Share

PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA
PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA
Author: Pena_Kinan

Bab 1

Author: Pena_Kinan
last update Huling Na-update: 2022-09-20 14:16:00

PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA

Bab 1

"Mas, kenapa tabungan kita tinggal segini?" tanyaku pada Mas Bayu, suamiku. Matanya melirik sekilas pada buku rekening yang aku sodorkan.

"Iya, Agus harus bayar uang kontrakan."

"Lha? Apa hubungannya sama kita, Mas? Bukannya Agus sudah kerja? Istrinya juga kerja! Lantas kemana saja uangnya? Kenapa kamu juga pakai uang ini nggak bilang sama aku! Ini sebagian besar uang aku lho, Mas. Kamu nggak bisa pakai uang ini tanpa bicara dulu sama aku!" Emosiku meledak juga pada akhirnya.

"Jangan pelit-pelit sama adik sendiri! Inget ya Arum, Agus itu adiknya Bayu jadi sudah sepantasnya kalau kakak beradik saling tolong menolong. Kamu jangan pernah bikin persaudaraan mereka renggang karena sikap pelitmu itu!" Tiba-tiba ibu mertua masuk begitu saja ke dalam kamar. Setelah mendengar ucapanku yang sedikit berteriak, wajar aku berteriak. Tabungan yang seharusnya dikumpulkan supaya bisa membeli rumah, berkurang. Lumayan banyak dan aku tidak tahu. Astaga, bodohnya aku yang mempercayai semua tabungan disimpan pada rekening Mas Bayu. Dan lihat sekarang.

Lelaki yang bergelar suami itu masih diam, dia masih menatap layar ponsel yang terus menyala.

"Mas, kamu denger nggak sih?"

"Iya bener apa kata Ibu, perbaiki sikapmu itu! Jangan pelit sama adik, lagian hidup kita sudah lumayan enak. Nggak perlu mempermasalahkan uang sekecil itu!"

Bibir ibu mertua ku terlihat mencebik. Tangannya pun ia lipat di depan dada. Aku hanya tertawa tidak percaya.

"Kecil kamu bilang, Mas? Lima juta lho!"

"Kamu kan tiap hari jualan? nggak perlu lah, mempermasalahkan uang sekecil itu."

Astagfirullahaladzim, mendengar ucapan Mas Bayu baru saja membuatku ingin sekali mencubit bibirnya.

Aku memang berjualan, tepatnya jualan makanan ada sayur, oseng, opor dan juga ayam goreng bisa disebut warung makan meskipun masih sederhana. Dulu semua itu aku kerjakan sendiri tetapi sekarang aku sudah memiliki dua karyawan.

Membantu saudara sendiri tidak ada salahnya. Tetapi kenapa tidak bicara dulu kepadaku. Ya Tuhan, apakah harus aku marah-marah seperti ini?

"Kalau begitu mana ATM nya?" Tanganku menengadah meminta benda tipis itu dari Mas Bayu.

"Buat apa?" tanya Mas Bayu penasaran, seperti ada ketakutan jika aku mengambil uang tabungan itu.

"Aku lagi butuh sesuatu, mau beli. Sini mana ATM nya?" Tanganku terus bergerak meminta.

"Kamu butuh berapa?" tanya Mas Bayu, tangannya perlahan mengeluarkan isi yang ada di dalam dompet.

"Mas, aku butuh uang yang ada di ATM. Bukan yang ada di dompet kamu!"

Mas Bayu terlihat semakin gelalapan. Aku yakin pasti ada yang ditutupi dariku. Sedangkan Ibu terlihat mensejajarkan tangannya. Padahal tadi dia terlihat melipat tangan. Ada apa ini?

"Besok aja, lupa aku taruh mana ATM nya!"

"Astaga, mana mungkin kamu lupa, Mas. Biasanya kamu simpan di dompetmu itu!"

"Kamu ini apa-apaan sih, Rum? Kamu Sebenarnya butuh berapa duit, sampai harus ambil uang tabungan segala?" sahut Ibu mertua.

"Lho Bu, uang tabungan itu uangku juga. Kenapa Ibu yang sewot?" Mendengar ucapanku baru saja wajah Ibu mertua berubah menjadi masam.

"Mana, Mas?!"

"A-anu …."

"Anu apa? Yang jelas!"

"Mana, Mas?!" 

"A-anu …."

"Anu apa? Yang jelas!"

****

Mas Bayu terlihat semakin gugup, sesekali pandangannya tertuju pada Ibu mertua.

