Share

Bab 2

Penulis: Pena_Kinan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-20 14:21:03

PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA

BAB 2

Aku meninggalkan Mas Bayu yang masih berdiri di teras. Pergi menuju pasar menggunakan motor matic milikku. 

Tidak lupa aku mampir terlebih dahulu ke  ATM yang tidak jauh dari pasar. 

"Astagfirullahaladzim, apa-apaan ini?!"

***

Mataku melotot seakan ingin keluar dari tempatnya. Bagaimana tidak, uang yang berada di ATM semula berjumlah puluhan juta, dan berkurang lima juta dan kini tinggal satu juta saja. Astagfirullahaladzim, Mas Bayu benar-benar keterlaluan. 

Aku langsung mengambil semua uang yang tersisa. Daripada nanti berkurang kembali, aku tidak pernah habis pikir. Mas Bayu mengambil uang tabungan tanpa berbicara dulu kepadaku. Sesibuk-sibuknya aku di warung, jika hanya sekedar bicara apa susahnya. 

Ah, ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus mencari tahu kemana semua uang-uangku selama ini. Jika hanya sekedar membeli rokok, bukankah gaji Mas Bayu sendiri cukup untuk membelinya. Kenapa harus mengambil tabungan segala sih, pasti uang itu untuk keperluan yang lain. 

Aku langsung bergegas pergi ke bank terdekat. Membuka rekening baru atas namaku sendiri, yang pasti tanpa sepengetahuan Mas Bayu. Biarkan saja, yang mereka tahu aku tidak mau membuat rekening karena malas mengantri. 

Awas, saja kamu Mas. Jika kamu ketahuan macam-macam. 

Aku bergegas kembali ke pasar, membeli sayuran yang akan diolah esok hari. Ada tahu, tempe, kentang, cabe maupun telor. Ada beberapa bumbu dapur yang lain. Tidak lupa membeli buah jeruk kesukaan Mas Bayu, sebesar apapun aku saat marah. Aku tetap masih memikirkan lelaki yang bergelar suami itu.

Aku langsung membawa beberapa kantong belanjaan ke warung. Disana sudah ada dua karyawan ku yang menunggu, menyiapkan beberapa wadah. Satu persatu tahu maupun tempe dipotong sesuai selera. Tidak lupa memotong cabe kecil-kecil untuk dimasak tumis. 

Aku pun ikut sibuk menyiapkan dagangan untuk esok hari. Namun alangkah terkejutnya aku ketika Ibu mertua datang ke warung dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak.

"Arum!" Teriak Ibu mertua membuatku langsung menoleh ke arahnya.

"Ada apa, Bu?" tanyaku bingung, entah mengapa wanita paruh baya itu tiba-tiba marah.

Datang dengan mimik muka yang begitu masam, jarak antara warung dengan rumah memang tidak terlalu jauh. Hanya kisaran satu kilometer saja, namun karena Ibu mertua sudah berumur. Sehingga nafasnya tersengal-sengal saat tiba di warung.

"Kamu ini gimana sih, main pergi-pergi saja."

"Lha, kan Arum sudah pamit sama Mas Bayu. Lagian sudah menjadi kebiasaan Arum kalau jam segini ada di warung, Bu. Makanan juga sudah aku siapkan di meja makan." 

"Ibu minta uang buat belanja!" Tangan Ibu menengadah. Aku dan juga kedua karyawan ku lainnya saling melempar pandangan. Tidak salahkah Ibu meminta uang kepadaku?

"Maaf, Bu. Arum nggak ada duit!"

"Wah, kamu bener-bener ngelunjak ya Rum, kamu itu baru saja ambil tabungan kan? Jangan kamu pikir Ibu tidak tahu ya, dalam tabungan itu ada uang Bayu. Jadi Ibu berhak atas uang Bayu, Bayu itu anak Ibu. Jadi sini mana uangnya, jangan-jangan kamu habiskan untuk beli baju baru?"

"Astagfirullahaladzim, Bu. Ibu ini bicara apa sih?"

