Beranda / Fantasi / PEDANG TIGA ELEMEN / HMT 5 - Ratu Muda

Share

HMT 5 - Ratu Muda

Penulis: Dewa Amour
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-28 05:30:53

Bunga-bunga bermekaran indah dan mewangi pada taman yang ada di sebelah barat istana Dong Taiyang. Aneka bunga tumbuh di sana. Salah satunya bunga sakura yang sedang berbunga lebat saat ini.

Istana Dong Taiyang terletak di sebelah timur gunung Huan Zhu. Gunung yang diyakini sebagai tempat bersemayam pada dewa dan leluhur. Gunung Huan Zhu memiliki ketinggian 3.776 meter dari permukaan laut. Gunung itu menjulang membelah antara Timur dan Barat.

Kerajaan Dong Taiyang sendiri dulunya adalah tahta dinasti Lu yang turun temurun. Namu5 tahun berlalu pasca pemberontakkan yang terjadi. Kini dinasti Lu sudah menghilang dari ingatan semua rakyat Dong Taiyang.

Gugurnya sang raja serta hilangnya sang ratu beserta putra mahkota, membuat lambat laun dinasti Lu mulai dilupakan.

Kerajaan Dong Taiyang sendiri kini dipimpin oleh seorang ratu muda bernama, Yang Zhu atau Ratu Yang, begitu semua rakyat dan petinggi istana biasa menyapanya.

Ratu Yang sendiri baru berusia 22 tahun. Dia terpaksa menaiki tahta kerajaan untuk menggantikan ayahnya yang gugur di medan peperangan dua tahun yang lalu. Ayah Ratu Yang sendiri adalah, Yang Jingmi, mantan jenderal utama kerajaan Dong Taiyang masa pemerintahan Raja Lu Chia-Hao.

Yang Jingmi terbunuh saat peperangan di Selatan. Dia tewas mengenaskan di tangan seorang pendekar bernama Li Cangyi. Pendekar bayaran yang ditugaskan untuk membunuh Yang Jingmi oleh Raja Tong Hao.

Kematian sang ayah sangat menggores luka yang berat di hati Ratu Yang. Terlebih dirinya tak memiliki saudara dan juga seorang ibu. Sebagai putri mahkota, mau tak mau ia akhirnya menggantikan sang ayah.

Meski Ratu Yang seorang wanita yang masih sangat muda, tetapi kinerja pemerintahan yang ia emban ternyata cukup memuaskan rakyat Dong Taiyang. Ketibang masa pemerintahan ayahnya yang lebih cenderung membuat rakyat menderita.

Kini rakyat Dong Taiyang serasa mendapatkan Raja Lu kembali, karena sang ratu begitu dermawan dan sangat merakyat. Bahkan Ratu Yang meringankan pajak yang tadinya sangat menyengsarakan rakyat Dong Taiyang.

Tentu saja, karena Ratu Yang merupakan seorang wanita yang cerdas, berbudi luhur dan berpikiran moderen. Bahkan ia pun pandai memainkan pedang, serta mengusai berbagai jurus bela diri. Namun, selama dua tahun menjadi seorang ratu, tak sekali pun dirinya dibolehkan terjun langsung ke medan pertempuran.

Para petinggi istana melarangnya karena mencemaskan sang ratu. Sedangkan para musuh selalu memancing agar Ratu Yang turun ke medan perang. Dengan begitu mereka akan sangat mudah untuk membunuhnya.

Penasehat Bai Jue pun menyarankan agar Ratu Yang segera menikah. Tujuannya, agar kerajaan Dong Taiyang bisa memperoleh seorang raja serta semakin kuat, tak mudah diremehkan oleh para musuh. Namun, Ratu Yang masih butuh waktu untuk berpikir.

Satu hal lagi, Ratu Yang memiliki satu keistinewaan yang sangat mengagumkan. Wanita cantik berkulit putih bak pualam ini bisa melihat masa depan melalui mimpinya. Meski awalnya ia tidak yakin atas kemapuan indigo itu, namun sekian banyak hal yang terjadi seperti apa yang dilihatnya dalam mimpi. Di antaranya kematian sang raja.

Ratu Yang adalah reinkarnasi dari Dewi Quan Hie, istri dari Maha Dewa Ying. Mereka adalah sepasang Maha Dewa pemegang inti utama semesta. Tak heran jika Ratu Yang memiliki kekuatan supra natural layaknya seorang Dewi. Namun Hal itu membuat para iblis mengincarnya.

Pagi ini Ratu Yang tampak sedang melukis di ruangan khusus yang ada di sudut kamarnya.

