Share

bab 7. Siapa Pengirim Buket Mawar Merah ini?

Semua mata memandang kearahku. Terutama Roma yang tersenyum-senyum. "Roma, kamu sungguh Ter-la-lu," batinku.

"Sebenarnya...., saya bisa, tapi saya waktunya pulang ke rumah kalau libur dinas 2 hari lagi," jawabku.

"Gak apa-apa mbak Adel, cuma seminggu kan biasanya bayi cuplak puser, lagipula mbak Adel kan sering mandiin bayi to." Tahu-tahu Nur ngejeplak begitu saja. Padahal aku berencana menolak secara tak kasat mata.

'Aduh Marimar, gak bisa ngeles lagi nih,' gumamku.

"Hm, apa tidak dimandikan yangtinya mungkin bu? " tanyaku aku masih berusaha nego.

"Dulu yang memandikan saya waktu kecil mbah dukun mbak. Mama saya memandikan saya saat saya sudah cuplak puser," sahut bu Rania.

"Hm, baiklah bu, saya bantu dan saya ajari memandikan bayi ya," sahutku akhirnya.

Perkara nanti ketemu Roma di rumah bu Rania itu urusan belakang deh, yang penting sekarang operan dulu.

"Kalau gitu kami lanjut operan dinas dulu," kami berlalu dari hadapan bu Rania.

Selesai operan dinas, aku dan Nur segera menyiapkan injeksi pagi. Saat tengah memberikan obat pada masing-masing kamar pasien, datanglah dokter Wildan ke ruang Melati.

"Mbak, pasien saya yang melahirkan kemarin gimana? " tanya dokter Wildan.

"Sehat dokter, ada di ruang VIP 1, " aku lalu mengambil status pasien dan mengantar dokter Wildan untuk memeriksa seluruh pasien.

Dokter Wildan membuka pintu kamar bu Rania.

"Selamat pagi, Bu, gimana kondisinya? apa ada keluhan? " tanya dokter Wildan.

"Sudah tidak ada keluhan dokter. Asi saya masih keluar sedikit," jawab bu Rania.

"Baiklah nanti saya resepkan obat dan vitamin pelancar asi ya, sudah latihan jalan kan ?" tanya dokter Wildan lagi.

"Sudah dokter, pelan-pelan bisa jalan. Mau nanya dokter, kalau p*p dan kencing apa boleh jongkok? " tanya bu Rania.

"Kalau bisa sebelum 7 hari pakai wc duduk dulu ya, jangan jongkok, sampai benangnya kering dan jadi satu sama daging." Kata dokter Wildan.

"Oh gitu, siap dokter," sahut bu Rania.

"Baik, kalau gitu saya lanjut visite pasien lain ya, hari ini sudah boleh pulang, kontrol lagi ke saya kalau obat habis atau sewaktu-waktu jika ada keluhan." Jelas dokter Wildan.

"Makasih dokter, " kata bu Rania dan pak Roma bersamaan.

Aku dan Nur pun melanjutkan mengasisteni dokter Wildan spOG, karena semua pasien di ruang melati ini adalah pasien hamil dan nifas.

Total pasien yang pulang hari ini 4 orang dari total 7 pasien. Maka aku dan Nur berjibaku menghitung total rincian biaya sebelum diantar ke kasir umum rumah sakit, sekaligus mengantar pasien pulang dengan kursi roda.

"Mbak Adel, nanti sore saya tunggu ya untuk memandikan anak saya, coba saya minta nomor whatsappnya agar saya bisa shareloct, " pinta bu Rania diatas kursi roda yang sedang kudorong menuju tempat parkir.

Aku menyebutkan sederet nomor dan bu Rania mengetikkannya pada ponselnya.

"Makasih ya mbak Adel kemarin sudah menolong persalinan saya, dan maaf karena suami saya lebay dan cerewet, mungkin karena pengalaman baru baginya," kata bu Rania.

Kulihat Roma yang sedang berjalan menggendong anaknya di samping kursi roda tersenyum kecut.

