Share

03. WANITA BERNAMA MAYANG

"Bisa bantu saya bawakan ini?"

Aluna mengangguk lalu meraih satu kantong kresek berwarna putih yang berisi banyak snack dan camilan. Aluna tidak ikut Dirga masuk ke minimarket dan lebih memilih untuk menunggu di luar. Sampai saat ini pikirannya masih belum bisa berpikir jernih. Entah obat apa yang pria itu beli. Entah untuk siapa obat itu. Mengingat mungkin saja hari ini mereka berdua akan melakukan aktivitas yang memerlukan sebuah obat.

"Argh …." Aluna mengusak rambutnya.

"Kamu kenapa?" tanya Dirga bingung.

"Nggak."

"Kamu nggak lagi sakit, 'kan?" tanya Dirga sekali lagi.

"Nggak, Om."

"Bagus kalau begitu. Ayo, kita pergi."

Dirga meraih tangan Aluna lalu mengaitkan pada lengannya. Hal yang membuat Aluna mengernyitkan dahi. Terlebih saat melihat Dirga sedang mengedipkan sebelah mata.

"Gandeng tangan saya, ya. Sekarang 'kan kamu pacar saya," goda Dirga.

Aluna menghela napas, pasrah saat Dirga sudah menggandeng tangannya. Mereka berdua mulai berjalan menuju ruang hotel yang Dirga pesan. Kata Dirga, ruangan yang akan mereka tempati ada di lantai atas.

Aluna cukup terkesima dengan hotel pilihan Dirga. Hotel bintang lima yang berada di Jakarta Pusat. Mengusung tema classic british, hotel ini terkesan mewah dan berkelas. Tentu saja, karena yang ada disini adalah orang-orang berduit seperti Dirga.

"Resepsionisnya ada di lantai 20. Saya belum reservasi," tutur Dirga.

"Bagaimana, hotelnya bagus, bukan?" cecarnya lagi.

"Iya, bagus," jawab Aluna.

"Nanti kita pesan kamar yang Deluxe Cityscape saja, ya. Biar kamu juga nyaman. Kita nginep dua hari."

"Dua hari?" Seketika mata Aluna terbelalak.

"Iya, dua hari. Kamu boleh pergi ke kampus. Tapi kamu harus kembali ke sini lagi." Pintu lift terbuka.

Aluna tidak menjawab, pikirannya semakin kacau. Apa yang akan mereka berdua lakukan di hotel selama dua hari? Aluna menoleh ke arah Dirga, memandang pria itu dengan tatapan tidak percaya. Sudah tua, tetapi pikiran pria itu hanya tentang kesenangan dunia. Aluna sampai menggelengkan kepala melihat raut wajah Dirga yang begitu bersemangat. Dasar pria mesum!

"Deluxe Cityscape, untuk dua hari." Dirga berbicara dengan resepsionis.

"Baik. Ada tiga kamar kosong."

"Pilih yang paling bagus."

Setelah memilih, Dirga kemudian melakukan pembayaran dan sekarang kunci kamar sudah ada di tangan. Aluna semakin gusar, itu artinya sebentar lagi mereka akan sampai di kamar hotel dan melakukan hal gila bersama. Meskipun Dirga pria yang tampan, tetapi Aluna masih belum siap untuk menyerahkan hal yang paling berharga itu pada pria yang tidak ia cintai. Jika bukan karena uang semester dan pria kampung gila itu, mungkin Aluna sudah lari saat ini juga.

"Ngelamun apa?" tanya Dirga.

"Si-siapa yang ngelamun?" Aluna mendadak gugup.

"Kalau begitu, ayo! Saya sudah tidak sabar ingin segera berbaring."

Entah kenapa setiap kata yang keluar dari mulut Dirga selalu berhasil membuat Aluna berpikir kotor. Aluna yang kembali menggandeng tangan Dirga terus mengutuk diri dalam hati atas pikiran kotornya. Mereka berdua kembali naik lift. Kamar yang Dirga pesan berjarak dua lantai dari tempat resepsionis tadi.

"Jangan tegang. Rileks saja." Dirga terkekeh melihat tingkah kaku Aluna.

"Hmm …." Aluna malas menanggapi.

Pintu lift terbuka, kamar dengan nomor 303 menjadi tujuan mereka. Tidak ada percakapan setelah mereka keluar dari lift. Dirga fokus pada langkahnya sedangkan Aluna sedang sibuk menata hati yang sudah gelisah tidak karuan.

"Eh, berhenti!"

Aluna kaget saat tiba-tiba Dirga menariknya dan mengajak Aluna untuk bersembunyi di balik tembok. Aluna menurut meskipun ia masih bingung. Dirga menaruh jari telunjuk di bibir. Aluna paham, pria itu memberi kode pada Aluna agar diam dan tidak keluar dari persembunyian.

"Sedang apa dia di sini?"

Dirga menajamkan pandangan, seseorang berhasil menarik perhatian sang CEO tampan itu. Dirga terus mengintip dan seketika dadanya bergemuruh hebat. Tidak salah lagi, orang yang baru saja dia lihat adalah Mayang sang istri.

"Kurang ajar!"

