Accueil / Romansa / PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI / BAB 10 BUKTI DAN PENGAKUAN TANPA KATA

Share

BAB 10 BUKTI DAN PENGAKUAN TANPA KATA

Auteur: Seri E Gulo
last update Dernière mise à jour: 2025-11-02 12:30:10

Ariel menunggu sampai larut malam, jauh setelah seluruh istana terlelap, untuk bertemu Elara. Ia tidak berani menggunakan kode lilin di ambang jendela lagi karena takut Dayang Clara mengawasi. Sebagai gantinya, ia pergi ke tempat teraman—pertemuan mereka di observatorium, dengan asumsi bahwa jika ia ditangkap, setidaknya ia akan ditangkap di dekat Elara.

​Elara sudah ada di sana, menunggu dengan gelisah di bawah teleskop yang diam. Dia tidak memakai jubah tidur mewah malam ini, melainkan gaun yang sederhana, seolah-olah dia siap untuk melarikan diri kapan saja.

​"Anda datang," bisik Elara, lega yang luar biasa memancar dari matanya.

​"Saya berhasil, Tuan Putri," jawab Ariel. Ia mengeluarkan gulungan perkamen yang kusut dan bros naga perak dari balik jubahnya. "Ini adalah surat pemalsuan. Ditandatangani oleh 'Kapten R. Volstov'—nama samaran Varen. Dan ini…"

​Ariel meletakkan bros naga perak di atas meja observatorium. Cahaya bulan memantul dari permukaannya yang mengkilap.

​"Ini jatuh dari celah di langit-langit gudang anggur saat Varen dan seseorang sedang berbicara. Saya yakin itu adalah bros pengawal pribadinya," jelas Ariel. "Pangeran Varen menyimpan arsip rahasianya di ruang bawah tanah, dan kantornya adalah tempat pertemuan rahasia."

​Elara mengambil perkamen itu, matanya menyapu isinya. Tangannya gemetar karena syok dan amarah.

​"Ini dia," desisnya. "Pengkhianatan yang tak termaafkan. Dia mencoba melumpuhkan perdagangan kita. Ayah harus tahu. Sekarang."

​"Tidak, Tuan Putri, belum," Ariel segera memprotes. "Jika Anda memberikannya kepada Raja sekarang, Varen akan menyangkalnya. Bros ini tidak membuktikan apa-apa, dan surat ini bisa dituduh sebagai pemalsuan balasan dari pihak Anda. Varen akan mengatakan Anda putus asa untuk membatalkan pertunangan."

​Elara mendongak, matanya yang indah dipenuhi air mata frustrasi. "Lalu apa, Ariel? Saya tidak bisa menahan pengkhianatan ini selamanya! Setiap hari saya harus menatap mata tunangan saya yang menjijikkan, sementara ia merencanakan kehancuran Astaria."

​Ariel maju selangkah, menatap langsung ke mata Tuan Putri.

​"Kita perlu menanamkan keraguan di benak Raja, Tuan Putri. Biarkan Varen bertindak lagi. Kita akan menahannya sampai ia melakukan kesalahan yang terlalu besar untuk disangkal, dan saat itulah Anda muncul dengan bukti ini."

​Keheningan melingkupi mereka, hanya dipecahkan oleh suara angin malam di menara observatorium. Elara menatap Ariel, melihat bukan lagi seorang pelayan, tetapi seorang strategis yang berani dan percaya diri.

​"Anda mempertaruhkan nyawa Anda untuk ini," kata Elara, suaranya pelan dan penuh makna. Dia mengambil bros naga dan memegangnya. "Jika mereka menangkap Anda, mereka akan menginterogasi Anda sampai Anda menyeret nama saya."

​"Saya tahu. Dan saya akan menanggungnya," jawab Ariel, nadanya adalah janji.

​Elara kemudian melakukan hal yang tidak terduga. Dia mengambil tangan kasar Ariel—tangan yang biasa mencuci pakaian dan membawa nampan—dan membalikkan telapak tangan itu. Dengan ujung jarinya, dia menelusuri bekas luka kecil dan kapalan yang ada di sana, bekas hidupnya yang keras.

​"Saya seharusnya tidak meminta ini dari Anda," bisik Elara. "Anda layak mendapatkan kedamaian, bukan intrik istana yang berbahaya."

​"Kedamaian saya adalah melayani Anda, Tuan Putri," jawab Ariel. Itu adalah pengakuan yang bukan tentang tugas, tetapi tentang hati.