"Sudah … jangan keras-keras. Malu di denger sama pelanggan, lagian kamu itu Rum. Bukannya pulang dulu ke rumah malah langsung ke warung. Sini mana uangnya! Kamu abis ngambil tabungan kan?" Tiba-tiba Mas Bayu sudah berada di belakang Ibu. Entah mereka tadi datang bersamaan atau sendiri-sendiri. Yang pasti Ibu dan Mas Bayu kini berdiri dihadapanku. Aku yang tengah memotong cabe pun akhirnya menghentikan aktivitas ku lalu beranjak dari tempat duduk. Mengambil dompet lalu mengambil benda pipih yang tadi aku rebut dari tangan Mas Bayu.

"Seharusnya yang nanya itu aku, Mas. Uang sebanyak itu kenapa bisa habis?! Ha? Kemana? Kenapa kamu nggak pernah bilang sama aku! Ha? Dan sekarang kamu dan juga Ibu meminta uang kepadaku? Kamu nggak punya malu atau urat malumu sudah putus sih, Mas?" Aku hilang kendali juga akhirnya, setelah terik matahari menyengat kepalaku. Kini justru kedatangan Mas Bayu dan juga Ibu mertua menyengat emosiku.

"Astagfirullahaladzim, Arum! Kamu mau durhaka sama suamimu! Kamu nggak punya sopan santun, blas. Ini … ini yang buat Ibu nggak pernah suka sama istri kamu, Yu. Berani sama suami berani sama orang tua! Pantas saja kamu itu mandul!" Ibu berbicara lantang. 

Allahuakbar, kalau bukan orang tua mungkin wanita tua yang yang ada di hadapanku saat ini sudah aku cubit bibirnya yang terus saja nyerocos itu. 

"Mbak Arum kami pulang dulu ya?" Kedua karyawan ku akhirnya pamit. Setelah mendengar dan melihat perdebatan antara aku dan juga Ibu mertua. Mereka sudah hafal betul bagaimana watak Ibu mertuaku.

"Iya, maaf ya." Aku mengizinkan mereka pulang lebih dulu. Tidak mungkin aku membiarkan orang lain menonton drama rumah tanggaku. 

Aku menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, lalu mengeluarkannya secara perlahan. Aku menjatuhkan bobot tubuhku di kursi pelanggan, beruntung semua pelanggan ku sudah tidak ada lagi.  Kini tinggal Mas Bayu dan juga Ibu mertua.

"Nih, ATM yang tadi aku ambil dari kamu, Mas. Tapi tolong jelaskan kepadaku, dimana uang-uang tersebut." Kini suaraku mulai terdengar lebih tenang.

Mas Bayu pun terlihat melirik ke arah wanita yang ada di sebelahnya, sesekali menatap langit-langit warung. Entah mencari keberadaan cicak atau apa aku juga tidak mengerti. Yang pasti Mas Bayu tidak langsung jawab pertanyaanku.

"Mas, saya tanya sekali lagi. Uang tabungan kita kemana?" 

"Kan Mas Bayu sudah bilang tadi, kalau di pinjem Agus buat bayar kontrakan."

"Ow ya? Hanya lima juta saja? Terus kemana uang  yang lain?"

"Yang lain masih utuh di dalam ATM itu!" Mas Bayu terbelalak ketika mendengar aku bertanya perihal uang yang lain. 

"Nggak ada!"

"Ada, Rum." Mas Bayu masih mengelak.

"Coba kamu lihat aplikasi kamu, Mas. Kamu cek sendiri. Berapa sisa uang uang ada di atm ini. Coba kamu cek sekarang!" Dengan patuh dan sedikit tergesa-gesa, Mas Bayu membuka aplikasi berwarna biru. Menekan kata sandi lalu mencari tahu saldo di balik buku rekening miliknya. Alangkah terkejutnya lelaki itu, ketika uang yang ada didalamnya sudah habis. Tinggal lima puluh ribu saja.

"Rum, kemarin masih sejuta kok!"

