Accueil / Romansa / PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI / BAB 2 KEDAMAIAN DI RUANG KOSONG

Share

BAB 2 KEDAMAIAN DI RUANG KOSONG

Auteur: Seri E Gulo
last update Dernière mise à jour: 2025-11-01 16:57:28

Ariel mengikuti langkah Putri Elara menembus lorong-lorong istana yang tak berpenghuni. Kegelapan malam menyelimuti permadani mewah, dan hanya cahaya rembulan yang memecah keheningan melalui jendela-jendela tinggi berbingkai emas. Jantung Ariel berdebar kencang, menabuh irama bahaya. Jika ada penjaga yang melihat mereka, tidak peduli seberapa mulia niat Tuan Putri, nasib Ariel akan berakhir tragis.

​Elara membawanya bukan ke kamar tidurnya yang mewah, melainkan ke sebuah observatorium kecil yang terlupakan di menara barat, sebuah ruangan yang jarang digunakan sejak kakek buyutnya meninggal. Udara di sana dingin, berbau debu tua dan kertas-kertas usang.

​Putri itu menyalakan lilin dari meja sudut dengan gerak cepat yang menunjukkan keputusasaan. Cahaya oranye yang hangat segera memenuhi ruangan, membuat bayangan Ariel memanjang dan menari di dinding batu.

​“Tuan Putri, ini berbahaya,” bisik Ariel, suaranya tercekat. “Jika Yang Mulia Raja—”

​Elara berbalik, matanya yang biru jernih kini menatap langsung ke Ariel. Ini adalah pertama kalinya ia menatap mata Ariel tanpa adanya batasan sosial, dan Ariel merasa seperti terhenti napasnya. Mata itu bukan mata Tuan Putri Astaria; itu adalah mata seorang wanita muda yang takut.

​“Saya tidak peduli,” potong Elara, suaranya bergetar. “Saya tidak peduli dengan aturan, dengan etiket, dengan takdir yang mereka ukirkan untuk saya. Semua orang di istana ini melihat saya sebagai investasi. Ayah melihat tahta. Ibunda melihat aliansi. Para dayang melihat kekuasaan yang bisa mereka gunakan.”

​Elara berjalan ke arah teleskop tua yang menghadap ke langit Astaria yang bertabur bintang, tetapi ia tidak melihat bintang-bintang.

​“Hanya Anda. Anda, Ariel, yang hanya bertugas membersihkan porselen dan mengganti bunga… hanya Anda yang melihat saya sebagai sesuatu yang sederhana. Anda melihat saya, dan Anda tidak meminta imbalan apa pun.”

​Ariel berdiri tegak, tangannya terkepal di sisi tubuhnya. Ia ingin memegang bahu Elara, meredakan bebannya, tetapi ia tahu sentuhan sekecil apa pun akan merusak keheningan dan garis batas yang memisahkan mereka.

​“Saya hanya seorang pelayan, Tuan Putri. Tugas saya adalah melayani. Saya... mendengarkan,” kata Ariel.

​“Itu sudah cukup,” Elara tersenyum samar, senyum pertama yang benar-benar jujur yang pernah dilihat Ariel di wajahnya. “Dengarkan saya, Ariel. Mereka memaksa saya untuk menikah dengan Pangeran Varen. Dia tua, kejam, dan matanya hanya dipenuhi keserakahan. Saya lebih suka mati di bawah teleskop tua ini daripada menikahinya.”

​Elara terisak pelan, air mata mengalir di pipinya. Ariel, yang selama ini dilatih untuk tidak bereaksi, merasakan sakit tajam di dadanya. Perintah "pergi" sudah tidak berlaku lagi.

​Ia melangkah maju, tetapi berhenti tiga langkah dari Elara. Ia tidak menyentuh Tuan Putri, tetapi ia melakukan hal yang jauh lebih berani: ia berbicara dari hati.

​“Tuan Putri,” katanya dengan suara tegas namun lembut. “Anda adalah Astaria. Anda memiliki kekuatan. Jangan biarkan mereka mengambilnya. Pangeran Varen hanyalah pria fana. Takdir Astaria ada di tangan Anda.”

​Elara mengangkat pandangannya, terkejut. Pelayan rendahan itu tidak hanya berani mengkritik keputusannya, tetapi juga mengingatkannya akan kekuatannya.

