Calvin mendadak gemetar, sikap arogannya yang dari tadi, seketika hilang begitu saja, wajahnya terlihat memerah karena merasa dipermalukan, Dia memandang ke arah Tuan Indra dan anggota lain yang tadi mendukungnya, tetapi mereka sedikitpun tak mau memandang ke arahnya, seolah acuh dan tak peduli padanya.
"Sial! Gue dimanfaatin para pria tua bangka ini" gerutu Calvin dalam hati.
"Kenapa Anda diam saja Tuan, or Mr. Calvin?" Tanya Nyonya Sandra lagi dan sedikit mengolok.
"Maaf Nyonya, atas kelancangan sikap dan kata-kata Saya, silahkan Anda teruskan dan Saya akan menyimak setiap penjelasan Anda" jawab Calvin begitu terdesak, mau tidak mau Dia harus meminta maaf, jika tidak, bisa saja Nyonya Sandra menendangnya, orang seperti Nyonya Sandra tidak akan merasa takut kehilangan sahamnya yang hanya beberapa persen itu, belum lagi begitu sulit mendapatkan posisi nya hingga saat ini, jika Dia ditendang dari Rashaad Group, orang tuanya pasti akan murka dan memberikan kepemimpinan perusahaan pada adik laki-lakinya yang masih kuliah yaitu Carlie.
"Baiklah, buang-buang waktu saja jika saya berdebat dengan Anda Mr. Calvin, tetapi jika Anda tidak nyaman, silahkan saja Anda angkat kaki keluar atau Anda bisa mengambil semua saham Anda lalu pergi dari Perusahaan ini" ucap Nyonya Sandra lagi.
Semua orang terdiam, mereka tak pernah melihat Nyonya Sandra semurka ini sebelumnya, Nyonya Sandra adalah Nyonya kaya yang sopan dan tak pernah memperdulikan masalah sepele seperti tadi. Dia paling tidak suka berdebat, Dia yang paling sabar dan Dia yang paling takut kehilangan partner meskipun Partner tersebut hanya memiliki 0,1% saham saja, tetapi kali ini bahkan Calvin yang memiliki saham terbanyak yaitu 5%, Sandra akan menendangnya karena merasa kesal.
"Tidak Nyonya, mohon maafkanlah atas kelancangan Saya tadi Nyonya, selamanya Saya akan setia dengan perusahaan Anda, tolong lupakan kelancangan Saya tadi" ucap Calvin lagi memelas, sambil menggerutu di dalam hatinya, "Sial! Mana semua tua bangga yang tadi bilang akan mendukungku? Bahkan saat aku terdesak dihina seperti ini pun mereka tak mempedulikanku"
"Bisakah kita teruskan Nyonya, tenanglah Nyonya, jernihkan pikiran Anda" ucap Tuan Weber dan Tuan Abraham pun ikut berbicara "tenanglah, tenang nak" menenangkan Nyonya Sandra yang meskipun usianya jauh dibawah mereka tetapi mereka sangat menghormatinya.
"Terima kasih Mr. Weber, Mr. Abraham, maafkan Saya karena larut dalam situasi tadi, baiklah selanjutnya Saya akan menjawab dulu pertanyaan dari Tuan Billy, kenapa Saya menyembunyikan putra Saya selama ini, yah seperti yang Anda tahu, untuk menyikapi hal semacam ini, perebutan kekuasaan dan penghianatan antar anggota, Saya hanya ingin mengetes siapa yang setia dengan perusahaan Saya dan siapa yang musuh dalam selimut disini, kenapa Saya berbicara seperti ini, karena jujur saja, Pimpinan sekarang sedang kritis karena ada seseorang yang ingin membunuhnya kemarin" ucap Nyonya Sandra.
Semua anggota tercengang begitu kaget saat mendengar penjelasan Nyonya Sandra.