"Iya, Mas sejuta. Yang Arum tanya kan kenapa tinggal sejuta? Selama ini kamu gunakan untuk apa uang yang lain?"  Mas Bayu kembali terdiam. Aku benar-benar gemas melihat tingkah lelaki satu ini. Kalau mem*tilasi orang bukanlah suatu tindakan Pidana, sudah aku lakukan dari tadi.

"Jawab, Mas!"

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
for you
sabar amata sih kalau aku dah tak tonjok tuh muka bayu biar ga goblok
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 138

    Bayu bergegas pergi meninggalkan penjual Bakso. Mengambil tas dan juga perlengkapan lainnya. Tidak lupa Bayu menyerahkan uang untuk membayar Bakso. Setelah selesai. Bayu kembali menghampiri Arum."Tenang, Nak. Nanti Emak ke situ sama Bude Nanik. Kamu yang tenang ya. Dimana Bayu?""Ini, Mak. Dia sudah selesai memasukan perlengkapan aku di mobil.""Ya sudah bilang sama dia nggak usah khawatir. Kamu buat jalan santai saja. Jangan melakukan pekerjaan berat ya. Apalagi naik tangga, berbahaya. Jalan santai aja di lantai bawah. Keramik di tempatmu kan licin.""Iya, Mak." Setalah mengucapkan salam Arum menutup teleponnya. "Aku sudah bilang sama Emak. Dia mau ke sini sama Bude. Kebetulan Bude lagi di rumah.""Ya sudah kalau begitu. Gimana perut kamu masih sakit?""Udah nggak kok, Mas. Nanti teras mules hilang lagi mules lagi hilang lagi. Begitu saja terus.""Alhamdulilah, kalau begitu. Semoga nanti kamu dilancarkan ya sayang.""Permisi, baksonya Mas.""Oh, ya. Terima kasih banyak, Pak." Dua m

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 137

    Kesempatan kedua dan akhir dari perjuangan"Sesuatu? Apa?"Sebuah kertas berwarna putih disodorkan Arum. "Apa ini?" "Buka aja, Mas," pinta Arum membuat Bayu tersenyum bersamaan dengan rasa penasaran.Perlahan tapi pasti lelaki itu membuka kertas itu. Dibacanya dengan seksama. Bayu tersenyum, lalu pandangannya tertuju pada Arum. ****"Ini beneran?" tanya Bayu. Hanya dijawab dengan anggukan kepala sang istri. Bayu memeluk erat tubuh Arum. Tatapannya tidak lepas pada sebuah surat. Surat yang menyatakan bahwa Arum bisa kembali hamil tentunya dengan pengawasan dokter kandungan. "Alhamdulilah, semoga nanti kedepannya kamu bisa secepatnya hamil lagi.""Amin, Mas." ****Satu tahun kemudian.Arum berjalan bergandengan dengan Khaila. Melewati orang-orang yang tengah berjalan menikmati indahnya sore hari. Bayu menatap wanita itu dari kejauhan. Menyungging senyum penuh kebahagiaan. Akhirnya apa yang ia tunggu selama ini tercapai juga. Arum terlihat begitu kesusahan berjalan. Kehamilan yang m

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 136

    "Kamu tega, Mas," ucap Rani di sela-sela tangisnya. Dia menelan ludahnya dengan susah payah. Membenarkan posisi duduk menjadi memeluk lutut menangis dalam dekapan sendiri. Tidak ada orang tua, anak maupun siapapun yang melapangkan hati Rani.Rani berada di titik terendah. Dimana hati, jiwa dan raganya terluka. Sebuah pertanggungjawaban atas apa yang ia lakukan. Penyesalan teramat dalam selama hidupnya. ******"Kamu udah putusan, Gus?" tanya Bayu di sela-sela makan malam. Ya, hari ini Bayu bersama Khaila dan juga Arum makan malam bersama di rumah Bayu. Agus berubah. Satu persatu hutang-hutang yang pernah melilitnya ia bayar. Memberikan kehidupan yang layak sebagai seorang anak pada Khaila. Mencurahkan waktu dan juga kasih sayang. "Alhamdulilah sudah, Mas. Keputusan langsung dikirim ke lapas.""Rani gimana? Kamu nggak pernah jenguk dia? Sudah sebulan ini dia disana!" tanya Arum. Bagaimanapun Rani pernah menjadi bagian hidup Agus. Pernah memberi Khaila untuknya."Nggak lah, Mbak. Aku

