ログインDi dasar Danau Keheningan, atmosfer terasa berat oleh tekanan air dan sisa-sisa energi purba yang membusuk. Ratu Elara II dan Kaelo, mengenakan pakaian selam mekanik yang berat dan kedap tekanan, berdiri di depan sebuah pemandangan yang menakjubkan sekaligus mengerikan. Di sana, di tengah reruntuhan laboratorium rahasia era Theron I yang telah lama tenggelam, tumbuh sebuah ekosistem baru: Nadi Hijau.Penjaga yang TerinfeksiHarapan mereka untuk mengambil sampel lumut bercahaya tersebut terhalang oleh sosok raksasa yang muncul dari kegelapan. Itu adalah Sentinela, sebuah robot prototipe pengawal Theron I. Namun, Sentinela ini tidak lagi terbuat dari baja yang bersih. Tubuhnya telah tertular Karat Jiwa; logamnya mengelupas seperti kulit mati, digantikan oleh jalinan saraf organik dan lumut yang tumbuh secara agresif di dalam sirkuitnya.Sentinela menyerang bukan dengan senjata api, melainkan dengan memancarkan gelombang distorsi memori. Kaelo merasakan kepalanya pening ia tiba-tiba lupa
Dua dekade setelah wafatnya Kaelen Sang Bijaksana, Perserikatan Aliansi Mekanik (PAM) berada di puncak kejayaan teknologinya. Namun, di balik deru mesin uap yang megah, sebuah fenomena mengerikan mulai muncul di pinggiran kota Obsidian dan merambat ke jantung Kael. Fenomena ini disebut oleh para ilmuwan sebagai "The Soul Rust" (Karat Jiwa).Gejala yang Tak Masuk AkalMasalah ini dimulai dari benda mati. Mesin-mesin uap yang baru saja dilumasi tiba-tiba berubah menjadi debu perak dalam semalam. Namun, yang lebih mengerikan adalah dampaknya pada manusia. Para pekerja tambang mulai kehilangan kemampuan untuk mengingat "konsep" tertentu.Seseorang mungkin bangun pagi dan lupa bagaimana cara menggunakan sendok, bukan karena ia kehilangan ingatan motorik, tetapi karena realitas di sekitarnya seolah-olah menghapus "keberadaan" sendok dari pikirannya.Ratu Elara II, putri Kaelen, menghadapi krisis yang tidak bisa dipahat atau diperbaiki dengan kunci inggris. "Ini bukan kerusakan mekanik," lap
Setelah jatuhnya Kravos dan netralisasi Resonansi Merah di Benteng Bayangan (Bab 85), Kerajaan Kael dan Obsidian tidak lagi dikenal sebagai "wilayah temporal". Mereka telah bertransformasi menjadi Perserikatan Aliansi Mekanik (PAM). Keajaiban yang dulu dipuja-puja kini menjadi mitos yang tersimpan di museum, sementara deru mesin uap dan detak roda gigi raksasa menjadi detak jantung peradaban yang baru.Masa Tua sang Pangeran: Arsitek PerdamaianLima puluh tahun telah berlalu sejak pertempuran melawan sisa-sisa Purist. Kaelen-Zephyrus, yang kini dikenal sebagai Kaelen Sang Bijaksana, duduk di kursi taman yang menghadap ke arah Danau Keheningan. Rambutnya sudah memutih sepenuhnya, dan wajahnya dipenuhi garis-garis pengalaman yang menceritakan ribuan keputusan sulit.Di sampingnya tidak ada lagi Nadi Waktu yang berdenyut, namun ada sesuatu yang lebih kuat: sebuah dunia yang ia bangun tanpa paksaan.Aria, yang telah menemaninya sepanjang hidup sebagai permaisuri sekaligus insinyur kepala,
Era "Masa Redup" seharusnya menjadi masa ketenangan, namun bagi mereka yang terobsesi dengan kekuasaan masa lalu, keheningan ini adalah penghinaan. Di kedalaman Benteng Bayangan, Kravos telah menemukan cara untuk memeras sisa-sisa energi dari garis waktu yang telah mati. Ia tidak lagi mencari "Aliran Harmoni" atau "Keteraturan Absolut"; ia mencari Entropi.Kumparan Merah KravosKravos dan pengikutnya berhasil mengubah "Dead Coils" (Kumparan Mati) menjadi senjata yang mengerikan. Dengan menggunakan darah dan kemarahan sebagai katalis, mereka menyalakan kristal-kristal tersebut hingga memancarkan cahaya merah darah. Energi ini disebut sebagai Resonansi Merah—sebuah energi temporal yang korosif yang tidak mengalirkan waktu, melainkan menghancurkannya."Jika kita tidak bisa memiliki Nadi Waktu," geram Kravos saat jeruji selnya mulai meleleh di bawah pengaruh panas merah, "maka tidak ada yang boleh memiliki masa depan."Pelarian dari Benteng Bayangan berlangsung cepat dan brutal. Para
Dunia setelah kunjungan The Watchers of the Void tidak lagi sama. Langit Kael yang biasanya bergetar dengan cahaya kebiruan dari Nadi Waktu kini tampak biru pucat yang tenang, statis, dan bisu. Fenomena "The Great Desync" telah meninggalkan luka permanen: energi temporal yang dulu melimpah seperti air di sungai, kini kering hingga menyisakan genangan-genangan kecil yang tak lagi mampu menggerakkan mesin-mesin besar atau memberikan penglihatan masa depan yang jernih.Kael dan Obsidian kini memasuki era yang disebut "The Dimming" (Masa Redup).Matinya Nadi WaktuRatu Lyra I terbangun dengan perasaan hampa yang menyesakkan. Selama hidupnya, Flow of Harmony adalah kompas yang menuntun setiap langkahnya. Kini, ketika ia mencoba menjangkau aliran waktu, ia hanya menemukan kegelapan yang tenang. Kemampuannya untuk melihat jalur-jalur masa depan telah hilang sepenuhnya."Aku buta, Zephyr," bisik Lyra saat mereka berdiri di balkon istana, memandang kota yang mulai berdenyut tanpa bantuan
Kedamaian yang baru ditemukan setelah pengorbanan Pangeran Kaelen-Zephyrus di Lembah Keheningan ternyata hanyalah ketenangan sesaat sebelum badai kosmik melanda. Selama berabad-abad, Kael menganggap bahwa waktu adalah milik mereka untuk diatur, dilindungi, atau diadaptasi. Namun, mereka lupa bahwa aliran waktu yang mereka manipulasi adalah bagian dari samudra yang jauh lebih luas, yang memiliki penjaganya sendiri: The Watchers of the Void (Para Penjaga Kehampaan).Sinyal yang Tak TerbendungSemuanya dimulai dengan fenomena yang disebut "The Great Desync" (Desinkronisasi Besar). Di seluruh Kael dan Obsidian, instrumen temporal mulai berperilaku aneh. Jam mekanis di Obsidian berdetak dengan ritme yang tidak konsisten, sementara Nadi Waktu para peramal di Akademi Nadi mulai memancarkan warna abu-abu yang mati, bukan cahaya kebiruan yang biasanya.Ratu Lyra I merasakan getaran ini di dalam tulang-tulangnya. Flow of Harmony yang biasanya membimbingnya kini terasa seperti radio yang pe







