Accueil / Romansa / PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI / BAB 1 BAYANGAN DI DALAM CAHAYA

Share

PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI
PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI
Auteur: Seri E Gulo

BAB 1 BAYANGAN DI DALAM CAHAYA

Auteur: Seri E Gulo
last update Dernière mise à jour: 2025-11-01 16:50:33

Dinding batu istana Kerajaan Astaria selalu terasa dingin, meskipun di tengah musim panas. Itu adalah dinginnya sejarah, dinginnya etiket, dan dinginnya harapan yang diletakkan di pundak Tuan Putri Elara.

​Di sayap pribadi Elara, di mana sutra dan porselen bertahta, Ariel bergerak seperti bayangan.

​Dia mengenakan seragam abu-abu yang membuat semua pelayan terlihat sama—tak terlihat. Itu adalah peran yang ia pelajari dengan sempurna. Sebagai anak yatim piatu tanpa nama belakang, ia tahu keberadaannya diukur dari seberapa baik ia menghilang. Tugasnya hari ini adalah mengganti rangkaian bunga Lilios ungu di samping jendela besar. Bunga-bunga itu mahal, berumur pendek, dan sangat wangi, kontras dengan kehidupan Ariel yang keras dan tanpa kemewahan.

​Tangan Ariel bergerak cekatan. Ia memotong batang, mengganti air dingin di vas kristal, dan menyeka tetesan air yang jatuh ke meja kayu kenari. Seluruh proses itu memakan waktu kurang dari lima menit. Itu adalah efisiensi yang nyaris mekanis, sebuah hasil dari tahun-tahun pelatihan.

​Namun, saat ia berbalik, matanya tanpa sengaja terangkat.

​Di ambang pintu balkon, Putri Elara berdiri.

​Dia mengenakan gaun tidur satin berwarna biru langit. Rambut pirangnya yang panjang terurai di punggung, dan seutas kalung mutiara yang diberikan ibunya melingkari lehernya yang jenjang.

​Elara tidak memandang Ariel. Matanya terarah pada langit-langit berukir emas, ekspresinya adalah campuran kelelahan dan kerinduan yang mendalam. Ia tampak seperti patung yang terlalu cantik, terlalu berharga, untuk berada di dunia ini.

​Di usia dua puluh tahun, Elara telah dijodohkan dengan tiga pangeran berbeda dan berhasil menolak semuanya, namun tekanan untuk mengamankan suksesi Astaria kini berada pada titik didih. Seminggu lagi, Pangeran dari Kerajaan Varen akan tiba.

​Ariel segera menundukkan kepala. Itu adalah aturan: jangan pernah menatap Tuan Putri kecuali dipanggil.

​"Sudah selesai, Ariel?"

​Suara Elara lembut, tetapi selalu memiliki lapisan kesedihan yang tak terucapkan.

​"Sudah, Tuan Putri," jawab Ariel, suaranya serendah mungkin.

​"Terima kasih. Anda boleh pergi."

​Ariel membungkuk rendah. Ia merasakan hawa dingin merambat di tengkuknya. Bukan dingin istana, tetapi dinginnya bahaya. Setiap detik yang ia habiskan di ruangan ini, setiap kata yang ia tukarkan, adalah pelanggaran potensial terhadap status quo.

​Saat ia mencapai pintu, Elara berbicara lagi, kali ini tanpa menoleh.

​"Bunga Lilios... Saya lebih suka wangi Seroja."

​Ariel berhenti. Ia tidak berani berbalik. Seroja adalah bunga yang tumbuh liar di padang rumput di luar gerbang istana, bunga yang tidak akan pernah diizinkan masuk ke ruangan Putri. Itu adalah bunga yang disukai oleh rakyat jelata, dan mungkin, oleh hati Elara yang terkurung.

​"Saya akan mencatatnya, Tuan Putri. Saya minta maaf."

​"Jangan minta maaf. Anda hanya melakukan perintah. Itu yang terbaik," kata Elara, nadanya terdengar seperti ia berbicara tentang dirinya sendiri.

​Ariel keluar, menutup pintu kayu ek dengan keheningan yang sempurna. Di balik pintu, ia bersandar sejenak, dadanya terasa sesak. Ia mencium aroma Lilios yang kuat di udara, tetapi yang paling ia ingat adalah mata biru Elara yang tertutup oleh kesedihan.

​Dia tidak meminta bunga itu dari saya, pikir Ariel. Dia hanya memberi tahu saya rahasia.