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 135

    KARMARani menikmati dinginnya lantai di dalam penjara. Sepi, sedih dan juga terkekang. Di tempat riuhnya banyak orang yang tengah berbincang, Rani menunduk, dia tidak berani menatap orang-orang yang ada di sekelilingnya. Rani berharap mukjizat akan datang. Dia percaya Arum akan datang dan memintanya pulang. Namun, satu hari dua hari hingga satu bulan lamanya tidak jua ia dapati sosok yang dinanti. "Mbak, Rani minta maaf, Mbak. Rani khilaf. Rani tidak bermaksud mencelakai Mbak dan juga janin yang ada di kandungan Mbak. Aku harap Mbak Arum mau memaafkan aku. Aku harap Mbak Arum mau memberiku kesempatan. Huhuhu …." "Kesempatan kamu bilang? Terlambat! Kamu pantas di penjara, Rani!" ucap Arum tidak peduli. Sorot matanya tajam penuh kebencian. "Tapi Mbak. Khaila bagaimana? Bagaimana dengan anakku, Mbak? Dia masih butuh aku, masih butuh kasih sayang seorang Ibu!""Aku akan menjaga Khaila. Jauh lebih baik daripada kamu. Sebelum kamu bertindak seharusnya kamu lebih dulu berpikir. Hidup

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 134

    Ternyata Ratih tengah diuji. Dia kehilangan banyak uang karena suaminya tertipu investasi bodong. Terjawab sudah kenapa beberapa waktu lalu dia meng gadai rumah pada Hendra, suami Nanik.Kini Ratih juga bekerja di warung Arum. Namun hari ini dia tidak bisa datang ke rumah Arum dikarenakan ada kepentingan di sekolah putranya. Khaila terlihat duduk dipangkuan Agus, lelaki itu tengah mengajukan perceraian kepada pengadilan agama. Dia memutuskan berpisah dengan Rani. Agus kini memulai hidup baru. Bekerja menjadi salah satu karyawan Arum tentunya. Berjalan dari bawah bersama sang putri. Dimana saat ini di jaga oleh Arum. Khaila kini sudah bersekolah. Meskipun masih taman kanak-kanak."Bagaimana, Yu. Kamu di sana sehat-sehat kan?" tanya Marni pandangannya tidak lepas pada Bayu. Arum yang tengah menuangkan minuman hangat lantas melirik sekilas kearah ibunya. "Alhamdulilah, Mak. Sehat, banyak doa yang Bayu panjatkan di sana. Untuk almarhum Ibu dan juga untuk Arum." Bayu menatap Marni namun

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 133

    "Jawab, Agus. Apakah surat itu ada ditanganmu!" Bowo kembali bertanya.Agus diam. Dia menatap Khaila kemudian pandangannya beralih kepada Bowo lalu Ranti.****"Ada pada saya, Pak!""Ada pada kamu?! Lantas kenapa kamu tidak memberikan kepada Rani? Kamu tahu kan dia di tempat kedua orang tuanya.""Saya-""Bapak kecewa sama kamu!""Hu … hu … papa!" Teriak Khaila membuyarkan pandangan Agus yang mulai mengabur karena airmatanya yang hampir jatuh."Kamu anggap apa anakku Rani? Dia sudah menemani kamu dari nol. Dan sekarang kau campakkan dia! Membiarkan dia dibawa polisi dengan paksa?""Rani kelewatan, Pak. Saya sudah bicara kepada Mas Bayu dan juga Mbak Arum. Kata mereka Rani mendorong Mbak Arum hingga terjatuh!""Lantas kamu diam saja!""Ini menyangkut nyawa, Pak. Saya juga sedih tapi Rani harus mempertanggung jawabkan perbuatannya!"Plak"Pergi dari rumah ini! Bawa Khaila bersamamu!" Tamparan itu mendarat di pipi Agus. Khaila berteriak histeris. Lelaki paruh Baya itu mengepalkan tangan.

