aku harus apa, Re? Aku nggak mau balik ke kampung. Aku nggak mau dijodohin," rengek Aluna.

"Tenang, Luna. Lebih baik kita pergi sekarang. Kita sembunyi di toilet wanita. Tidak mungkin pria itu mencari kita sampai ke toilet wanita, bukan?"

Aluna mengangguk, setuju dengan usulan Rere. Baru saja mengambil dua langkah, tangan Aluna ditarik dari belakang oleh seorang pria. Saat Aluna menoleh, netranya dibuat terbelalak saat melihat presensi Doni yang menyeringai karena berhasil menemukan Aluna.

"Mau lari ke mana, Cantik?" Doni menyeringai.

"Lepasin, Don. Sakit." Aluna meringis kesakitan akibat cekalan tangan Doni yang kuat.

"Ikut aku sekarang juga. Nggak usah gaya-gayaan kuliah. Kalau cuma mau jadi kaya, kamu cukup nikah sama aku." Doni menarik kasar tangan Aluna.

"Nggak mau. Lepasin!" teriak Aluna.

"Hei, lepasin Aluna. Kamu nggak boleh kasar sama wanita." Rere mencoba melerai.

"Diam kamu! Jangan ikut campur."

Rere tercengang saat Doni meninggikan suara. Pria itu kembali menarik Aluna dan mulai menyeret sang sahabat. Pantas saja Aluna menolak dijodohkan, Doni pria yang sangat kasar.

"Lepasin, Don. Jangan bikin malu aku."

"Makanya nurut!"

Aluna terus memberontak akan tetapi Doni juga tak mau kalah. Sehingga terjadi aksi tarik menarik dan sekarang Aluna sudah menjadi tontonan warga kampus. Demi apa, Aluna malu setengah mati karena sudah berbuat gaduh di area kampus.

"Lepasin Aluna atau saya laporkan kamu ke pihak kampus karena sudah berbuat onar." Rere mengancam Doni.

"Lapor saja, aku nggak takut. Kamu belum tahu siapa saya." Doni tertawa remeh.

"Lepasin pacar saya."

Baritone suara itu tegas meminta Doni untuk melepas Aluna. Melihat sosok gagah itu, Aluna mulai menyunggingkan senyum. Akhirnya Dirga muncul. Pria itu benar-benar menepati janji.

"Siapa kamu? Aluna itu calon istri saya." Doni menatap nyalang pada Dirga.

"Calon, belum resmi. Lepaskan Aluna atau kamu akan merasakan akibatnya," ancam Dirga.

"Mau apa kamu, hah? Mau hajar saya? Berani kamu sama saya?" ejek Doni.

"Kenapa nggak?"

Tanpa basa basi Dirga menarik kerah baju Doni dan dalam sekali pukul pria kampung itu langsung jatuh tersungkur. Apa yang dilakukan Dirga sukses membuat Aluna dan Rere membuka mulut lebar-lebar karena syok. Bukan hanya kedua gadis itu, Doni terkejut saat darah segar keluar dari sudut bibirnya.

"Kurang ajar!"

Doni bangkit dengan sedikit tertatih. Belum sempat berdiri dengan sempurna, Dirga menendang Doni sehingga lagi-lagi pria itu terjerembab ke tanah. Dirga menyeringai, sudah lama sekali dia tidak menghajar seseorang. Jiwa mudanya terasa terpanggil. Jika mengikuti hati, Dirga ingin menghajar pria itu habis-habisan sampai puas. Namun, Aluna menahan Dirga agar berhenti.

"Sudah cukup. Jangan membuat keributan di kampus. Aku malu."

Dirga mulai mengedarkan pandangan. Benar saja, semua mata tertuju pada mereka. Dirga menghela napas, dia meraih tangan Aluna lalu menarik gadis itu agar berdiri di sampingnya.