Apalagi Calvin, Dia mendadak menjadi begitu gelisah dan panas dingin, bagaimana mungkin tidak gelisah, karena di awal tadi dia sudah berbicara jika Pimpinan sedang kritis padahal Nyonya Sandra belum membocorkan kejadian ini pada mereka, dengan kata-katanya tadi maka otomatis Nyonya Sandra dan yang lainya akan mencurigai dia yang bermaksud menganiayanya, "Pantas saja Nyonya Sandra tadi ingin menendangku, bukankah Dia mencurigaiku?" Ucap Calvin di dalam hati.
"Bagaimana keadaan Pemimpin saat ini Nyonya?" Tanya Tuan Andi begitu cemas."Apa yang terjadi sebenarnya Kak?" Tanya Benny."Maafkan kelancanganku tadi Kak, tapi sungguh Aku tidak pernah bermaksud menggantikan pemimpin apalagi berkhianat padanya Kak, bagaimana keadaan Kakak Ipar saat ini?" Tanya Billy.Sedangkan yang lainya hanya tertegun menunduk, mereka tidak percaya jika ada orang sekeji itu, Nyonya Sandra tak memperdulikan rentetan pertanyaan terhadapnya yang dimana mereka begitu mencemaskan keadaan suaminya, Dia terlihat memperhatikan wajah mereka satu persatu, tak ada yang terlihat aneh, hanya Calvin saja yang bersikap biasa, sehingga Nyonya Sandra menaruh sedikit kecurigaan terhadapnya."Mohon maaf Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Tuan-Tuan semua, kita fokus ke meeting hari ini saja, yaitu pemilihan Pemimpin baru atau pembaharuan kepemimpinan yah, untuk yang curiga terhadap putera Saya, Saya akan menyuruh Pak Yosef membagikan biodata putera Kami
"Kenapa Nak, kejebak macet?" Tanya Nyonya Sandra, aktingnya sungguh natural."Iya Bu" jawab Aditya pendek."Mr. Weber ini Putra Saya, Aditya Rashaad" ucap Nyonya Sandra sambil menggandeng lengan Aditya.Semua anggota terkagum-kagum dengan kegagahan Aditya, Pemuda ini begitu mirip dengan Pemimpin yaitu Tuan Fajar Rashaad.Dengan kedatangan Aditya tentu saja kepemimpinan tidak terelakan lagi jatuh kepada Aditya, Nyonya Sandra merasa begitu lega karena situasi yang sempat membuatnya putus asa, sekarang sudah aman, Dia bisa mengamankan posisi Suaminya.Aditya dibawa oleh Tuan Weber dan diperkenalkan dengan semua anggota, tidak ada yang janggal disini, semua anggota pemilik saham terlihat begitu senang saat berkenalan dan bersalam
"Terima kasih Paman Yosef" ucap Aditya pada Yosef."Tidak usah sungkan Tuan muda" jawab Yosef kemudian pergi ke samping meja Pemimpinnya untuk membereskan berkas yang dipersiapkan untuk dipelajari oleh Aditya."Selamat yah Tuan muda untuk jabatan Anda sekarang, di usia Anda yang masih sangat muda ini sudah harus mengemban tugas yang begitu berat tetapi jangan khawatir Kami akan membantu Anda" ucap Tuan Weber."Iya Tuan muda, hal apapun yang ingin Anda tanyakan tolong jangan sungkan" sahut Tuan Abraham."Terima kasih Tuan-Tuan, tentu saja Saya membutuhkan kerja sama Anda berdua, karena Saya masih buta dalam hal kepemimpinan ini, kalau tidak karena Ayah tiba-tiba mengalami kecelakaan kemarin, mungkin hari ini Saya tid
"Baiklah Tuan Muda, jika begitu Saya jadwalkan dari sekarang yah untuk daftar tamu Anda?" Tanya Paman Yosef."Oke, terserah Paman saja bagaimana baiknya" jawab Aditya lagi.Tuan Weber dan Tuan Abraham berdehem dan saling memandang, mereka menilai sikap Aditya begitu tegas, selama ini tidak ada yang berani menolak Tamu, siapapun itu orangnya jika Pemimpin yang menerima pasti Dia akan berusaha menemuinya meskipun beliau sangat sibuk dan Aditya tak peduli dengan penilaian mereka. Meskipun begitu Tuan Weber merasa tersanjung karena Aditya berani menolak Tamu lain saat masih berbincang dengan nya."Baiklah Tuan Muda, tampaknya Anda begitu sibuk, ini hari pertama Anda Tuan, mohon untuk tidak membuat seseorang marah dulu hehe" ucap Tuan Weber kemudian terkekeh.