​Elara menaikkan matanya, dan Ariel melihat cerminan jiwanya yang murni dalam tatapan itu. Itu adalah pengakuan tanpa kata, sebuah pemahaman bahwa perasaan di antara mereka jauh melampaui kelas dan tugas.

​Elara menggenggam tangan Ariel dengan erat, seolah-olah tangan itu adalah satu-satunya jangkar di tengah badai.

​"Baiklah. Kita akan menunggu," kata Elara, kekuatannya kembali. "Sekarang, berikan saya bros itu. Saya akan menyimpannya. Saya akan menyembunyikannya di tempat yang tidak akan pernah terpikirkan oleh siapa pun."

​Elara menyembunyikan bros dan perkamen di tempat teraman yang bisa ia pikirkan—di antara halaman-halaman buku doa suci yang jarang ia buka, sebuah ironi yang tajam mengingat sifat terlarang dari aliansi mereka.

​Ariel kemudian bergegas pergi, meninggalkan Elara untuk menghadapi keputusan mengerikan: menunggu dan membiarkan musuh bertindak, atau menyerahkan bukti dan berisiko kehilangan segalanya.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 15 KONSEKUENSI FAJAR DAN PENAHAN VAREN

    Fajar menyingsing membawa kabar buruk bagi Pangeran Varen dan kabar baik yang samar-samar bagi Astaria. Jenderal Kavaleri Cassian kembali ke istana bukan dengan kemenangan perang yang riuh, melainkan dengan laporan tenang tentang ‘pengamanan’ Penyeberangan Sungai Feralis dari pasukan asing yang mencoba menyusup.​Meskipun Cassian menahan diri untuk tidak menyebut nama Varen di depan umum, ia segera meminta audiensi darurat dengan Raja.​Di Sayap Raja, Elara sedang menunggu dengan hati-hati. Ia telah menyerahkan bros naga perak yang diamankan Ariel kepada Cassian, menjelaskan bahwa bros itu adalah petunjuk, dan membiarkan Ksatria tua itu menyusun narasinya.​Tidak lama kemudian, istana diselimuti suasana tegang. Pengawal kerajaan, dipimpin oleh Cassian, diam-diam memasuki kamar Pangeran Varen, menyita barang-barangnya, dan menahannya atas tuduhan yang belum diumumkan.​Raja Astaria, yang biasanya tenang, tampak pucat dan terguncang. Pengkhianatan di istananya sendiri,

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 14 UJIAN API DI BAWAH TANAH

    Malam menjelang serangan yang dijadwalkan. Istana sunyi. Pesta dansa telah berakhir, dan semua orang, termasuk Pangeran Varen yang puas diri, telah pensiun ke kamar mereka. Hanya Dayang Clara yang masih berpatroli, bayangannya melayang di koridor seperti hantu yang bersemangat.​Ariel tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Jaro, pengawal Varen, telah mencari bros naga perak itu dengan putus asa, yang berarti bukti itu sangat penting. Ariel harus memastikan Jaro tidak menemukannya di Sayap Barat.​Ariel tahu bahwa Jaro tidak akan mencari di lokasi tempat bros itu jatuh: gudang anggur tua, tempat yang dianggap terlalu jauh dan terpencil dari urusan istana.​Berbekal senter minyak kecil, Ariel menyelinap keluar dari Sayap Barat, bergerak cepat melalui lorong-lorong pelayanan yang gelap, menuju ke Sayap Anggur, tempat yang ia masuki beberapa hari lalu untuk menemukan dokumen pemalsuan.​Saat ia mencapai gudang anggur, ia mencium bau lumut dan kelembapan, namun juga bau tan

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 13 TOPENG PESTA DAN SENYUM DINGIN

    Dua hari sebelum tanggal serangan yang diperkirakan, istana mengadakan pesta dansa mewah untuk menghormati kedatangan Pangeran Varen dan merayakan pertunangan mereka yang akan datang. Aula dansa berkilauan dengan kristal dan emas, namun bagi Elara, suasana terasa tebal dan menyesakkan. Setiap senyum adalah topeng, setiap sapaan adalah jebakan.​Elara mengenakan gaun sutra berwarna biru tua, warnanya sama gelapnya dengan rahasia yang ia sembunyikan. Di tengah hiruk pikuk musik dan tawa, ia berusaha keras untuk tidak menunjukkan kecemasan di matanya.​Pangeran Varen, di sisi lain, tampak terlalu ceria. Keyakinan dirinya terpancar kuat. Ia percaya bahwa Raja Astaria masih sibuk dengan menu katering, sementara Jenderal Lycia sedang menggerakkan pasukannya.​"Kau terlihat mempesona malam ini, Elara," bisik Varen saat memimpinnya dalam sebuah waltz. Jari-jarinya menggenggam pinggang Elara dengan rasa memiliki yang terlalu kuat.​"Kau juga, Varen," jawab Elara, memaksa seny