"Dengar, ya … saya ini pacar sekaligus calon suami Aluna. Jadi, kamu jangan pernah ganggu Aluna apalagi bersikap kasar seperti tadi. Saya bisa jeblosin kamu ke penjara atas tuduhan kekerasan dan perbuatan tidak menyenangkan. Paham kamu?" tegas Dirga.

"Cih, preman seperti kamu sok mau masukin saya ke penjara. Ngerti apa kamu soal hukum, hah!" Doni menyeka sudut bibirnya.

Aluna menoleh dan benar apa yang dikatakan Doni. Pria mapan yang tengah menggandeng tangannya itu mengenakan leather jacket berwarna hitam dan ripped jeans berwarna senada. Yang paling mencengangkan Dirga menggunakan piercing di telinga kanan. Demi apa Dirga terlihat sangat cocok dengan style ini meskipun usia pria itu sudah kepala tiga.

"Terserah. Yang pasti saya tidak main-main dengan ucapan saya."

Dirga segera menarik Aluna dan membawa gadis itu pergi dari kekacauan ini. Aluna semakin dibuat melongo saat Dirga mengajaknya masuk ke dalam mobil yang terparkir di depan mata. Mobil Porsche 718 Cayman warna hitam metalik sukses membuat netra Aluna membola sempurna.

"Gimana? Akting saya bagus, 'kan?"

Dirga melepas jaket yang ia kenakan. Menyisakan kaos hitam ketat yang mana membuat roti sobek pria itu tercetak jelas. Aluna sampai menelan ludah saat sosok gagah itu mengarahkan pandangan pada Aluna dengan tangan masih memegang setir mobil.

"I-iya. Terima kasih." Aluna mendadak gugup.

"Keputusan kamu sudah tepat. Jangan pernah menikah dengan pria kasar. Sifat seperti itu sulit untuk dirubah," tutur Dirga.

"Kamu pasti ketakutan tadi. Jaman sudah maju tapi masih saja ada acara jodoh-jodohan," imbuhnya lagi.

Aluna terdiam, dia memang makhluk tersial di dunia. Orang tuanya terus memaksa ia agar menikah dengan Doni. Aluna sudah mengatakan jika Doni memiliki perangai yang buruk tapi orang tua Aluna tidak peduli. Orang tua Aluna malah berhenti membiayai kuliah kecuali Aluna mau dijodohkan. Itulah yang membuat Aluna harus bekerja keras dan melihat sosok Dirga yang kaya raya membuat Aluna berpikir jika ia bisa memanfaatkan pria yang sedang fokus menyetir itu.

"Kita mau kemana, Om?"

Aluna menoleh dengan dahi mengernyit. Merasa asing dengan jalanan yang dilalui, Aluna kembali bertanya pada Dirga. Pria itu menoleh kemudian mengurai senyum pada gadis yang ada di hadapannya.

"Ke hotel," ucap Dirga.

"Hotel? Lagi?" Aluna mulai panik.

"Iya. Saya sudah nolong kamu. Sekarang giliran kamu bayar jasa saya barusan."

"Baiklah." Aluna hanya bisa pasrah.

Aluna menarik napas dalam. Sempat terpesona beberapa saat, Aluna kembali sadar jika Dirga sama saja dengan pria lain. Pria itu kembali menagih janji karena semalam mereka gagal check in di hotel. Semalam Dirga tiba-tiba pergi setelah mendapatkan telepon dari seseorang. Meninggalkan Aluna sendirian di cafe dengan sebuah cek berisi nominal uang yang lumayan. Cukup untuk membeli sebuah ponsel keluaran terbaru.

"Keluar dari kandang harimau, sekarang malah masuk ke kandang buaya," batin Aluna

"Astaga, saya lupa sesuatu." Dirga menepuk jidatnya. Mereka sudah sampai di hotel mewah bintang lima.

"Lupa apa, Om."

"Saya lupa beli obat. Kita ke minimarket sebentar, ya. Sekalian kita beli makanan sebelum tempur." Dirga menaik turunkan kedua alisnya.