Ada apa ini? Jangan bilang bahwa benda pipih itu dibawa Ibu atau Agus. Bila itu terjadi, bisa ku telan mentah-mentah kamu Mas.

"Mas, mana ATM nya. Buruan!"

"Besok saja, kamu mau beli apa sih?" Mas Bayu masih beralasan. Membuatku gemas saja, segera aku berjalan maju. Merampas dompet dengan sedikit kasar. Lalu membuka dompet berwarna hitam itu lalu mencari benda tipis yang aku maksud. 

"Lha ini apa? Katanya lupa?" Aku melempar dompet ke arah Mas Bayu, dengan cepat dan tepat, lelaki itu menangkapnya. 

"Mas lupa, Rum." Entah mengapa suara Mas Bayu melemah.

Aku berniat pergi ke pasar, namun langkahku berhenti kemudian memutar badan ke arah Mas Bayu yang masih duduk.

"Mas, mulai sekarang ATM aku yang bawa. Inget, kalau kamu mau pake uang ini harus izin dulu sama aku! Paham!"

"Kamu ini apa-apaan sih, Rum? Bayu itu kepala rumah tangga, kenapa kamu yang ngatur?! Inget ya, kamu di sini itu cuma menantu jadi jangan sok berkuasa?!"

"Arum nggak berkuasa, Bu. Hanya saja, Arum juga berhak atas uang ini, Arum sudah susah payah kerja siang malam. Malah uangnya digunakan buat bayar kontrakan Agus? Bukan main!"

"Eh, Arum. Agus itu adik Bayu, kamu jangan pelit ya sama adik sendiri. Inget, tanpa Agus,  mana mungkin sekarang kamu punya warung. Karena Agus juga yang memberikan modal buat jualan, inget nggak? Jangan kacang lupa kulitnya kamu, sombong setelah sukses. Ajari istrimu ini dengan benar, Yu!" Ibu mertua berkacak pinggang. Matanya melotot seakan ingin keluar dari tempatnya. Melihatnya saja begitu mengerikan.

Maafkan aku Tuhan, jika aku menjawab setiap ucapan Ibu mertua ini. Bukan bermaksud melawan ataupun durhaka, namun bagaimana bisa aku hanya diam saja, sedangkan harga diri dan juga lelahku sama sekali tak dihargai.

"Maaf ya, Ibu mertuaku yang baik hati dan juga tidak sombong. Soal modal, uang yang dulu Agus berikan padaku sebagai modal. Alhamdulilah, sudah Arum kembalikan itu pun Arum tambahi sebagai bentuk terima kasih. Bukankah dulu saat aku mengembalikannya Ibu juga ada?" Sengaja aku jelaskan agar wanita tua itu mengingat. 

"Sudahlah, Rum. Kamu itu dikasih tahu malah kemana-mana. Katanya mau pergi ke pasar? Buruan, nanti keburu sore. Lagian warung siapa yang jaga?" sahut Mas Bayu, tangannya sedikit mendorongku untuk segera pergi. Aku melihat Ibu hanya mencebik, lalu memalingkan wajahnya. 

Ow ya, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Arum Larasati. Istri dari Bayu Prasetyo, pernikahanku juga belum dikaruniai seorang anak. Meskipun usia pernikahan kita sudah menginjak tahun ke empat. Banyak usaha sudah aku tempuh, tapi Tuhan belum memberikan kami kepercayaan. 

Ketika usia pernikahanku setahun aku masih berdiam diri dirumah. Namun setelah tahun kedua, berdiam diri bukanlah inginku. Kebutuhan semakin banyak ketika Agus, adik Mas Bayu menikah. Aku harus berfikir agar bisa mencari tambahan uang. Kebetulan aku pintar memasak jadi aku memutuskan membuka warung makan. Dulu modal yang dipinjamkan Agus hanya aku gunakan untuk menjual sedikit makanan. Namun, setelah berjalannya waktu semakin hari usahaku semakin lancar. Dari aku masak sendiri hingga kini dibantu dua orang karyawan. 

"Jangan dorong, Mas. Kenapa sih?" Aku melepas tangan Mas Bayu dengan sedikit kasar. Lalu memutar badan menghadapnya.

"Mas kan sudah sering bilang, jaga sikapmu itu sama Ibu! Kamu mau sampai Jantung Ibu kumat lagi?" tanya Mas Bayu. Bibirku mencebik mendengar ucapan lelaki bergelar suami itu. 

"Mas Bayu marah?"

"Ya marahlah, kamu itu sama Ibu bicara kasar begitu! Marah-marah nggak jelas!"