Sekarang Aditya terjebak dalam masalah perusahaan, semakin murka dan bencinya Dia kepada Ayahnya karena sudah melibatkan nya sedalam ini, merenggut kebebasan hidup nya dan Ibu nya.Kring …Suara telepon membuyarkan pikiran Aditya yang sangat kacau, Dia segera memencet tombol terima."Iya" jawab Aditya ketus."Aditya, segera keruangan Saya" terdengar suara Nyonya Sandra di ujung telepon."Baiklah" jawab Aditya tak bisa menolak, kemudian menutup telepon dan segera berdiri, berjalan keluar dari kantornya menuju kantor Nyonya Sandra yang terletak di lantai bawah, tepatnya berjarak satu lantai dari kantornya yang berada di posisi paling atas.
"Meskipun begitu seharusnya kalian tetap mendukungku, Aku masih hidup lho meskipun Kakak Ipar kalian tidak ada?" Tanya Nyonya Sandra, "harusnya apapun yang terjadi kalian tetap melindungiku, bukan sebaliknya, kalian ingin menyingkirkanku dan menjadi pemimpin yang baru, nah untuk alasan inilah Aku menyembunyikan Putraku, Aku pikir strategi Ayahku dulu ini hanya ada di film-film, ternyata Aku mengalaminya sendiri" ucap Nyonya Sandra."Apa? Strategi Ayah?" Tanya Tuan Billy tergagap."Iya, Ayah menyuruhku menyembunyikan Putra atau Putriku jika kelak Kami memilikinya dan Aku menurutinya, benar saja perkataan Ayah, tetapi Aku tidak menyangka jika penghianatnya itu adalah saudaraku sendiri" jawab Nyonya Sandra terdengar begitu kesal.Aditya hanya duduk sambil memainkan kuku-kuku ta
"Ibu belum istirahat?" Tanya Adit pada Ibunya."Hrm ….Bibi!" Seru Nyonya Sandra, mengingatkan Adit agar tidak lupa jati dirinya."Tapi inikan di tempat tersembunyi" jawab Aditya sedikit marah."Sssttt, sudah Nak, benar kata Nyonya besar, biasakan Adit memanggil Ibu dengan sebutan Bibi" ucap Aletta menenangkan putranya tersebut sambil mengelus-elus dadanya.Aditya tak bisa melawan perkataan Ibunya tersebut, seperti biasa Dia selalu menuruti apapun perkataan dan perintah Aletta membuat Sandra Iri akan hal tersebut."Baiklah Bi-bi" ucap Adit terbata.Saat Ibu anak itu sedang berbincang, sementa
"Hey ….Rupanya kamu disini?" Tanya seseorang tiba-tiba. Saat Aditya melihatnya tampak Dia acuh dan merasa sangat terganggu dengan kehadiran orang yang menyapanya yaitu dokter Catrina. "Lagi apa sih?" Tanya Catrina sok kenal sok dekat. Aditya hanya meliriknya sejenak, "sedang duduk" jawab Aditya singkat. "Tau kamu lapar, Aku pasti bawain makanan tadi" ucap Dokter Catrina lagi. "Tidak perlu repot-repot" jawab Aditya dingin. "Ayo dimakan" perintah Dokter Catrina, masih belum peka jika Aditya tidak ingin diganggu saat ini. "Bagai