"Hah! Obat? Tempur?" Aluna mengutuk dirinya yang mulai berpikiran kotor.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   22. CUPID

    "Papi takut?""Ng-nggak! S-siapa yang takut?""Buktinya ini!"Aluna mengangkat tangannya yang digenggam erat oleh Dirga. Sejak tadi Aluna tak henti tertawa saat melihat Dirga yang terus menutup mata bahkan menggenggam kuat-kuat tangannya saat sosok makhluk astral muncul di layar lebar. Mereka berdua sedang menonton film horor."Aku tidak takut." Dirga segera melepaskan cengkramannya."Kalau takut juga gak apa-apa, Pi. Jangan malu," kekeh Aluna. "Sudah aku bilang, aku tidak takut."Tidak mau kalah, Dirga lekas melipat tangannya di dada. Pandangannya serius menatap lurus ke depan. Bertepatan dengan itu, sosok menyeramkan muncul kembali di layar. Seketika Dirga berteriak seperti anak kecil. "Aku tidak takut, ya. Cuma kaget saja sama musiknya," kilah Dirga segera karena gengsi. "Iya, iya. Papi emang pemberani." Aluna kembali tertawa. Aluna kembali fokus melihat ke depan. Menonton dengan seksama sembari memasukan beberapa berondong jagung ke dalam mulutnya. Gadis itu memang sangat men

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   21. HARI PERTAMA MENJADI TEMAN

    Senyum simpul itu tak henti terpancar dari wajah Aluna. Di tengah kesibukannya mengerjakan tugas dari sang dosen killer, pikirannya dibuat sibuk dengan rencananya bersama Dirga malam nanti. "Kelas saya cukupkan sampai disini. Jangan lupa kerjakan tugas yang saya berikan. Saya tidak akan menerima alasan apapun jika tidak ada yang mengerjakan tugas."Sang dosen killer itu lekas keluar dari dalam kelas. Masih dengan senyum yang belum luntur, Aluna membereskan semua buku juga laptopnya. Tanpa Aluna sadari, sejak tadi Rere memperhatikan gelagat aneh Aluna. "Senyum-senyum terus. Dapat hadiah baru dari Papi-mu, ya?" tanya Rere dengan nada mengejek. "Apaan, sih. Kepo!" cebik Aluna. "Mentang-mentang punya orang baru, sahabat lama dilupain." Rere tak jalah kesal. "Siapa yang lupain kamu, Rere Naima …."Aluna mencubit gemas pipi Rere seperti anak kecil. Jelas Rere langsung berontak. Aluna yang melihat itu langsung tertawa karena tidak tahan melihat wajah kesal Rere. "Nanti sore aku ada ac

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   20. SI BODOH DAN SI PARASIT

    Wanita itu menutup pintu mobil dengan kasar. Dengan jalan yang dihentakkan, Mayang segera memasuki lift. Dadanya bergemuruh hebat, suara wanita di telepon tadi sukses membuatnya murka luar biasa. "Krisna!"Tidak ada kata-kata sayang. Tidak ada nada yang lemah lembut dan manja. Mayang lekas masuk ke dalam lalu mencari pria itu ke segala arah. Hingga terakhir dia berada di depan pintu kamar. Dia tidak langsung masuk, tangannya tertahan di handle pintu. Suara cekikikan dan tawa seorang wanita nyaring terdengar. Disusul dengan suara menjijikan yang Mayang yakin itu adalah suara Krisna. Kepalanya sudah tidak bisa berpikir jernih. Dia yakin Krisna sedang berbuat mesum dengan seorang wanita. "Br*ngsek!"Kata itu yang pertama keluar dari mulut Mayang saat netranya menyaksikan sesuatu yang luar biasa di hadapannya. Dimana Krisna sedang berada di atas tubuh seorang wanita muda yang pakaian atasnya sudah tanggal. Begitupun Krisna yang sudah bertelanjang dada. Semua mata dibuat terbelalak."D