​Dan di sayap pribadi itu, Elara, sang Tuan Putri, akhirnya menoleh dan menatap pintu yang baru tertutup. Ia melihat pelayan itu—Ariel—bukan sebagai anak yatim piatu tanpa masa depan, tetapi sebagai satu-satunya bayangan di dalam cahaya emas yang memberinya rasa aman.

​Malam itu, Elara tidak dapat tidur. Ia bangun, dan dengan gaun tidur satinnya, ia berjalan keluar. Ia tidak menuju ruang pertemuan, tidak pula ke perpustakaan. Ia berjalan ke dapur kecil pribadi di sayapnya, di mana Ariel sedang membersihkan sisa piring makan malam terakhir.

​"Ariel," bisik Elara.

​Ariel terkejut. Ia menjatuhkan sendok perak yang ia pegang. Suara sendok yang beradu dengan lantai marmer terdengar sangat keras dalam keheningan malam.

​Ia menoleh, dan melihat Tuan Putri Elara berdiri sendirian, di luar jam yang seharusnya. Wajahnya pucat diterangi cahaya lilin.

​"Tuan Putri, ada apa? Saya—"

​"Jangan bicara. Hanya... ikut saya."

​Ariel merasa tenggorokannya tercekat. Perintah ini, di tengah malam yang sunyi, terasa lebih berbahaya daripada intrik politik manapun. Namun, tidak ada pilihan. Ia adalah pelayan. Ia harus memuaskan.

​Ia mencuci tangannya, mengeringkannya dengan cepat, dan mengikuti Tuan Putri Elara ke dalam lorong gelap yang menuju ke kedalaman istana, menuju ke intrik, dan menuju ke takdir yang tak terhindarkan.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 15 KONSEKUENSI FAJAR DAN PENAHAN VAREN

    Fajar menyingsing membawa kabar buruk bagi Pangeran Varen dan kabar baik yang samar-samar bagi Astaria. Jenderal Kavaleri Cassian kembali ke istana bukan dengan kemenangan perang yang riuh, melainkan dengan laporan tenang tentang ‘pengamanan’ Penyeberangan Sungai Feralis dari pasukan asing yang mencoba menyusup.​Meskipun Cassian menahan diri untuk tidak menyebut nama Varen di depan umum, ia segera meminta audiensi darurat dengan Raja.​Di Sayap Raja, Elara sedang menunggu dengan hati-hati. Ia telah menyerahkan bros naga perak yang diamankan Ariel kepada Cassian, menjelaskan bahwa bros itu adalah petunjuk, dan membiarkan Ksatria tua itu menyusun narasinya.​Tidak lama kemudian, istana diselimuti suasana tegang. Pengawal kerajaan, dipimpin oleh Cassian, diam-diam memasuki kamar Pangeran Varen, menyita barang-barangnya, dan menahannya atas tuduhan yang belum diumumkan.​Raja Astaria, yang biasanya tenang, tampak pucat dan terguncang. Pengkhianatan di istananya sendiri,

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 14 UJIAN API DI BAWAH TANAH

    Malam menjelang serangan yang dijadwalkan. Istana sunyi. Pesta dansa telah berakhir, dan semua orang, termasuk Pangeran Varen yang puas diri, telah pensiun ke kamar mereka. Hanya Dayang Clara yang masih berpatroli, bayangannya melayang di koridor seperti hantu yang bersemangat.​Ariel tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Jaro, pengawal Varen, telah mencari bros naga perak itu dengan putus asa, yang berarti bukti itu sangat penting. Ariel harus memastikan Jaro tidak menemukannya di Sayap Barat.​Ariel tahu bahwa Jaro tidak akan mencari di lokasi tempat bros itu jatuh: gudang anggur tua, tempat yang dianggap terlalu jauh dan terpencil dari urusan istana.​Berbekal senter minyak kecil, Ariel menyelinap keluar dari Sayap Barat, bergerak cepat melalui lorong-lorong pelayanan yang gelap, menuju ke Sayap Anggur, tempat yang ia masuki beberapa hari lalu untuk menemukan dokumen pemalsuan.​Saat ia mencapai gudang anggur, ia mencium bau lumut dan kelembapan, namun juga bau tan

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 13 TOPENG PESTA DAN SENYUM DINGIN