Di sana tampak sangat banyak kanpas bergambarkan lukisan yang telah selesai ia buat. Hampir 75 persen semua sketsa itu dilihatnya di dalam mimpi.

Seperti semalam, Ratu Yang baru saja bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang sangat asing banginya. Pemuda itu memiliki paras yang teramat tampan, sorot matanya tegas namun menancarkan kasih sayang. Sedangkan rambutnya panjang serta berkulit putih.

Entah siapa pemuda itu. Namun dalam mimpinya itu, si pemuda tampak menggendong dirinya dengan keduanya yang mengenakan pakaian pengantin.

Konyol sekali, bukan?

Ratu Yang mengulas senyum sembari menggoreskan kuasnya pada kanpas di hadapan. Lukisannya hampir saja selesai. Dan wajah pemuda itu sudah tampak terlihat jelas. Kedua pipi sang ratu bersemu merah sembari memandangi wajah tampan yang terukir pada lukisan itu.

"Salam, Yang Mulia Ratu. Tandu Anda sudah disiapkan, para prajurit dan Jenderal Chou sudah menunggu di alun-alun istana," ucap Perdana Menteri Han. Pria itu tak berani menatap wajah sang ratu yang masih asik memandangi hasil karyanya.

"Baiklah, Perdana Menteri. Aku akan segera bersiap," balas sang ratu sembari tersenyum manis.

Perdana Menteri hanya mengangguk hormat dan segera meninggalkan kamar sang ratu. Sedangkan para dayang segera menghampiri Ratu Yang. Mereka membantu wanita muda itu untuk bersiap-siap.

"Yang Mulia Ratu, Yihua merasa pagi ini suasana hati Anda sedang sangat bagus. Bolehkan Yihua tahu, apa gerangan yang membuat Ratu-ku yang cantik ini tampak begitu bahagia," tukas Yihua sembari merapikan riasan rambut sang ratu di depan cermin.

Ratu Yang mengulas senyum lantas berkata, "Entahlah, Yihua. Yang pasti aku sangat bahagia hari ini," jawabnya dengan pipinya yang merona merah.

"Astaga, apakah ini karena Putra Mahkota Lin Jiang? Hoho, Yihua mulai mencium aroma cinta yang sedang bersemi di sini," goda Yihua membuat sang ratu tersenyum tipis.

Gadis bernama Yihua itu seumuran dengan Ratu Yang. Bahkan mereka berteman sejak kecil. Ratu Yang serasa memiliki saudari karena Yihua. Bukan hanya itu, Yihua juga merupakan putri Bai Jue, penasehat istana.

"Tidak. Kau salah kali ini, Yihua. Aku dan Putra Mahkota Lin Jiang hanya berteman. Bahkan kami berteman sejak kecil, bukan?" cela Ratu Yang sembari menatap siluet Yihua pada cermin di hadapannya.

"Ya, Yihua tahu hal itu. Namun sepertinya, Putra Mahkota menyukai Yang Mulia sejak kalian masih kecil," serang Yihua kemudian.

Ratu Yang tersenyum kecil mendengarnya. Ya, mungkin Putra Mahkota Lin Jiang memang menaruh hati padanya. Namun sejauh ini Ratu Yang hanya menganggap pangeran tampan itu sebatas teman saja.

"Baiklah, Yang Mulia. Anda sudah selesai," ucap Yihua sembari tersenyum kagum melihat kecantikan sang ratu.

Ratu Yang memang sangat cantik, bahkan tanpa riasan sekali pun. Bentuk tubuhnya sangat indah. Ramping tapi padat berisi di beberapa titik pentingnya. Bukan hanya itu, bahkan senyuman sang ratu mampu membuat bunga-bunga yang layu menjadi segar bermekaran dan memberi kedamaian pada hewan yang sedang berkelahi. Semua keistinewaan itu karena dirinya adalah reinkarnasi Maha Dewi Quan Hie.

"Terima kasih, Yihua. Sekarang tolong antar aku menuju tandu," ucap Ratu Yang sembari memasang wajah conggaknya.

Yihua tertawa kecil melihatnya. Keduanya pun segera meninggalkan kamar diikuti beberapa dayang dan pengawal yang mengikuti mereka.

"Silakan, Yang Mulia." Perdana Menteri Han mempersilakan sang ratu menaiki tandu setelah ia memeriksanya lebih dulu.

Ratu Yang hanya melempar senyum dan segera menaiki tandunya disusul oleh Yihua. Wanita itu tak pernah jauh-jauh darinya, karena itu perintah Ratu Yang.