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 12 ANGGREK BERACUN DAN KEHENINGAN YANG MEMATIKAN

    Sinar matahari pertama menembus jendela kamar tidur Elara, dan Dayang Clara sudah berdiri di sampingnya, memegang nampan perak yang berisi teh pagi dan, di dalam vas kristal kecil, satu tangkai Anggrek Merah.​“Anggrek dari rumah kaca, Tuan Putri. Saya pikir warnanya sangat cocok dengan suasana hati Anda pagi ini,” kata Clara dengan senyum yang terlalu lebar, nadanya penuh makna tersembunyi. Clara menempatkan vas itu tepat di samping tempat tidur Elara, di mana matanya bisa mengawasi.​Elara merasa tegang. Dia tahu Ariel pasti sudah mencoba menghubunginya, dan bunga ini adalah satu-satunya kesempatan. Dia harus bertindak secara alami.​"Anggrek yang indah, Clara. Terima kasih," jawab Elara, mengambil bunga itu.​Saat ia memuji warna kelopak bunga, jarinya perlahan-lahan menyentuh batang Anggrek. Dia merasakan ada tonjolan kecil yang tidak wajar, sekecil serpihan. Elara tahu itu. Itu adalah pesan Ariel.​"Bisakah Anda mengambilkan buku puisi saya, Clara? Saya merasa ingin membaca beber

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 11 PERANG DINGIN DAN PERANGKAP CERMIN

    Dayang Clara adalah seorang musuh yang licik. Keesokan paginya, Clara bertindak bukan dengan tuduhan langsung, melainkan dengan memisahkan Elara dari satu-satunya sekutunya, Ariel. ​Saat sarapan, Clara mengumumkan, "Tuan Putri, saya telah membuat penyesuaian pada jadwal harian. Pelayan Ariel akan dipindahkan sementara ke Sayap Barat untuk membantu dengan inventarisasi permadani yang rusak. Pekerjaan ini memerlukan tangan yang kuat dan perhatian pada detail, dan saya yakin ia akan berguna di sana." ​Elara merasakan darahnya mendidih, tetapi ia harus menjaga ketenangan. Memprotes akan menegaskan kecurigaan Clara. ​"Oh, Sayap Barat? Betapa membosankan," kata Elara, pura-pura cemberut. "Tetapi saya kira permadani yang sobek adalah prioritas. Anda benar, Clara. Biarkan Ariel pergi." ​Clara tersenyum puas. Itu adalah kemenangan kecil yang memisahkan sepasang sekutu tanpa menimbulkan kecurigaan. ​Setelah Clara pergi, Elara segera mengirimka

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 10 BUKTI DAN PENGAKUAN TANPA KATA

    Ariel menunggu sampai larut malam, jauh setelah seluruh istana terlelap, untuk bertemu Elara. Ia tidak berani menggunakan kode lilin di ambang jendela lagi karena takut Dayang Clara mengawasi. Sebagai gantinya, ia pergi ke tempat teraman—pertemuan mereka di observatorium, dengan asumsi bahwa jika ia ditangkap, setidaknya ia akan ditangkap di dekat Elara. ​Elara sudah ada di sana, menunggu dengan gelisah di bawah teleskop yang diam. Dia tidak memakai jubah tidur mewah malam ini, melainkan gaun yang sederhana, seolah-olah dia siap untuk melarikan diri kapan saja. ​"Anda datang," bisik Elara, lega yang luar biasa memancar dari matanya. ​"Saya berhasil, Tuan Putri," jawab Ariel. Ia mengeluarkan gulungan perkamen yang kusut dan bros naga perak dari balik jubahnya. "Ini adalah surat pemalsuan. Ditandatangani oleh 'Kapten R. Volstov'—nama samaran Varen. Dan ini…" ​Ariel meletakkan bros naga perak di atas meja observatorium. Cahaya bulan memantul dari permukaannya yang mengkilap. ​"Ini j

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status