"Marah-marah nggak jelas? Mas, aku itu bicara nggak kasar. Aku juga bicara benar kok. Kita sudah mengembalikan uang yang dipinjamkan Agus. Eh, malah kamu ngasih dia lima juta tanpa sepengetahuan aku."

"Tu kan, kamu ungkit lagi soal uang yang nggak seberapa itu."

"Nggak seberapa? Lima juta banyak lho! Memangnya kamu pernah ngasih aku uang sebanyak itu?" 

Kini Mas Bayu diam, setelah mendengar ucapanku baru saja. Benar adanya, dia tidak pernah sekalipun memberiku uang sebanyak itu. Yang ada aku yang selalu keluar banyak uang untuk keluarganya.

Aku meninggalkan Mas Bayu yang masih berdiri di teras. Pergi menuju pasar menggunakan motor matic milikku. 

Tidak lupa aku mampir terlebih dahulu ke  ATM yang tidak jauh dari pasar. 

"Astagfirullahaladzim, apa-apaan ini?!"

Bersambung 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Siti Purnama
lumayan ceritanya
goodnovel comment avatar
Linarusyanti 345
ceritanya bagus. lanjut thor
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 138

    Bayu bergegas pergi meninggalkan penjual Bakso. Mengambil tas dan juga perlengkapan lainnya. Tidak lupa Bayu menyerahkan uang untuk membayar Bakso. Setelah selesai. Bayu kembali menghampiri Arum."Tenang, Nak. Nanti Emak ke situ sama Bude Nanik. Kamu yang tenang ya. Dimana Bayu?""Ini, Mak. Dia sudah selesai memasukan perlengkapan aku di mobil.""Ya sudah bilang sama dia nggak usah khawatir. Kamu buat jalan santai saja. Jangan melakukan pekerjaan berat ya. Apalagi naik tangga, berbahaya. Jalan santai aja di lantai bawah. Keramik di tempatmu kan licin.""Iya, Mak." Setalah mengucapkan salam Arum menutup teleponnya. "Aku sudah bilang sama Emak. Dia mau ke sini sama Bude. Kebetulan Bude lagi di rumah.""Ya sudah kalau begitu. Gimana perut kamu masih sakit?""Udah nggak kok, Mas. Nanti teras mules hilang lagi mules lagi hilang lagi. Begitu saja terus.""Alhamdulilah, kalau begitu. Semoga nanti kamu dilancarkan ya sayang.""Permisi, baksonya Mas.""Oh, ya. Terima kasih banyak, Pak." Dua m

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 137

    Kesempatan kedua dan akhir dari perjuangan"Sesuatu? Apa?"Sebuah kertas berwarna putih disodorkan Arum. "Apa ini?" "Buka aja, Mas," pinta Arum membuat Bayu tersenyum bersamaan dengan rasa penasaran.Perlahan tapi pasti lelaki itu membuka kertas itu. Dibacanya dengan seksama. Bayu tersenyum, lalu pandangannya tertuju pada Arum. ****"Ini beneran?" tanya Bayu. Hanya dijawab dengan anggukan kepala sang istri. Bayu memeluk erat tubuh Arum. Tatapannya tidak lepas pada sebuah surat. Surat yang menyatakan bahwa Arum bisa kembali hamil tentunya dengan pengawasan dokter kandungan. "Alhamdulilah, semoga nanti kedepannya kamu bisa secepatnya hamil lagi.""Amin, Mas." ****Satu tahun kemudian.Arum berjalan bergandengan dengan Khaila. Melewati orang-orang yang tengah berjalan menikmati indahnya sore hari. Bayu menatap wanita itu dari kejauhan. Menyungging senyum penuh kebahagiaan. Akhirnya apa yang ia tunggu selama ini tercapai juga. Arum terlihat begitu kesusahan berjalan. Kehamilan yang m

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 136

    "Kamu tega, Mas," ucap Rani di sela-sela tangisnya. Dia menelan ludahnya dengan susah payah. Membenarkan posisi duduk menjadi memeluk lutut menangis dalam dekapan sendiri. Tidak ada orang tua, anak maupun siapapun yang melapangkan hati Rani.Rani berada di titik terendah. Dimana hati, jiwa dan raganya terluka. Sebuah pertanggungjawaban atas apa yang ia lakukan. Penyesalan teramat dalam selama hidupnya. ******"Kamu udah putusan, Gus?" tanya Bayu di sela-sela makan malam. Ya, hari ini Bayu bersama Khaila dan juga Arum makan malam bersama di rumah Bayu. Agus berubah. Satu persatu hutang-hutang yang pernah melilitnya ia bayar. Memberikan kehidupan yang layak sebagai seorang anak pada Khaila. Mencurahkan waktu dan juga kasih sayang. "Alhamdulilah sudah, Mas. Keputusan langsung dikirim ke lapas.""Rani gimana? Kamu nggak pernah jenguk dia? Sudah sebulan ini dia disana!" tanya Arum. Bagaimanapun Rani pernah menjadi bagian hidup Agus. Pernah memberi Khaila untuknya."Nggak lah, Mbak. Aku