"Angkat tandunya!" perintah Jenderal Chou yang juga segera menaiki kudanya.

Sepuluh prajurit segera mengangkat tadu sang ratu. Memikulnya di masing-masing bahu kekar mereka. Perjalanan pun dimulai. Seratus prajurit mengikuti dari belakang bersama beberapa dayang. Sedangkan para petinggi istana seperti; Perdana Menteri Han dan Panglima Chou, mereka menaiki kudanya dan berjalan paling depan.

"Yang Mulia, apa ada yang kau butuhkan?" tanya Yihua saat di tengah perjalanan.

"Tak ada. Aku hanya ingin segera tiba di bukit Huan Zhu dan melihat gugusan bintang yang indah," jawab Ratu Yang sembari tersenyum tipis.

Sudah menjadi kebiasaan setiap malam bulan purnama, Ratu Yang selalu pergi ke bukit Huan Zhu untuk melihat gugusan bintang Bimasakti di sana. Entah apa tujuannya. Namun kebiasaannya itu sungguh merepotkan para petinggi istana dan prajurit. Terlebih saat cuaca buruk.

Beruntung hari ini langit tampak biru cerah. Angin berhembus santai menyegarkan. Mereka pun bisa melanjutkan perjalanan dengan tenang.

"Yihua," ucap Ratu Yang.

"Ya, Yang Mulia," jawab gadis di sampingnya.

"Apa kau pernah bermimpi bertemu dengan seorang pemuda?"

"Bertemu seorang pemuda? Tak pernah, Yang Mulia. Bahkan, Yihua ini tak ingat seperti apa wajah mereka." Yihua tertawa kecil kemudian.

"Kau ini." Ratu Yang menimpali seraya tertawa kecil. Sekilas ingatannya tentang pemuda yang ada dalam mimpinya semalam. Apakah mimpi itu benar akan menjadi kenyataan? Atau hanya bunga tidur semata? Ratu Yang mengulas tersenyum sendiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
Ardiansyah
tak bosan membaca nya......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 121 - Kesimpulan Akhir (End )

    Badai salju tampak memutih di atas permukaan bukit. Kuil suci berada di bawah kaki gunung. Sedang di seberang timur, tampak kemegahan Kota Kekaisaran Nandong yang terlihat samar-samar diselimuti kabut.Kuil suci tampak sepi dan terbengkalai. Sejak kematian Master Liu, sang penjaga kuil, tempat suci itu jadi tidak terurus.Sejarah akan terulang kembali. Setelah inti sari dari Maha Dewa kembali ke kayangan dan bereinkarnasi, maka sang legenda akan segera datang.Angin bertiup kencang dari arah hutan. Dahan-dahan pohon bambu saling bergesekan dan menimbulkan bunyi yang terasa menyayat hati.Dua puluh tahun lamanya tak lagi tersiar kabar tentang Raja Iblis Xin Yi dan para pengikutnya.Lambat laun peradaban manusia mulai berubah. Meski hanya dianggap rumor belaka, tapi keberadaan Pedang Tiga Elemen masih jadi pertanyaan dan tetap menjadi teka-teki besar di Timur.Angin masih bertiup kenceng saat beberapa orang penunggang kuda memasuki hutan. Terdengar suara mereka yang sedang memacu kudany

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 120 - Putra Mahkota Langit

    Malam itu sedang turun salju di kayangan. Permaisuri menangis saat bayinya diambil oleh Dewa Ming. Dikecup berkali-kali wajah bayi laki-laki itu sebelum diserahkan pada Dewa Ming.Kaisar Langit hanya mengangguk dengan wajah sedih saat istrinya menoleh. Permaisuri menangis semakin cetar saat Dewa Ming melangkah pergi."Bayiku!" jerit Permaisuri. Ingin rasanya dia mengejar Dewa Ming lalu mengabil bayinya lagi.Kaisar Langit segera merangkul bahu istrinya. Dia pun amat sedih akan kehilangan Putra Mahkota. Namun, takdir semesta tak bisa dirubah. Putra Mahkota merupakan suku dewa terpilih. Dia yang kelak akan menghabisi suku iblis.Langkah Dewa Ming kian menjauh dari pintu kamar Permaisuri. Penasehat Yu dan kedua Dewa Utama mengikuti dari belakang. Bayi laki-laki itu digendong oleh Dewa Ming menuju aula istana.Sinar jingga menyambut di depan pintu saat langkah mereka nyaris keluar dari istana. Mata Dewa Ming menanggah ke langit hitam malam itu. Salju masih berjatuhan disertai embusan angi

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 119 - Kelahiran Putra Mahkota