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 132

    Kedua orang itu masuk kedalam rumah. Bowo memberi jalan. Sedangkan Ranti yang berhasil sampai di dekat Bowo. Menatap nanar ke arah suaminya. Bowo mengangguk. Membiarkan kedua orang itu bekerja sesuai tugasnya."Pak, tapi saya hanya mendorong pelan kok. Mana mungkin anaknya Mbak Arum meninggal. Nggak usah lebay deh!" Rani berteriak. Ia mengusap kasar jejak air matanya. Yang tidak dipungkiri begitu takut jika itu terjadi."Silahkan Anda jelaskan dikantor. Silahkan ikut kami."Semula kedua polisi itu bersikap sopan. Berharap Rani tidak memberontak lantas dengan kesadaran berjalan beriringan namun sayang, Rani membelot. Seolah dia ingin lari dari kedua orang itu. Terpaksa Rani harus ditarik dengan paksa menuju mobil polisi. Sebenarnya beberapa waktu lalu pihak polisi sudah mengirim surat panggilan kepada Rani untuk datang ke kantor polisi namun sayang surat itu tidak pernah ia terima. Karena alamat yang dituju adalah alamat dimana rumah Rani tinggal bersama Agus. Entah mengapa Agus tidak

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 131

    Arum memandikan anak itu lalu mengganti pakaiannya dengan pakaian Khaila yang dulu tertinggal. Lalu dia mengajak anak itu untuk makan. Dan terakhir Khaila tidur siang dikamar. Bayu tengah umroh bersama teman-temanya. Sudah tujuh hari lamanya, sebentar lagi dia akan pulang. Selama Bayu tidak ada di rumah Khaila akan menjadi teman tidurnya.*****"Khaila, beresin mainan kamu! Berantakan tau!" teriak Rani. Wanita itu berkacak pinggang di hadapan Khaila. Khaila yang semula anteng bermain boneka seketika menunduk. Dia takut melihat sang Ibu yang tengah melotot ke arahnya.Sudah beberapa hari ini dia tidak masuk bekerja. Entah bagaimana nasibnya. Mungkin akan mendapat surat pemecatan karena dia sering absen datang ke tempat kerja. Padahal dia harus mencukupi kebutuhan Khaila, dimana saat ini Agus tidak cukup bisa diandalkan."Apa-apaan sih kamu?! Anak itu diajari bukan dimarahi!" sahut Bowo, ayah Rani. Dia terlihat meraih tangan cucunya lalu membantu memunguti mainan."Kita beresin sama-

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 130

    "Nggak usah repot-repot, Mbak.""Nggak papa." Arum berjalan ke dapur. Menyiapkan pisang goreng dalam piring. Tidak lupa membuatkan kedua ayah dan anak itu minuman. Arum kembali ke ruang tamu tentunya dengan nampan yang ada di tangan."Silahkan diminum cantik, pisangnya dimakan ya!" pinta Arum membuat Khaila tersenyum."Kamu belum daftarkan dia ke sekolah?" tanya Arum pandangannya kini tertuju pada Agus yang tengah menyesap teh."Belum, Mbak. Belum ada uang!""Terus selama ini kamu ngapain saja di rumah?""Khaila nggak ada yang jaga, Mbak. Aku nggak enak jika harus menitipkan dia sama Mbak terus.""Kalau kamu nggak kerja. Gimana sekolah Khaila? Gimana makan dia?"Agus hanya diam. Bagaimanapun dia tetap saudara kandung Bayu. Bagaimanapun juga dia tetap memikirkan Khaila. Khaila anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Dan lihat, dia tidak mau minum teh itu maupun mengambil makannya. Padahal dulu, dia sangat cerewet dan juga manja jika dengan Arum."Sayang, kok nggak makan?" tanya Arum. Dia

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status