Accueil / Romansa / PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI / BAB 11 PERANG DINGIN DAN PERANGKAP CERMIN

Share

BAB 11 PERANG DINGIN DAN PERANGKAP CERMIN

Auteur: Seri E Gulo
last update Dernière mise à jour: 2025-11-03 08:31:21

Dayang Clara adalah seorang musuh yang licik. Keesokan paginya, Clara bertindak bukan dengan tuduhan langsung, melainkan dengan memisahkan Elara dari satu-satunya sekutunya, Ariel.

​Saat sarapan, Clara mengumumkan, "Tuan Putri, saya telah membuat penyesuaian pada jadwal harian. Pelayan Ariel akan dipindahkan sementara ke Sayap Barat untuk membantu dengan inventarisasi permadani yang rusak. Pekerjaan ini memerlukan tangan yang kuat dan perhatian pada detail, dan saya yakin ia akan berguna di sana."

​Elara merasakan darahnya mendidih, tetapi ia harus menjaga ketenangan. Memprotes akan menegaskan kecurigaan Clara.

​"Oh, Sayap Barat? Betapa membosankan," kata Elara, pura-pura cemberut. "Tetapi saya kira permadani yang sobek adalah prioritas. Anda benar, Clara. Biarkan Ariel pergi."

​Clara tersenyum puas. Itu adalah kemenangan kecil yang memisahkan sepasang sekutu tanpa menimbulkan kecurigaan.

​Setelah Clara pergi, Elara segera mengirimkan pesan rahasia kepada Ariel yang sudah siap untuk berangkat. Pesannya hanya sepotong kain sutra yang diikat dengan simpul khusus—simpul yang mereka sepakati berarti, Aku melihatmu, hati-hati, dan jangan pernah sendirian.

​Dengan Ariel diasingkan ke sisi lain istana, Elara harus fokus pada pengalihan perhatian Clara.

​Elara teringat bahwa Clara sangat menyukai cermin antik dan selalu berusaha mendapatkan pujian dari para bangsawan. Elara memutuskan untuk menciptakan kekacauan yang akan membuat Clara sibuk dan sibuk sendiri.

​"Clara," panggil Elara saat dayang itu merapikan meja riasnya. "Saya merasa cermin rias porselen ini terlihat kusam. Bukankah lebih baik jika kita menggunakan cermin kuningan dari ruang penyimpanan Paman Tua? Saya ingat Anda pernah mengatakan itu adalah barang antik berharga."

​"Tuan Putri, cermin itu berat dan sangat rapuh," jawab Clara, ekspresi kehati-hatian muncul di wajahnya.

​"Justru itu mengapa ini adalah pekerjaan untuk Anda, Clara," kata Elara, memberikan senyum penuh harapan. "Anda memiliki mata yang paling tajam untuk seni dan memastikan tidak ada yang merusak hiasan kuningan itu saat dibawa ke sini. Saya ingin cermin ini dipasang di sini sebelum Pangeran Varen datang lagi."

​Elara sengaja membuat permintaan ini rumit. Memindahkan cermin kuningan besar itu akan memerlukan beberapa pelayan, berjam-jam pekerjaan, dan, yang terpenting, pengawasan konstan dari Clara untuk memastikan tidak ada goresan pada barang yang sangat dia hargai tersebut.

​Clara tidak bisa menolak. Tugas itu memaksanya untuk meninggalkan sayap Elara dan mengawasi sekelompok pelayan yang sibuk memindahkan barang berat.

​Sementara itu, Ariel tiba di Sayap Barat. Itu adalah tempat yang sunyi, jauh dari mata istana utama. Tugasnya membosankan—menghitung dan mencatat kerusakan pada gulungan permadani. Namun, di antara tumpukan kain tua itu, ia melihat sebuah kesempatan.

​Di belakang tumpukan permadani Burgundy yang tebal, Ariel menemukan jendela kecil yang menghadap ke kebun anggur luar. Itu adalah jendela yang jarang dibuka, dan tampaknya mengarah ke rute tersembunyi bagi para pedagang yang datang dan pergi dari istana.

​Saat ia sedang bekerja, seorang pelayan tua bernama Lysander mendekatinya. Lysander adalah salah satu pelayan paling tua di Sayap Barat, dikenal karena cintanya pada gosip dan ketidakpeduliannya terhadap hierarki istana.

​"Kau anak yang malang," kata Lysander, suaranya serak. "Dayang Clara mengirimmu ke sini untuk memisahmu dari Elara, ya? Dia tidak pernah suka siapa pun yang dekat dengan 'gadis emas' itu."