    Elang hitam berjongkok di atas sebuah tebing di mana di bawahnya tampak seorang pria yang sedang berkuda. Sepasang manik merah itu memandangi pria berkuda di sana. Wu Xian memacu kudanya menuju kayangan. Urusannya dengan Chen Guo dan Siolang telah selesai, ia ingin kembali ke tempat asalnya yaitu alam suku dewa.Mata jeli Elang hitam masih mengintai dari atas tebing. Pangeran Agung Wu, ternyata benar jika pria itu adalah rinkarnasi Lu Sicheng dan merupakan perwujudan nyata dari Maha Dewa Ying.Ini sungguh tak masuk akal! Namun, dia melihatnya sendiri saat Wu Xian memusnahkan Chen Guo lalu mengunci Siolang sebagai roh penjaga. Itu mimpi buruk bagi suku iblis.Chen Guo telah tiada dan Siolang menjadi abdi setia suku dewa, ini sungguh sesuai rencana. Sekarang apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus kembali ke istana Raja Iblis dan menjadi budaknya lagi?Tidak, tidak, ini justru kesempatan baginya untuk terlepas dari belenggu Raja Iblis Xin Yi. Benar, dia bisa kembali ke tempat asal

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 118 - Kemunculan Maha Dewa Ying

    Salju berjatuhan dari langit disertai embusan angin dari Barat. Wu Xian memacu kudanya menyusuri lembah berbatu. Badai salju terlihat putih di depannya, tapi ksatria sejati tak gentar sedikit pun.Perpisahannya dengan Pedang Tiga Elemen telah menyisakan luka mendalam di hati Wu Xian. Dia telah gagal mengemban tugas dari para dewa.Meski darah dewa mengalir di tubuh, Wu Xian menyangkal akan dirinya yang merupakan reinkarnasi Lu Sicheng. Dia tak sehebat itu.Kuda hitam berlari makin kencang menembus badai salju. Wu Xian menyipitkan mata dengan pandangan yang samar.Dari kejauhan dilihatnya sekumpulan pasukan berkuda. Jumlahnya cukup banyak. Apa yang sedang mereka tunggu? Apakah perang masih belum berakhir. Wu Xian semakin kencang memacu kudanya ke depan.Di seberang, tampak pasukan yang sudah siap menunggu kedatangan musuh. Chen Guo membawa tentara iblis ke tanah Timur.Seperti yang dikatakan Elang Hitam, Pangeran Agung Wu telah memenggal kepala Raja Iblis lalu membawa tubuhnya entah ke

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 117 - Keputusan Wu Xian

    Salju putih berjatuhan dari langit kayangan. Angin cukup bersahabat sore itu. Bangunan istana langit diselimuti kabut putih dan rasa berkabung yang kental.Perang besar telah berakhir. Wu Xian dan Tiga Dewa Utama telah berhasil mengunci Naksu dalam Pedang Tiga Elemen.Peti mati berisi tubuh tanpa kepala Raja Iblis Xin Yi disimpan di dalam kuil tua yang berada di lereng bukit salju. Letaknya amat jauh dari kayangan dan alam iblis.Peti mati itu di segel oleh mantra suci Budha. Hanya orang khusus yang bisa membukanya. Setelah peti disimpan dalam ruangan bawah tanah, Wu Xian menutup mulut gua dengan mantra sakti.Tidak ada satu orang pun yang bisa memasuki gua dan menemukan peti mati Raja Iblis Xin Yi.Peti mati itu akan tersiman untuk waktu yang lama. Namun, Xin Yi memiliki keabadian. Tubuhnya tidak bisa busuk atau hancur meski terus berada di dalam peti hingga ribuan tahun."Apa rencanamu selanjutnya?" Kaisar Langit bertanya pada Wu Xian setelah hari berikutnya. Mereka tengah berdiri

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 116 - Iblis Dari Barat

    Raja Iblis Xin Yi membulatkan matanya melihat Wu Xian menuju sambil mengacungkan Pedang Tiga Elemen. Semuanya terjadi begitu cepat. Xin Yi tak sempat menghindar saat mata pedang pusaka itu mengenai lehernya.Elang Hitam yang sedang menyimak sangat terkejut melihat apa yang terjadi. Wu Xian berhasil menebas leher Xin Yi. Dilihatnya kepala Raja Iblis yang menggelinding.Kaisar Langit dan Dewa Ming sangat tercengang. Mereka tak menyangka Xin Yi akan tewas di tangan Wu Xian. Namun, mereka tak boleh lengah. Raja Iblis Xin Yi bisa hidup kembali jika kepalanya tidak dipisahkan dari tubuhnya.Menyadari semua itu, Xi Wang pun segera melesat menuju Wu Xian yang masih berdiri sambil memegang pedangnya di depan tubuh Xin Yi yang sudah tergolek tanpa kepala.Wu Xian masih menatap siaga pada jasad Xin Yi. Dia tak yakin jika pria itu sudah tewas. Bisa saja ini hanya fantasi yang Xin Yi ciptakan. Sejatinya Raja Iblis amatlah licik.Cukup lama keadaan di sana menjadi hening. Hingga kemudian bayangan