​“Saya akan pergi sekarang, Tuan Putri,” kata Ariel, membungkuk dalam-dalam. “Jika ada yang bertanya, Anda meminta saya memperbaiki engsel pintu yang berderit. Saya tidak akan pernah mengatakan sepatah kata pun tentang ini.”

​Ia menunggu sejenak. Elara mengangguk dalam keheningan yang penuh arti.

​Saat Ariel meninggalkan observatorium, ia tidak lagi merasa seperti bayangan. Malam itu, ia telah melihat jiwanya Tuan Putri yang telanjang dan rapuh, dan ia telah menanggapi panggilannya. Ia kini membawa beban rahasia yang jauh lebih berat daripada seluruh porselen di istana: beban penderitaan Elara. Dia duduk di sudut istana termenung dengan apa yang akan terjadi dengan masalah yang baru dia hadapi. Tetapi dirinya merasa tidak terlalu bersalah, hanya kesilafan katanya dalam hati.

Dirinya di temani angin sepoi-sepoi basah memikirkan yang terus mengganggu, tiba tiba suara di belakangnya menyadarkan dirinya dari lamunannya yang berkecambuk

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 15 KONSEKUENSI FAJAR DAN PENAHAN VAREN

    Fajar menyingsing membawa kabar buruk bagi Pangeran Varen dan kabar baik yang samar-samar bagi Astaria. Jenderal Kavaleri Cassian kembali ke istana bukan dengan kemenangan perang yang riuh, melainkan dengan laporan tenang tentang ‘pengamanan’ Penyeberangan Sungai Feralis dari pasukan asing yang mencoba menyusup.​Meskipun Cassian menahan diri untuk tidak menyebut nama Varen di depan umum, ia segera meminta audiensi darurat dengan Raja.​Di Sayap Raja, Elara sedang menunggu dengan hati-hati. Ia telah menyerahkan bros naga perak yang diamankan Ariel kepada Cassian, menjelaskan bahwa bros itu adalah petunjuk, dan membiarkan Ksatria tua itu menyusun narasinya.​Tidak lama kemudian, istana diselimuti suasana tegang. Pengawal kerajaan, dipimpin oleh Cassian, diam-diam memasuki kamar Pangeran Varen, menyita barang-barangnya, dan menahannya atas tuduhan yang belum diumumkan.​Raja Astaria, yang biasanya tenang, tampak pucat dan terguncang. Pengkhianatan di istananya sendiri,

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 14 UJIAN API DI BAWAH TANAH

    Malam menjelang serangan yang dijadwalkan. Istana sunyi. Pesta dansa telah berakhir, dan semua orang, termasuk Pangeran Varen yang puas diri, telah pensiun ke kamar mereka. Hanya Dayang Clara yang masih berpatroli, bayangannya melayang di koridor seperti hantu yang bersemangat.​Ariel tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Jaro, pengawal Varen, telah mencari bros naga perak itu dengan putus asa, yang berarti bukti itu sangat penting. Ariel harus memastikan Jaro tidak menemukannya di Sayap Barat.​Ariel tahu bahwa Jaro tidak akan mencari di lokasi tempat bros itu jatuh: gudang anggur tua, tempat yang dianggap terlalu jauh dan terpencil dari urusan istana.​Berbekal senter minyak kecil, Ariel menyelinap keluar dari Sayap Barat, bergerak cepat melalui lorong-lorong pelayanan yang gelap, menuju ke Sayap Anggur, tempat yang ia masuki beberapa hari lalu untuk menemukan dokumen pemalsuan.​Saat ia mencapai gudang anggur, ia mencium bau lumut dan kelembapan, namun juga bau tan

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 13 TOPENG PESTA DAN SENYUM DINGIN

    Dua hari sebelum tanggal serangan yang diperkirakan, istana mengadakan pesta dansa mewah untuk menghormati kedatangan Pangeran Varen dan merayakan pertunangan mereka yang akan datang. Aula dansa berkilauan dengan kristal dan emas, namun bagi Elara, suasana terasa tebal dan menyesakkan. Setiap senyum adalah topeng, setiap sapaan adalah jebakan.​Elara mengenakan gaun sutra berwarna biru tua, warnanya sama gelapnya dengan rahasia yang ia sembunyikan. Di tengah hiruk pikuk musik dan tawa, ia berusaha keras untuk tidak menunjukkan kecemasan di matanya.​Pangeran Varen, di sisi lain, tampak terlalu ceria. Keyakinan dirinya terpancar kuat. Ia percaya bahwa Raja Astaria masih sibuk dengan menu katering, sementara Jenderal Lycia sedang menggerakkan pasukannya.​"Kau terlihat mempesona malam ini, Elara," bisik Varen saat memimpinnya dalam sebuah waltz. Jari-jarinya menggenggam pinggang Elara dengan rasa memiliki yang terlalu kuat.​"Kau juga, Varen," jawab Elara, memaksa seny