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   19. SEBAB

    "Suami kamu memang sudah gila, Sayang.""Makanya, kamu jangan seperti suamiku. Sudah sibuk, sekalinya ketemu bikin emosi," cebik wanita itu. Mayang duduk bersandar di bahu Krisna."Percaya sama aku. Kamu bakalan jadi wanita paling bahagia jika bersamaku." Krisna mengelus lembut kepala Mayang."Kalau begitu, bagaimana kalau secepatnya kita menikah? Aku sudah tidak tahan terus terjebak dengan pria menyebalkan itu."Krisna menghela napas dalam, ini yang tidak ia sukai dari Mayang. Terus mendesaknya menikahi wanita itu. Padahal sedikitpun Krisna tidak memiliki niat untuk menikahi Mayang. Dia hanya ingin bersenang-senang saja."Kita baru saja memulai bisnis kita, Mayang. Bahkan kita belum memulai. Aku mohon sabar sebentar, ya. Aku janji setelah bisnis kita lancar aku akan segera menikahimu," bujuk Krisna. Tentu itu hanya bohong belaka. "Baiklah. Tapi janji, ya. Secepatnya kamu harus nikahin aku." Mayang menoleh, menatap sang kekasih dengan tatapan memelas. "Tentu saja, Honey. Sekarang ak

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   18. BERTEMAN

    Aluna dan Dirga sedang duduk berdua di sofa yang ukurannya lumayan besar. Cukup bagi mereka untuk berbaring dengan posisi saling berpelukan. Sekarang sudah jam tujuh malam dan Aluna masih berada di apartemen Dirga. "Jadi mulai sekarang, perjanjian kita berakhir"Satu kalimat itu terlontar dari mulut Dirga. Aluna tersenyum senang, Bagaimana tidak, hal yang dia takutkan tidak terjadi. Bahkan saat ini Dirga sudah setuju jika perjanjian mereka sudah berakhir. "Mulai sekarang, saya adalah teman kamu. Kamu mau 'kan punya teman seperti saya yang sudah tua bangka?" Dirga terkekeh. "Asal jangan pakai minyak angin, nggak akan ada yang tau kalau Papi sudah tua." Aluna ikut tertawa. Keduanya saling menertawakan lalu saling mengeratkan pelukan. Setelah apa yang terjadi, semua berakhir dengan baik. Walau setelah ini Aluna harus bertemu dengan Bagas dan mengatakan jika ia tidak akan melepaskan Dirga untuk saat ini. Flashback .... Dirga meraih bibir kecil Aluna dengan bibirnya, mulai mencumbui

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   17. LINGERIE MERAH

    Aluna bukan anak 15 tahun yang tidak tahu benda apa yang sedang ia pegang. Dia hanya bingung, bagaimana pakaian seksi ini ada di kamar Dirga. Baju tipis yang begitu menerawang dengan warna menantang. Lingerie merah, tidak mungkin jika itu hadiah untuknya,'kan? Aluna bahkan menelan ludah saking tidak percaya."I-itu …." Dirga garuk-garuk kepala. Dia mulai kikuk karena malu. "Ini hadiahku? Lingerie ini? Buatku?" ucap Aluna dengan penuh penekanan dan tatapan mengintimidasi. Dirga semakin gelagapan. Dia semakin malu mendapati kenyataan pakaian itu memang sebenarnya untuk Aluna. Namun, melihat ekspresi Aluna yang seperti itu, Dirga ragu jika harus memberikan lingerie merah itu pada sang kekasih rahasianya itu. "Atau buat istri Papi? Kalau buat istri Papi harusnya Papi bungkus, bukan ditaruh sembarangan seperti ini. Biar aku yang-,""Itu memang buat kamu!"Hening, mendadak suasana menjadi canggung saat pria itu dengan gamblang mengatakan kebenaran. Aluna terdiam bak patung, tetapi wajahn

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status