    Dua hari sebelum tanggal serangan yang diperkirakan, istana mengadakan pesta dansa mewah untuk menghormati kedatangan Pangeran Varen dan merayakan pertunangan mereka yang akan datang. Aula dansa berkilauan dengan kristal dan emas, namun bagi Elara, suasana terasa tebal dan menyesakkan. Setiap senyum adalah topeng, setiap sapaan adalah jebakan.​Elara mengenakan gaun sutra berwarna biru tua, warnanya sama gelapnya dengan rahasia yang ia sembunyikan. Di tengah hiruk pikuk musik dan tawa, ia berusaha keras untuk tidak menunjukkan kecemasan di matanya.​Pangeran Varen, di sisi lain, tampak terlalu ceria. Keyakinan dirinya terpancar kuat. Ia percaya bahwa Raja Astaria masih sibuk dengan menu katering, sementara Jenderal Lycia sedang menggerakkan pasukannya.​"Kau terlihat mempesona malam ini, Elara," bisik Varen saat memimpinnya dalam sebuah waltz. Jari-jarinya menggenggam pinggang Elara dengan rasa memiliki yang terlalu kuat.​"Kau juga, Varen," jawab Elara, memaksa seny

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 12 ANGGREK BERACUN DAN KEHENINGAN YANG MEMATIKAN

    Sinar matahari pertama menembus jendela kamar tidur Elara, dan Dayang Clara sudah berdiri di sampingnya, memegang nampan perak yang berisi teh pagi dan, di dalam vas kristal kecil, satu tangkai Anggrek Merah.​“Anggrek dari rumah kaca, Tuan Putri. Saya pikir warnanya sangat cocok dengan suasana hati Anda pagi ini,” kata Clara dengan senyum yang terlalu lebar, nadanya penuh makna tersembunyi. Clara menempatkan vas itu tepat di samping tempat tidur Elara, di mana matanya bisa mengawasi.​Elara merasa tegang. Dia tahu Ariel pasti sudah mencoba menghubunginya, dan bunga ini adalah satu-satunya kesempatan. Dia harus bertindak secara alami.​"Anggrek yang indah, Clara. Terima kasih," jawab Elara, mengambil bunga itu.​Saat ia memuji warna kelopak bunga, jarinya perlahan-lahan menyentuh batang Anggrek. Dia merasakan ada tonjolan kecil yang tidak wajar, sekecil serpihan. Elara tahu itu. Itu adalah pesan Ariel.​"Bisakah Anda mengambilkan buku puisi saya, Clara? Saya merasa ingin membaca beber

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 11 PERANG DINGIN DAN PERANGKAP CERMIN

    Dayang Clara adalah seorang musuh yang licik. Keesokan paginya, Clara bertindak bukan dengan tuduhan langsung, melainkan dengan memisahkan Elara dari satu-satunya sekutunya, Ariel. ​Saat sarapan, Clara mengumumkan, "Tuan Putri, saya telah membuat penyesuaian pada jadwal harian. Pelayan Ariel akan dipindahkan sementara ke Sayap Barat untuk membantu dengan inventarisasi permadani yang rusak. Pekerjaan ini memerlukan tangan yang kuat dan perhatian pada detail, dan saya yakin ia akan berguna di sana." ​Elara merasakan darahnya mendidih, tetapi ia harus menjaga ketenangan. Memprotes akan menegaskan kecurigaan Clara. ​"Oh, Sayap Barat? Betapa membosankan," kata Elara, pura-pura cemberut. "Tetapi saya kira permadani yang sobek adalah prioritas. Anda benar, Clara. Biarkan Ariel pergi." ​Clara tersenyum puas. Itu adalah kemenangan kecil yang memisahkan sepasang sekutu tanpa menimbulkan kecurigaan. ​Setelah Clara pergi, Elara segera mengirimka

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 10 BUKTI DAN PENGAKUAN TANPA KATA

    Ariel menunggu sampai larut malam, jauh setelah seluruh istana terlelap, untuk bertemu Elara. Ia tidak berani menggunakan kode lilin di ambang jendela lagi karena takut Dayang Clara mengawasi. Sebagai gantinya, ia pergi ke tempat teraman—pertemuan mereka di observatorium, dengan asumsi bahwa jika ia ditangkap, setidaknya ia akan ditangkap di dekat Elara. ​Elara sudah ada di sana, menunggu dengan gelisah di bawah teleskop yang diam. Dia tidak memakai jubah tidur mewah malam ini, melainkan gaun yang sederhana, seolah-olah dia siap untuk melarikan diri kapan saja. ​"Anda datang," bisik Elara, lega yang luar biasa memancar dari matanya. ​"Saya berhasil, Tuan Putri," jawab Ariel. Ia mengeluarkan gulungan perkamen yang kusut dan bros naga perak dari balik jubahnya. "Ini adalah surat pemalsuan. Ditandatangani oleh 'Kapten R. Volstov'—nama samaran Varen. Dan ini…" ​Ariel meletakkan bros naga perak di atas meja observatorium. Cahaya bulan memantul dari permukaannya yang mengkilap. ​"Ini j

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status