Tanpa sadar Dirga meninju tembok cukup kencang. Amarah seketika menyelimuti, hatinya sakit melihat sang istri sedang bergandengan tangan dengan pria lain. Mayang dan pria itu terlihat sedang berdiri di depan pintu kamar yang bersebelahan dengan kamar yang dipesan Dirga.

"Ada apa, Om?"

Dirga menoleh ke belakang. Saking marah, Dirga sampai melupakan presensi Aluna yang ada di belakangnya. Dirga menarik napas dalam, mencoba menetralkan pikiran yang berkecamuk hebat. Terlebih saat melihat wajah Aluna yang ketakutan, Dirga berusaha mengulas senyum agar gadis itu tidak khawatir.

"Sebentar, ya," ucap Dirga.

Aluna mengangguk dan kembali diam seperti tadi. Demi apa dia takut setengah mati saat Dirga tiba-tiba meninju tembok. Tatapan nyalang pria itu terlihat sangat menyeramkan. Aluna bahkan refleks meremas ujung jas Dirga saking terkejut.

Dirga kembali mengintip, kali ini dia mengeluarkan ponsel dan memotret Mayang bersama selingkuhannya. Setelah selesai, Dirga mengirim foto itu pada seseorang. Belum mendapat balasan, Dirga kembali menaruh ponsel itu ke dalam saku jas.

"Kita ke bagian resepsionis sebentar."

"Ada apa, Om?" tanya Aluna penasaran.

"Ikut saja!"

Suara Dirga mulai meninggi. Dirga segera berjalan ke arah lift tanpa menggandeng tangan Aluna. Pria itu terlihat sangat tergesa-gesa, Aluna bahkan sampai harus mengambil langkah besar untuk menyusul Dirga. CEO tampan itu terlihat sedang marah besar.

Tidak ada percakapan selama di lift. Saat pintu lift terbuka, Dirga berjalan cepat menuju meja resepsionis tanpa memperdulikan Aluna yang setengah berlari mengejar Dirga. Entah apa yang Dirga bicarakan, tapi terlihat pria itu sedang menggebrak meja.

"Cepat beritahu saya. Atau saya bisa buat kekacauan di tempat ini."

"Ba-baik. Tunggu sebentar."

Aluna yang sudah berada di samping Dirga mencoba mengatur napas karena lelah setelah berjalan cepat tadi. Sang resepsionis terlihat sedang mengetik sesuatu dengan raut wajah yang ketakutan. Sementara Dirga, wajah pria itu terlihat merah padam dengan tangan yang mengepal. Aluna sampai mengernyitkan dahi karena bingung apa yang membuat sang CEO tiba-tiba marah besar.

"Kamar itu dipesan atas nama Krisna Wiguna. Reservasi dua hari yang lalu dan akan check out besok pagi," papar resepsionis.

"Kurang ajar! Dia sudah membohongiku!"

Dirga segera mengambil ponsel dan menelpon seseorang. Tidak mendapat jawaban, Dirga kembali mencoba menghubungi lagi. Umpatan dan sumpah serapah terus ia lontarkan selama menunggu panggilan telepon diangkat.

"Kenapa lama sekali, hah?" teriak Dirga saat panggilannya diangkat.

"Maaf, Bos. Tadi ada klien." Terdengar suara seorang pria dari ponsel.

"Cari tahu pria yang bernama Krisna Wiguna. Aku sudah kirim fotonya." Nada bicara Dirga penuh penekanan.

"Baik, Bosku. Kamu bisa ngandelin sahabatmu ini. Percayakan pada Bagas si mata-mata." Terdengar gelak tawa dari seberang sana.

"Oke. Nanti malam aku tunggu kabar dari kamu."

Panggilan telepon ditutup, Dirga kembali menaruh ponselnya dalam saku jas. Dirga mengusap wajah dengan kasar seraya melemparkan kata umpatan. Pria itu frustasi, kabar tentang perselingkuhan sang istri ternyata benar. Dirga sudah melihat dengan mata kepala sendiri.

"Om kenapa? Om baik-baik saja, 'kan?"

Aluna memberanikan diri untuk bertanya pada Dirga. Dirga menoleh lalu menghela napas kasar. Karena tersulut emosi Dirga sampai melupakan keberadaan Aluna yang sejak tadi berdiri di sampingnya.

"Kamu bisa pulang sendiri, 'kan?"

Suasana mendadak berubah tegang. Dirga mengeluarkan dompet lalu menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah pada Aluna. Aluna hanya menatap lembaran uang itu dengan tatapan bingung.

"Ini, ambilah. Kamu pulang pakai taksi. Makanannya buat kamu saja. Saya mau pulang. Mau istirahat."

Dirga segera pergi setelah menyerahkan uang dan makanan yang tadi dia beli pada Aluna. Tanpa permintaan maaf, pria itu sekali lagi meninggalkan Aluna seorang diri setelah memberi Aluna sejumlah rupiah. Aluna menatap nanar lembaran uang itu juga dua kantong kresek berisi makanan. Gadis itu mulai mengasihani diri.

"Sehina inikah aku?" Seketika air mata luruh dari sudut matanya.

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status