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 12 ANGGREK BERACUN DAN KEHENINGAN YANG MEMATIKAN

    Sinar matahari pertama menembus jendela kamar tidur Elara, dan Dayang Clara sudah berdiri di sampingnya, memegang nampan perak yang berisi teh pagi dan, di dalam vas kristal kecil, satu tangkai Anggrek Merah.​“Anggrek dari rumah kaca, Tuan Putri. Saya pikir warnanya sangat cocok dengan suasana hati Anda pagi ini,” kata Clara dengan senyum yang terlalu lebar, nadanya penuh makna tersembunyi. Clara menempatkan vas itu tepat di samping tempat tidur Elara, di mana matanya bisa mengawasi.​Elara merasa tegang. Dia tahu Ariel pasti sudah mencoba menghubunginya, dan bunga ini adalah satu-satunya kesempatan. Dia harus bertindak secara alami.​"Anggrek yang indah, Clara. Terima kasih," jawab Elara, mengambil bunga itu.​Saat ia memuji warna kelopak bunga, jarinya perlahan-lahan menyentuh batang Anggrek. Dia merasakan ada tonjolan kecil yang tidak wajar, sekecil serpihan. Elara tahu itu. Itu adalah pesan Ariel.​"Bisakah Anda mengambilkan buku puisi saya, Clara? Saya merasa ingin membaca beber

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 11 PERANG DINGIN DAN PERANGKAP CERMIN

    Dayang Clara adalah seorang musuh yang licik. Keesokan paginya, Clara bertindak bukan dengan tuduhan langsung, melainkan dengan memisahkan Elara dari satu-satunya sekutunya, Ariel. ​Saat sarapan, Clara mengumumkan, "Tuan Putri, saya telah membuat penyesuaian pada jadwal harian. Pelayan Ariel akan dipindahkan sementara ke Sayap Barat untuk membantu dengan inventarisasi permadani yang rusak. Pekerjaan ini memerlukan tangan yang kuat dan perhatian pada detail, dan saya yakin ia akan berguna di sana." ​Elara merasakan darahnya mendidih, tetapi ia harus menjaga ketenangan. Memprotes akan menegaskan kecurigaan Clara. ​"Oh, Sayap Barat? Betapa membosankan," kata Elara, pura-pura cemberut. "Tetapi saya kira permadani yang sobek adalah prioritas. Anda benar, Clara. Biarkan Ariel pergi." ​Clara tersenyum puas. Itu adalah kemenangan kecil yang memisahkan sepasang sekutu tanpa menimbulkan kecurigaan. ​Setelah Clara pergi, Elara segera mengirimka

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 10 BUKTI DAN PENGAKUAN TANPA KATA

    Ariel menunggu sampai larut malam, jauh setelah seluruh istana terlelap, untuk bertemu Elara. Ia tidak berani menggunakan kode lilin di ambang jendela lagi karena takut Dayang Clara mengawasi. Sebagai gantinya, ia pergi ke tempat teraman—pertemuan mereka di observatorium, dengan asumsi bahwa jika ia ditangkap, setidaknya ia akan ditangkap di dekat Elara. ​Elara sudah ada di sana, menunggu dengan gelisah di bawah teleskop yang diam. Dia tidak memakai jubah tidur mewah malam ini, melainkan gaun yang sederhana, seolah-olah dia siap untuk melarikan diri kapan saja. ​"Anda datang," bisik Elara, lega yang luar biasa memancar dari matanya. ​"Saya berhasil, Tuan Putri," jawab Ariel. Ia mengeluarkan gulungan perkamen yang kusut dan bros naga perak dari balik jubahnya. "Ini adalah surat pemalsuan. Ditandatangani oleh 'Kapten R. Volstov'—nama samaran Varen. Dan ini…" ​Ariel meletakkan bros naga perak di atas meja observatorium. Cahaya bulan memantul dari permukaannya yang mengkilap. ​"Ini j

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status