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 135

    KARMARani menikmati dinginnya lantai di dalam penjara. Sepi, sedih dan juga terkekang. Di tempat riuhnya banyak orang yang tengah berbincang, Rani menunduk, dia tidak berani menatap orang-orang yang ada di sekelilingnya. Rani berharap mukjizat akan datang. Dia percaya Arum akan datang dan memintanya pulang. Namun, satu hari dua hari hingga satu bulan lamanya tidak jua ia dapati sosok yang dinanti. "Mbak, Rani minta maaf, Mbak. Rani khilaf. Rani tidak bermaksud mencelakai Mbak dan juga janin yang ada di kandungan Mbak. Aku harap Mbak Arum mau memaafkan aku. Aku harap Mbak Arum mau memberiku kesempatan. Huhuhu …." "Kesempatan kamu bilang? Terlambat! Kamu pantas di penjara, Rani!" ucap Arum tidak peduli. Sorot matanya tajam penuh kebencian. "Tapi Mbak. Khaila bagaimana? Bagaimana dengan anakku, Mbak? Dia masih butuh aku, masih butuh kasih sayang seorang Ibu!""Aku akan menjaga Khaila. Jauh lebih baik daripada kamu. Sebelum kamu bertindak seharusnya kamu lebih dulu berpikir. Hidup

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 134

    Ternyata Ratih tengah diuji. Dia kehilangan banyak uang karena suaminya tertipu investasi bodong. Terjawab sudah kenapa beberapa waktu lalu dia meng gadai rumah pada Hendra, suami Nanik.Kini Ratih juga bekerja di warung Arum. Namun hari ini dia tidak bisa datang ke rumah Arum dikarenakan ada kepentingan di sekolah putranya. Khaila terlihat duduk dipangkuan Agus, lelaki itu tengah mengajukan perceraian kepada pengadilan agama. Dia memutuskan berpisah dengan Rani. Agus kini memulai hidup baru. Bekerja menjadi salah satu karyawan Arum tentunya. Berjalan dari bawah bersama sang putri. Dimana saat ini di jaga oleh Arum. Khaila kini sudah bersekolah. Meskipun masih taman kanak-kanak."Bagaimana, Yu. Kamu di sana sehat-sehat kan?" tanya Marni pandangannya tidak lepas pada Bayu. Arum yang tengah menuangkan minuman hangat lantas melirik sekilas kearah ibunya. "Alhamdulilah, Mak. Sehat, banyak doa yang Bayu panjatkan di sana. Untuk almarhum Ibu dan juga untuk Arum." Bayu menatap Marni namun

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 133

    "Jawab, Agus. Apakah surat itu ada ditanganmu!" Bowo kembali bertanya.Agus diam. Dia menatap Khaila kemudian pandangannya beralih kepada Bowo lalu Ranti.****"Ada pada saya, Pak!""Ada pada kamu?! Lantas kenapa kamu tidak memberikan kepada Rani? Kamu tahu kan dia di tempat kedua orang tuanya.""Saya-""Bapak kecewa sama kamu!""Hu … hu … papa!" Teriak Khaila membuyarkan pandangan Agus yang mulai mengabur karena airmatanya yang hampir jatuh."Kamu anggap apa anakku Rani? Dia sudah menemani kamu dari nol. Dan sekarang kau campakkan dia! Membiarkan dia dibawa polisi dengan paksa?""Rani kelewatan, Pak. Saya sudah bicara kepada Mas Bayu dan juga Mbak Arum. Kata mereka Rani mendorong Mbak Arum hingga terjatuh!""Lantas kamu diam saja!""Ini menyangkut nyawa, Pak. Saya juga sedih tapi Rani harus mempertanggung jawabkan perbuatannya!"Plak"Pergi dari rumah ini! Bawa Khaila bersamamu!" Tamparan itu mendarat di pipi Agus. Khaila berteriak histeris. Lelaki paruh Baya itu mengepalkan tangan.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status