Alena berjalan mendekati orang yang tadi berkata.
"Maaf mas, apakah mas pernah ketemu sama orang ini?" tanya Alena kepada orang yang berbicara tadi.
"Iya mbak, semalam kami sama-sama berteduh di perempatan di ujung sana, tapi waktu hujan masih lebat dia pergi bersama seorang wanita, kami juga bingung kenapa dia pergi sementara hujan masih sangat deras, namun anehnya orang itu seperti tidak merasakan kehujanan sama sekali," Orang yang di tanya Alena menjelaskan apa yang dia tahu.
"Apakah mas tahu ciri wanita yang di bonceng orang yang meninggal itu?" tanya Alena lagi.
"Iya mbak," jawab orang itu yang kemudian menjelaskan ciri-ciri wanita yang dia lihat bersama korban.
Alena setelah mendengar cerita dari orang itu berjalan mengitari kuburan itu.
******
Malam hari suasana sangat hening angin seakan-akan berhenti berhembus, dimalam itu hanya
Alena yang sedang duduk santai sambil memunum kopi di gelasnya kaget mendengar teriakan Bagus yang muncul di sana."Non, aku merasakan ada keanehan di Kota Palembang ini, ketika akuniseng-iseng membuka mata jinku aku merasakan ada getaran yang terus mengganggu" Bagus berkata sambil berseru."Getaran seperti apa?" tanya Alena santai."Aku yakin kalau itu getaran gaib, namun ini sangat aneh," jawab Bagus lagi."Aneh bagaimana, apakah seaneh janda sebelah?" tanya Alena sambil bercanda."Aku serius non, janda sebelah tidak ada apa-apanya di banding getaran ini, mata jinku menangkap sinar merah memenuhi beberapa tempat," jawab Bagus yang merasa panik karena apa yang dia lihat.Mendengar apa yang di katakan oleh Bagus membuat Alena tak urus penasaran."Coba kamu duduk di hadapanku dan buka mata jin kamu kalau perlu yang paling kuat," Alen
Merasakan makhluk yang menerkam itu menghujamkan gigi di lehernya membuat Alena tersenyum.Tak lama setelah itu terdengar raungan keras dari makhluk yang menggigit lehernya."Graaauuukkk..... Aaaaaa,"Makhluk itu terlonjak mundur dari tubuh Alena kemudian makhluk itu jatuh terduduk di samping dinding lobang."Aku sudah memperingatkan supaya lekas kembali kealam kamu, namun kamu masih menolaknya setelah sekarang taring yang kamu punya hilang, aku juga yakin kekuatan kamu hilang, maka kini terimalah kehancuran kamu," gertak Alena."Kurang ajar aku akan meremukkan tubuh kamu," geram makhluk itu.Dia berusaha menyerang Alena namun sama sekali tubuhnya tidak bisa di gerakkan sebab tubuh itu sudah tidak punya daya lagi.Merasakan seluruh tenaganya hilang semua makhluk itu hanya menggerendeng saja merasakan kesal yang tiada tara.&n
Mendengar suara ledakan keras dari arah goa, kedua orang itu langsung berlari mendatangi goa itu.Namun baru saja mereka sampai di sana keduanya merasakan kaki mereka di pantek di tanah.Badan keduanya gemetar dan tidak bisa mengeluarkan kata, selain itu mereka sama sekali tidak bisa bergerak dari tempat itu.Di bekas ledakan goa itu kedua karyawan melihat satu sosok makhluk yang sangat menyeramkan.Setelah itu tubuh keduanya menjadi limbung dan jatuh pingsan secara bersamaan di tempat mereka berada.Sementara makhluk yang ada di bekas ledakan goa mengeluarkan seringai menyeramkan."Aku akan membalas dendam kepada kalian semua atas perbuatan yang kalian lakukan kepadaku," suara menggelegar keluar dari mulut makhluk itu.Kemudian makhluk itu melesat pergi meninggalkan tempat itu dengan sangat cepat.*******&nbs
Kening Alena berkerut memperhatikan silsilah keluarga yang di bawa oleh Amor dan Riki."Ternyata mereka semua ada kaitan silsilah keluarga di masa lalu, di lihat dari silsilah ini mereka mempunyai satu garis keturunan," Bagus berkata tak percaya dengan apa yang dia baca."Ketiga korban yang meninggal merupakan kepala keluarga masing-masing, yang masih satu garis keturunan, aku yakin ini merupakan efek dari dendam masa lalu," jawab Alena."Maksudnya dendam masa lalu, apakah keluarga mereka pada masa lalu pernah ada perselisihan?" tanya Amor bingung."Iya, dilihat dari silsilah sampai ke atas garis keluarga mereka di dirikan oleh satu orang yang kemudian menelurkan beberapa keturunan yang lain, tapi dalam keturunan mereka terdapat persaingan yang menyebabkan terjadi pembantaian. Mungkinkah dendam ini masih bertahan sampai sekarang?" Alena yang menjelaskan terlihat ada keraguan dengan apa yang dia ingat