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 115 - Kultifasi WuXian

    Langit kayangan masih diselimuti awan hitan dan petir. Wu Xian mengangkat sepasang matanya. Tatapan yang marah tapi juga terlihat lirih dan sendu.Di langit masih tampak ular besar Naksu yang sedang mengincar. Juga Raja Iblis Xin Yi dan Xi Wang yang juga sedang menatap ke arah Wu Xian.Kaisar Langit dan Dewa Ming hanya terdiam bak patung. Tak ada yang bisa mereka lakukan lagi untuk mengembalikan jiwa Dewi Quan Hie. Segalanya sudah berakhir.Setelah mengabsen wajah-wajah di sekelilingnya, Wu Xian mengembalikan pandanagnnya pada wajah pias Yang Zhu. Kemudian tangan kekar itu meraih bahunya, mengangkat jasad lemas Yang Zhu serayak bangkit.Mata Wu Xian menatap lurus ke depan. Sinar jingga keemasan tiba-tiba terpancar dari dahinya. Sinar itu memantul ke depan dan membentuk sebuah lingkaran suci.Raja Iblis Xin Yi mengepalkan buku-buku jemarinya sampai memutih. Hatinya perih melihat Wu Xian memasukan jasad Yang Zhu ke dalam lingkaran suci yang ia ciptakan.Yang Zhu, putrinya. Sebagai seor

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 114 - Binasanya Ratu Iblis Quensi

    Kabut hitam masih menutupi kayangan. Angin puting beliung meluluh lantakan segalanya. Juga gemuruh badai dan petir yang menyambar-nyambar. Wilayah kayangan diselimuti aura yang mencekam.Wu Xian masih terbaring di tengah ranjang. Dia sedang bermimpi. Mimpi di mana dirinya dan Yang Zhu sedang berada di sebuah sampan. Keduanya duduk berdampingan sambil menikmati angin sore.Yang Zhu mengatakan banyak hal padanya. Salah satunya tentang hubungan mereka yang mungkin akan segera berakhir. Quensi telah meminjam raganya dan menguasai jiwa Yang Zhu. Ini lebih buruk dari akhir dunia.Wu Xian mengusap pipi licin Yang Zhu. Juga bulir bening yang berjatuhan di kedua pipi gadis itu. Cintanya memang tak mungkin dapat berhasil di kehidupan ini. Namun, itulah takdir semesta."Kakak Cheng, jika kau telah kembali, cepat habisi Quensi dan selamatkan alam semesta. Biarlah aku terkunci bersama Naksu dalam Pedang Pusaka. Aku rela, asal keseimbangan semesta kembali baik," lirih Yang Zhu. Matanya menatap sen

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 113 - Pedang Pusaka Haus Darah

    Manik merah Xin Yi mengunci pandangan tajam Quensi. Ratu Iblis bisa saja menghabisinya saat ini juga. Dia tak boleh lengah.Quensi sudah berevolusi. Dia bukan lagi iblis kecil yang pernah datang padanya dulu, dan mengabdi.Sejak Quensi meninggalkan istana Raja Iblis, wanita itu bukan lagi sekutunya.Meski memiliki misi yang sama. Namun, Quensi tak sudi bersekutu dengan Raja Iblis yang licik itu."Kau tidak akan bisa menggabisiku, Quensi," desis Xin Yi. Kemudian dengan gerakan tak terbaca ia menyelinapkan tanganya ke balik punggung Quensi."Aarkhh!"Quensi mendongkak saat tangan Xin Yi mencengkeram tengkuk lehernya. Manik merah itu memutar ke atas, lantas melirik pada Xin Yi.Raja Iblis menyeringai tipis. Tanpa membuang waktu lagi, dia segera memukul dada Quensi.Pukulan yang telak. Ratu Iblis terpental cukup jauh. Namun, dia berhasil memulihkan lagi tenaganya. Xin Yi menatap murka saat Quensi melayang-layang di udara sambil tertawa."Raja Iblis Xin Yi, kau pikir kau sudah hebat, hah?!

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status