​Ariel pura-pura terkejut. "Saya hanya menjalankan tugas, Tuan Lysander."

​"Tugas, ya? Nah, dengarkan ini. Beberapa jam yang lalu, saya mendengar bisikan. Pangeran Varen sedang mengatur kedatangan seorang 'utusan rahasia' malam ini di dekat gerbang pedagang Sayap Barat. Dia menyuruh pengawalnya untuk 'tidak meninggalkan jejak.'"

​Ariel merasakan jantungnya berdebar. Utusan rahasia. Di Sayap Barat. Tepat di mana ia berada.

​Tampaknya Dayang Clara, dengan memindahkan Ariel, justru secara tidak sengaja menempatkannya di tempat yang paling tepat untuk mengawasi Varen. Perang dingin telah dimulai, dan Ariel kini berada di garis depan.

Utusan Rahasia dan Bunga Anggrek Merah

​Malam itu, Sayap Barat terasa lebih sunyi dan dingin. Ariel telah menghabiskan sore hari dengan menghitung permadani, tetapi matanya terus tertuju pada jendela kecil yang menghadap ke Gerbang Pedagang. Ia menemukan tempat persembunyian yang sempurna: di balik tumpukan permadani Burgundy yang tebal, menyisakan celah sempit untuk mengamati.

​Menjelang tengah malam, ia mendengar suara derap sepatu kuda yang pelan dan teredam. Seorang pengawal istana membuka gerbang. Masuklah dua sosok. Salah satunya adalah Pangeran Varen, tampak gelisah, sedangkan yang lainnya adalah seorang pria bertubuh besar dengan jubah kulit yang tebal, wajahnya keras dan dipenuhi bekas luka.

​Ariel mengenali lencana di jubah pria itu—kepala serigala yang mengaum, simbol Kerajaan Lycia, sebuah negara yang dikenal karena kekuatan militernya yang agresif di perbatasan Astaria.

​Pria itu adalah seorang Jenderal Lycia. Bukan sekadar utusan, tetapi seorang komandan militer.

​Mereka berbicara dengan nada rendah, tetapi dalam keheningan malam Sayap Barat, suara mereka terdengar jelas.

​"Apakah bijihnya sudah diamankan?" tanya Jenderal Lycia, suaranya seperti batu yang bergesekan.

​"Telah ditahan di pelabuhan selatan, Jenderal," jawab Varen, nadanya sedikit gugup. "Astaria akan lumpuh dalam waktu seminggu. Tanpa bijih besi dari Utara, mereka tidak bisa menempa senjata atau memperbaiki perbatasan. Pertahanan mereka akan melemah."

​"Seminggu terlalu lama," Jenderal itu membentak. "Lycia tidak menunggu. Kita harus bertindak sebelum Raja Astaria sadar bahwa kekurangan bijih ini adalah lebih dari sekadar ketidakberuntungan. Kita akan mengambil alih Penyeberangan Sungai Feralis tiga hari dari sekarang."

​Kata-kata itu menghantam Ariel seperti sambaran petir. Tiga hari. Bukan hanya sabotase ekonomi, tetapi serangan militer di titik strategis paling vital di Astaria.

​Varen tampak terkejut. "Tiga hari? Itu agresif, Jenderal. Ayah Elara akan…"

​"Ayah mertua Anda akan lumpuh. Dan setelah Penyeberangan Sungai Feralis jatuh, kita akan mengontrol rute perdagangan utama, dan Astaria akan tercekik. Lakukan tugasmu, Varen. Pastikan Raja sibuk dengan upacara pertunangan yang bodoh itu dan tetap buta."

​Setelah pertukaran singkat itu, Jenderal Lycia berbalik dan pergi, menghilang ke dalam malam. Varen kembali ke istana melalui pintu samping, wajahnya terlihat pucat karena ketakutan dan kegembiraan yang bercampur.

​Ariel menunggu beberapa saat, gemetar bukan karena dingin, tetapi karena kebenaran yang baru saja ia dengar. Serangan dalam tiga hari. Dia harus memperingatkan Elara, dan itu harus malam ini.

​Tugasnya adalah menyampaikan berita ini tanpa dicurigai oleh Dayang Clara atau pengawal Varen. Mengunjungi observatorium terlalu berisiko.

​Ariel ingat kebiasaan Elara. Setiap pagi, petugas taman akan membawakan satu Anggrek Merah (simbol keberanian di Astaria) dari rumah kaca ke kamar tidurnya.

