Share

HMT 5 - Ratu Muda

Bunga-bunga bermekaran indah dan mewangi pada taman yang ada di sebelah barat istana Dong Taiyang. Aneka bunga tumbuh di sana. Salah satunya bunga sakura yang sedang berbunga lebat saat ini.

Istana Dong Taiyang terletak di sebelah timur gunung Huan Zhu. Gunung yang diyakini sebagai tempat bersemayam pada dewa dan leluhur. Gunung Huan Zhu memiliki ketinggian 3.776 meter dari permukaan laut. Gunung itu menjulang membelah antara Timur dan Barat.

Kerajaan Dong Taiyang sendiri dulunya adalah tahta dinasti Lu yang turun temurun. Namu5 tahun berlalu pasca pemberontakkan yang terjadi. Kini dinasti Lu sudah menghilang dari ingatan semua rakyat Dong Taiyang.

Gugurnya sang raja serta hilangnya sang ratu beserta putra mahkota, membuat lambat laun dinasti Lu mulai dilupakan.

Kerajaan Dong Taiyang sendiri kini dipimpin oleh seorang ratu muda bernama, Yang Zhu atau Ratu Yang, begitu semua rakyat dan petinggi istana biasa menyapanya.

Ratu Yang sendiri baru berusia 22 tahun. Dia terpaksa menaiki tahta kerajaan untuk menggantikan ayahnya yang gugur di medan peperangan dua tahun yang lalu. Ayah Ratu Yang sendiri adalah, Yang Jingmi, mantan jenderal utama kerajaan Dong Taiyang masa pemerintahan Raja Lu Chia-Hao.

Yang Jingmi terbunuh saat peperangan di Selatan. Dia tewas mengenaskan di tangan seorang pendekar bernama Li Cangyi. Pendekar bayaran yang ditugaskan untuk membunuh Yang Jingmi oleh Raja Tong Hao.

Kematian sang ayah sangat menggores luka yang berat di hati Ratu Yang. Terlebih dirinya tak memiliki saudara dan juga seorang ibu. Sebagai putri mahkota, mau tak mau ia akhirnya menggantikan sang ayah.

Meski Ratu Yang seorang wanita yang masih sangat muda, tetapi kinerja pemerintahan yang ia emban ternyata cukup memuaskan rakyat Dong Taiyang. Ketibang masa pemerintahan ayahnya yang lebih cenderung membuat rakyat menderita.

Kini rakyat Dong Taiyang serasa mendapatkan Raja Lu kembali, karena sang ratu begitu dermawan dan sangat merakyat. Bahkan Ratu Yang meringankan pajak yang tadinya sangat menyengsarakan rakyat Dong Taiyang.

Tentu saja, karena Ratu Yang merupakan seorang wanita yang cerdas, berbudi luhur dan berpikiran moderen. Bahkan ia pun pandai memainkan pedang, serta mengusai berbagai jurus bela diri. Namun, selama dua tahun menjadi seorang ratu, tak sekali pun dirinya dibolehkan terjun langsung ke medan pertempuran.

Para petinggi istana melarangnya karena mencemaskan sang ratu. Sedangkan para musuh selalu memancing agar Ratu Yang turun ke medan perang. Dengan begitu mereka akan sangat mudah untuk membunuhnya.

Penasehat Bai Jue pun menyarankan agar Ratu Yang segera menikah. Tujuannya, agar kerajaan Dong Taiyang bisa memperoleh seorang raja serta semakin kuat, tak mudah diremehkan oleh para musuh. Namun, Ratu Yang masih butuh waktu untuk berpikir.

Satu hal lagi, Ratu Yang memiliki satu keistinewaan yang sangat mengagumkan. Wanita cantik berkulit putih bak pualam ini bisa melihat masa depan melalui mimpinya. Meski awalnya ia tidak yakin atas kemapuan indigo itu, namun sekian banyak hal yang terjadi seperti apa yang dilihatnya dalam mimpi. Di antaranya kematian sang raja.

Ratu Yang adalah reinkarnasi dari Dewi Quan Hie, istri dari Maha Dewa Ying. Mereka adalah sepasang Maha Dewa pemegang inti utama semesta. Tak heran jika Ratu Yang memiliki kekuatan supra natural layaknya seorang Dewi. Namun Hal itu membuat para iblis mengincarnya.

Pagi ini Ratu Yang tampak sedang melukis di ruangan khusus yang ada di sudut kamarnya.

Di sana tampak sangat banyak kanpas bergambarkan lukisan yang telah selesai ia buat. Hampir 75 persen semua sketsa itu dilihatnya di dalam mimpi.

Seperti semalam, Ratu Yang baru saja bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang sangat asing banginya. Pemuda itu memiliki paras yang teramat tampan, sorot matanya tegas namun menancarkan kasih sayang. Sedangkan rambutnya panjang serta berkulit putih.

Entah siapa pemuda itu. Namun dalam mimpinya itu, si pemuda tampak menggendong dirinya dengan keduanya yang mengenakan pakaian pengantin.

Konyol sekali, bukan?

Ratu Yang mengulas senyum sembari menggoreskan kuasnya pada kanpas di hadapan. Lukisannya hampir saja selesai. Dan wajah pemuda itu sudah tampak terlihat jelas. Kedua pipi sang ratu bersemu merah sembari memandangi wajah tampan yang terukir pada lukisan itu.