Baru saja Alena menyalurkan kekuatan untuk memasuki pikiran kedua orang itu tiba-tiba hawa panas menerpa bagian dadanya.Dengan cepat Alena menarik tangannya dari kepala kedua orang itu. Setelah sejenak menarik nafas, baru Alena kembali memegang kembali kepala kedua orang itu.Alena merasakan satu aura yang sangat panas yang menerpa tubuhnya namun sedapat mungkin Alena bertahan menyusuri pikiran kedua orang itu.Perlahan-lahan Alena dapat melihat satu makhluk yang seluruh tubuhnya di lapisi oleh api yang berwarna biru panas.Lambat laun Alena yang berusaha bertahan dari hawa panas yang dia rasakan kemudian makin mendekati makhluk api di depannya.Makhluk itu perlahan berbalik menghadap Alena, sekarang Alena melihat muka makhluk itu yang membuat dia menjadi tersentak dan melepaskan pegangannya pada kepala kedua orang yang melihat kejadian ledakan."Apa yang No
Benturan kedua kekuatan itu menyebabkan suara ledakan yang sangat kencang, membuat penduduk yang ada di sekitar tempat itu segera mengunci pintu rumah masing-masing.Sandro dan Alena yang sama-sama terbanting langsung melompat berdiri mengirimkan serangan kembali."Sebaiknya kamu hentikan semua ini Sandro!" bentak Alena."Kau yang harusnya jangan mencampuri urusanku Anak Dewa Keabadian!" bentak Sandro tak kalah sengit.Kedua orang itu kemudian saling menyerang masing-masing, mereka sama sekali tidak mengendorkan serangan masing-masing.Dalam sekejap kedua tubuh itu hanya kelihatan bayangan berwarna biru dan bayangan berwarna merah.Di suatu kesempatan keduanya sama-sama mengepos tenaga masing-masing kemudian Alena melepas serangan cahaya merah yang besar, yang langsung di balas Sandro dengan serangan api biru yang besar.Blaaarrr!
Suara bantingan pintu membuat Amor dan Alena tersentak kaget, Amor yang awalnya duduk dengan spontan meloncat berdiri.Dari pintu dia melihat sosok orang tua masuk dengan santai menuju ke tempat mereka berada."Dewa Muara...." teriak Alena yang masih terbaring."Hehehe..." Dewa Muara yang baru datang hanya terkekeh.Dia berjalan menuju tempat Alena berbaring, kemudian mengelilingi tubuh Alena berapa kali, sementara Amor yang sudah pernah bertemu dengan Dewa Muara hanya berdiri bengong melihat apa yang di lakukan orang tua itu."Kau beruntung pukulan api ini tidak merenggut nyawa kamu, bersukurlah untuk itu kalau orang lain yang terkena pukulan ini aku tidak tahu mungkin akan langsung modar," Dewa Muara berkata setelah memandang tubuh Alena."Iya kek," jawab Alena."Kau sungguh gegabah melawan orang yang membawa api dendam ini tanpa memaka
Malam yang menyelimuti Kota Palembang berlangsung dengan sunyi dan senyap semua orang nampaknya lebih suka berlindung di dalam rumah.Selain itu malam yang biasanya dingin sekarang berganti dengan cuaca yang panas membuat penduduk yang mendekam di dalam rumah menyalakan kipas angin atau AC yang mereka punya.Walaupun suasana keseluruhan Kota Palembang sangat sepi namun hal itu tidak berlaku rumah Herman Armanda.Dari sore terlihat kesibukan di rumah itu, setelah hari berjalan malam ternyata rumah orang yang cukup berpengaruh di Kota itu di jaga sangat banyak penjaga.Orang-orang yang berjaga begitu memasuki malam berubah menjadi tegang, walaupun suasana panas tak ayal pemandangan yang menegangkan tersaji dengan jelas di sana.Malam menunjukkan pukul sebelas malam namun semua penjaga masih bersiaga di tempatnya berjaga.Dalam keremangan malam di sebuah sudut g