​Dia mengambil selembar kertas perkamen yang sangat kecil, seukuran kuku jari, dan menuliskan tiga simbol cepat yang telah mereka sepakati sebagai pesan darurat:

​Angka 3 (tiga hari).

​Garis zig-zag melengkung, simbol untuk Sungai (River).

​Sebuah gerbang kecil, simbol untuk Penyeberangan (Crossing).

​Ia kemudian menyelinap keluar dan menuju rumah kaca, mengetahui bahwa ia hanya punya beberapa menit sebelum fajar. Dia menemukan bunga Anggrek Merah yang telah dipotong dan disiapkan untuk Elara. Ariel dengan hati-hati melipat kertas itu sekecil mungkin dan menyisipkannya dengan lem tipis ke pangkal batang anggrek, tepat di bawah mahkota bunga, tempat itu akan tersembunyi dari pandangan kasual, tetapi dapat ditemukan oleh Elara.

​Ariel kembali ke Sayap Barat tepat sebelum fajar. Ia telah mempertaruhkan segalanya, meninggalkan bukti fisik yang sangat kecil di balik bunga kesukaan Tuan Putri.

​Sekarang, yang tersisa hanyalah menunggu dan berharap Elara menemukan pesannya tepat waktu. Jika tidak, bukan hanya takhta Astaria yang akan jatuh, tetapi nyawa ribuan orang juga.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 15 KONSEKUENSI FAJAR DAN PENAHAN VAREN

    Fajar menyingsing membawa kabar buruk bagi Pangeran Varen dan kabar baik yang samar-samar bagi Astaria. Jenderal Kavaleri Cassian kembali ke istana bukan dengan kemenangan perang yang riuh, melainkan dengan laporan tenang tentang ‘pengamanan’ Penyeberangan Sungai Feralis dari pasukan asing yang mencoba menyusup.​Meskipun Cassian menahan diri untuk tidak menyebut nama Varen di depan umum, ia segera meminta audiensi darurat dengan Raja.​Di Sayap Raja, Elara sedang menunggu dengan hati-hati. Ia telah menyerahkan bros naga perak yang diamankan Ariel kepada Cassian, menjelaskan bahwa bros itu adalah petunjuk, dan membiarkan Ksatria tua itu menyusun narasinya.​Tidak lama kemudian, istana diselimuti suasana tegang. Pengawal kerajaan, dipimpin oleh Cassian, diam-diam memasuki kamar Pangeran Varen, menyita barang-barangnya, dan menahannya atas tuduhan yang belum diumumkan.​Raja Astaria, yang biasanya tenang, tampak pucat dan terguncang. Pengkhianatan di istananya sendiri,

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 14 UJIAN API DI BAWAH TANAH

    Malam menjelang serangan yang dijadwalkan. Istana sunyi. Pesta dansa telah berakhir, dan semua orang, termasuk Pangeran Varen yang puas diri, telah pensiun ke kamar mereka. Hanya Dayang Clara yang masih berpatroli, bayangannya melayang di koridor seperti hantu yang bersemangat.​Ariel tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Jaro, pengawal Varen, telah mencari bros naga perak itu dengan putus asa, yang berarti bukti itu sangat penting. Ariel harus memastikan Jaro tidak menemukannya di Sayap Barat.​Ariel tahu bahwa Jaro tidak akan mencari di lokasi tempat bros itu jatuh: gudang anggur tua, tempat yang dianggap terlalu jauh dan terpencil dari urusan istana.​Berbekal senter minyak kecil, Ariel menyelinap keluar dari Sayap Barat, bergerak cepat melalui lorong-lorong pelayanan yang gelap, menuju ke Sayap Anggur, tempat yang ia masuki beberapa hari lalu untuk menemukan dokumen pemalsuan.​Saat ia mencapai gudang anggur, ia mencium bau lumut dan kelembapan, namun juga bau tan

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 13 TOPENG PESTA DAN SENYUM DINGIN

    Dua hari sebelum tanggal serangan yang diperkirakan, istana mengadakan pesta dansa mewah untuk menghormati kedatangan Pangeran Varen dan merayakan pertunangan mereka yang akan datang. Aula dansa berkilauan dengan kristal dan emas, namun bagi Elara, suasana terasa tebal dan menyesakkan. Setiap senyum adalah topeng, setiap sapaan adalah jebakan.​Elara mengenakan gaun sutra berwarna biru tua, warnanya sama gelapnya dengan rahasia yang ia sembunyikan. Di tengah hiruk pikuk musik dan tawa, ia berusaha keras untuk tidak menunjukkan kecemasan di matanya.​Pangeran Varen, di sisi lain, tampak terlalu ceria. Keyakinan dirinya terpancar kuat. Ia percaya bahwa Raja Astaria masih sibuk dengan menu katering, sementara Jenderal Lycia sedang menggerakkan pasukannya.​"Kau terlihat mempesona malam ini, Elara," bisik Varen saat memimpinnya dalam sebuah waltz. Jari-jarinya menggenggam pinggang Elara dengan rasa memiliki yang terlalu kuat.​"Kau juga, Varen," jawab Elara, memaksa seny