"Salam, Yang Mulia Ratu. Tandu Anda sudah disiapkan, para prajurit dan Jenderal Chou sudah menunggu di alun-alun istana," ucap Perdana Menteri Han. Pria itu tak berani menatap wajah sang ratu yang masih asik memandangi hasil karyanya.

"Baiklah, Perdana Menteri. Aku akan segera bersiap," balas sang ratu sembari tersenyum manis.

Perdana Menteri hanya mengangguk hormat dan segera meninggalkan kamar sang ratu. Sedangkan para dayang segera menghampiri Ratu Yang. Mereka membantu wanita muda itu untuk bersiap-siap.

"Yang Mulia Ratu, Yihua merasa pagi ini suasana hati Anda sedang sangat bagus. Bolehkan Yihua tahu, apa gerangan yang membuat Ratu-ku yang cantik ini tampak begitu bahagia," tukas Yihua sembari merapikan riasan rambut sang ratu di depan cermin.

Ratu Yang mengulas senyum lantas berkata, "Entahlah, Yihua. Yang pasti aku sangat bahagia hari ini," jawabnya dengan pipinya yang merona merah.

"Astaga, apakah ini karena Putra Mahkota Lin Jiang? Hoho, Yihua mulai mencium aroma cinta yang sedang bersemi di sini," goda Yihua membuat sang ratu tersenyum tipis.

Gadis bernama Yihua itu seumuran dengan Ratu Yang. Bahkan mereka berteman sejak kecil. Ratu Yang serasa memiliki saudari karena Yihua. Bukan hanya itu, Yihua juga merupakan putri Bai Jue, penasehat istana.

"Tidak. Kau salah kali ini, Yihua. Aku dan Putra Mahkota Lin Jiang hanya berteman. Bahkan kami berteman sejak kecil, bukan?" cela Ratu Yang sembari menatap siluet Yihua pada cermin di hadapannya.

"Ya, Yihua tahu hal itu. Namun sepertinya, Putra Mahkota menyukai Yang Mulia sejak kalian masih kecil," serang Yihua kemudian.

Ratu Yang tersenyum kecil mendengarnya. Ya, mungkin Putra Mahkota Lin Jiang memang menaruh hati padanya. Namun sejauh ini Ratu Yang hanya menganggap pangeran tampan itu sebatas teman saja.

"Baiklah, Yang Mulia. Anda sudah selesai," ucap Yihua sembari tersenyum kagum melihat kecantikan sang ratu.

Ratu Yang memang sangat cantik, bahkan tanpa riasan sekali pun. Bentuk tubuhnya sangat indah. Ramping tapi padat berisi di beberapa titik pentingnya. Bukan hanya itu, bahkan senyuman sang ratu mampu membuat bunga-bunga yang layu menjadi segar bermekaran dan memberi kedamaian pada hewan yang sedang berkelahi. Semua keistinewaan itu karena dirinya adalah reinkarnasi Maha Dewi Quan Hie.

"Terima kasih, Yihua. Sekarang tolong antar aku menuju tandu," ucap Ratu Yang sembari memasang wajah conggaknya.

Yihua tertawa kecil melihatnya. Keduanya pun segera meninggalkan kamar diikuti beberapa dayang dan pengawal yang mengikuti mereka.

"Silakan, Yang Mulia." Perdana Menteri Han mempersilakan sang ratu menaiki tandu setelah ia memeriksanya lebih dulu.

Ratu Yang hanya melempar senyum dan segera menaiki tandunya disusul oleh Yihua. Wanita itu tak pernah jauh-jauh darinya, karena itu perintah Ratu Yang.

"Angkat tandunya!" perintah Jenderal Chou yang juga segera menaiki kudanya.

Sepuluh prajurit segera mengangkat tadu sang ratu. Memikulnya di masing-masing bahu kekar mereka. Perjalanan pun dimulai. Seratus prajurit mengikuti dari belakang bersama beberapa dayang. Sedangkan para petinggi istana seperti; Perdana Menteri Han dan Panglima Chou, mereka menaiki kudanya dan berjalan paling depan.

"Yang Mulia, apa ada yang kau butuhkan?" tanya Yihua saat di tengah perjalanan.

"Tak ada. Aku hanya ingin segera tiba di bukit Huan Zhu dan melihat gugusan bintang yang indah," jawab Ratu Yang sembari tersenyum tipis.

Sudah menjadi kebiasaan setiap malam bulan purnama, Ratu Yang selalu pergi ke bukit Huan Zhu untuk melihat gugusan bintang Bimasakti di sana. Entah apa tujuannya. Namun kebiasaannya itu sungguh merepotkan para petinggi istana dan prajurit. Terlebih saat cuaca buruk.

Beruntung hari ini langit tampak biru cerah. Angin berhembus santai menyegarkan. Mereka pun bisa melanjutkan perjalanan dengan tenang.

"Yihua," ucap Ratu Yang.

"Ya, Yang Mulia," jawab gadis di sampingnya.

"Apa kau pernah bermimpi bertemu dengan seorang pemuda?"

"Bertemu seorang pemuda? Tak pernah, Yang Mulia. Bahkan, Yihua ini tak ingat seperti apa wajah mereka." Yihua tertawa kecil kemudian.

"Kau ini." Ratu Yang menimpali seraya tertawa kecil. Sekilas ingatannya tentang pemuda yang ada dalam mimpinya semalam. Apakah mimpi itu benar akan menjadi kenyataan? Atau hanya bunga tidur semata? Ratu Yang mengulas tersenyum sendiri.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ardiansyah
tak bosan membaca nya......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status