"Iya Del, makasih dan maaf ya yang kemarin, " ucapnya. Sepertinya terdengar tulus.

"Iya sama-sama bapak dan ibu, sudah jadi kewajiban saya sebagai tenaga medis," jawabku tersenyum.

Begitu tiba di depan mobil bu Rania, aku mengunci kursi roda, dan membantu bu Rania berdiri perlahan. Selanjutnya bu Rania masuk ke mobil dan melambaikan tangan sebelum mobilnya melaju pergi.

Aku menghela nafas. "Alhamdulillah, akhirnya banyak pasien pulang, sekarang bisa lebih santai. " Gumamku.

Aku mendorong kursi roda sambil bersenandung kecil. Sesampainya di pintu masuk ruang melati, aku berpapasan dengan Nur yang membawa obat pasien dari apotik.

"Banyak Nur obatnya?" tanyaku.

"Ya segini mbak, kan pasiennya tinggal 3," sahut Nur. Nur kemudian meletakkan obat-obatan tersebut kedalam boks obat pasien sesuai nama dan aku terus menuju ke ruang tindakan untuk mengembalikan kursi roda.

Aku kembali ke ruang perawat dan hendak memeriksa laporan pasien saat mataku menatap sebuah buket bunga mawar dan sekeranjang buah kelengkeng.

Aku tertegun. Tanganku meraih buket bunga mawar dan mencium aromanya.

"Wangi banget, mawarnya cantik dan kelopaknya besar-besar, darisiapa buket bunga ini? gumamku.

Dan buah klengkeng ini buah favoriteku, siapa yang meletakkannya di sini? Masih menjadi misteri dan teka teki.

Di dalam buket mawar tersebut, aku melihat sepotong kertas kecil bertuliskan buket bunga cantik, untuk mbak Adelia Nareswari yang cantik.

"Astaga, ini so sweet sekali!"

"Nur ... Nuuuurrrr, Nuuuuuuurrrr!" Antara girang, penasaran, dan sedikit rasa takut karena stalker membuatku menjadi bar-bar saat memanggil Nur.

Nur yang sedang menata obat di luar ruang perawat terlonjak, "Woy mbak, ada apa? Kalem aja , manggil saya kek manggil tukang becak yang jaraknya jauhhh banget. " Nur merengut protes.

"Sini, cepetan Nur sini, buruan!" Aku memanggilnya dengan heboh.

"Apa sih mbak? aku lagi nata ob....at," kata-kata Nur menjadi tidak lancar saat melihat buket di tanganku.

"Ya Allah, mbak Adeeeelllll, cantiiikkk banget bunganya kek saya, darisiapa ituuuuh?" tanya Nur sambil merampas bunga dari genggamanku.

'Nah, begitu melihat bunga ini, dia yang lebay deh,' batinku.

"Loh, ini kan untuk mbak Adel, dari siapa mbak? mbak punya pacar? kok nggak pernah cerita ke saya sih." Nur sudah berubah menjadi mbak Nur Shihab rupanya.

"Nah, itu dia yang mau aku tanyakan, kamu tahu nggak siapa yang naruh buket bunga ini di sini?" tanyaku.

"Wah, nggak tahulah mbak, saya kan dari apotik, " jawab Nur.

"Iya juga sih, aku juga baru nganter bu Rania pulang," sahutku.

"Apa dari pak Roma atau dokter Andi? atau justru ada penggemar mbak Adel yang lain?" tanya Nur.

"Nggak tahulah Nur, gak usah dipedulikanlah, yuk kerja saja, aku belum menulis laporan pasien." Aku meneruskan pekerjaanku sambil berpikir, harusnya rumah sakit ini di lengkapi oleh cctv biar tahu siapa saja yang keluar masuk ke ruangan ini.

Saat tengah asyik menulis laporan sambil melamun, notifikasi w******p berbunyi.

[Sudah diterima belum buket bunga mawar dan klengkengnya?]

[semoga suka ya]

Dan yang paling mengejutkan adalah foto profile dari pengirim pesan w******p tanpa nama tersebut. Karena fotonya adalah........

next?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status