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 12 ANGGREK BERACUN DAN KEHENINGAN YANG MEMATIKAN

    Sinar matahari pertama menembus jendela kamar tidur Elara, dan Dayang Clara sudah berdiri di sampingnya, memegang nampan perak yang berisi teh pagi dan, di dalam vas kristal kecil, satu tangkai Anggrek Merah.​“Anggrek dari rumah kaca, Tuan Putri. Saya pikir warnanya sangat cocok dengan suasana hati Anda pagi ini,” kata Clara dengan senyum yang terlalu lebar, nadanya penuh makna tersembunyi. Clara menempatkan vas itu tepat di samping tempat tidur Elara, di mana matanya bisa mengawasi.​Elara merasa tegang. Dia tahu Ariel pasti sudah mencoba menghubunginya, dan bunga ini adalah satu-satunya kesempatan. Dia harus bertindak secara alami.​"Anggrek yang indah, Clara. Terima kasih," jawab Elara, mengambil bunga itu.​Saat ia memuji warna kelopak bunga, jarinya perlahan-lahan menyentuh batang Anggrek. Dia merasakan ada tonjolan kecil yang tidak wajar, sekecil serpihan. Elara tahu itu. Itu adalah pesan Ariel.​"Bisakah Anda mengambilkan buku puisi saya, Clara? Saya merasa ingin membaca beber

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 11 PERANG DINGIN DAN PERANGKAP CERMIN

    Dayang Clara adalah seorang musuh yang licik. Keesokan paginya, Clara bertindak bukan dengan tuduhan langsung, melainkan dengan memisahkan Elara dari satu-satunya sekutunya, Ariel. ​Saat sarapan, Clara mengumumkan, "Tuan Putri, saya telah membuat penyesuaian pada jadwal harian. Pelayan Ariel akan dipindahkan sementara ke Sayap Barat untuk membantu dengan inventarisasi permadani yang rusak. Pekerjaan ini memerlukan tangan yang kuat dan perhatian pada detail, dan saya yakin ia akan berguna di sana." ​Elara merasakan darahnya mendidih, tetapi ia harus menjaga ketenangan. Memprotes akan menegaskan kecurigaan Clara. ​"Oh, Sayap Barat? Betapa membosankan," kata Elara, pura-pura cemberut. "Tetapi saya kira permadani yang sobek adalah prioritas. Anda benar, Clara. Biarkan Ariel pergi." ​Clara tersenyum puas. Itu adalah kemenangan kecil yang memisahkan sepasang sekutu tanpa menimbulkan kecurigaan. ​Setelah Clara pergi, Elara segera mengirimka

  • PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI    BAB 10 BUKTI DAN PENGAKUAN TANPA KATA

    Ariel menunggu sampai larut malam, jauh setelah seluruh istana terlelap, untuk bertemu Elara. Ia tidak berani menggunakan kode lilin di ambang jendela lagi karena takut Dayang Clara mengawasi. Sebagai gantinya, ia pergi ke tempat teraman—pertemuan mereka di observatorium, dengan asumsi bahwa jika ia ditangkap, setidaknya ia akan ditangkap di dekat Elara. ​Elara sudah ada di sana, menunggu dengan gelisah di bawah teleskop yang diam. Dia tidak memakai jubah tidur mewah malam ini, melainkan gaun yang sederhana, seolah-olah dia siap untuk melarikan diri kapan saja. ​"Anda datang," bisik Elara, lega yang luar biasa memancar dari matanya. ​"Saya berhasil, Tuan Putri," jawab Ariel. Ia mengeluarkan gulungan perkamen yang kusut dan bros naga perak dari balik jubahnya. "Ini adalah surat pemalsuan. Ditandatangani oleh 'Kapten R. Volstov'—nama samaran Varen. Dan ini…" ​Ariel meletakkan bros naga perak di atas meja observatorium. Cahaya bulan memantul dari permukaannya yang mengkilap. ​"Ini j

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status