Beranda / Romansa / PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI / Bab 1. Ceraikan saja Aku!

Share

PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI
Penulis: Turiyah

Bab 1. Ceraikan saja Aku!

Penulis: Turiyah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-13 11:34:23

"Dek, aku mau berangkat kerja kok sepatunya belum dicuciin sih!" gerutu Hasan.

"Ya, pake yang lainnya dululah, Mas!" teriak Devi, Istrinya dari dalam.

"Mana bisa! Ini sesuai sama warna bajuku. Jadi istri kok tidak becus!" teriak suaminya yang bernama lengkap Zack Hasan, sambil membanting sepatu itu keluar.

Hasan berfikir, sebentar lagi sang istri akan lari tergopoh-gopoh mengambil sepatunya dan meminta maaf. Benar saja, wanita yang telah dinikahinya selama dua tahun itu langsung keluar memungut sepatu.

Hasan terkikik, "Eh, tunggu dulu, kok sepatunya di bawa keluar? Eh, kok, dimasukin tong pembakaran sampah? Padahal apinya kan belum padam?" batin Hasan.

Hasan lalu terbirit-birit mengejar, dan berharap sepatunya masih bisa diselamatkan. Malang sekali, sepatu kesayangannya pun sudah terbakar sebagian.

Seperti anak kecil yang kehilangan mainannya. Lelaki berpostur gagah itu meraung sambil memegangi sepatu gosongnya. Wibawanya langsung hilang begitu saja. Baju yang sudah rapi pun jadi ikut kena gosong.

Padahal sebelumnya dia yang mencaci istrinya, kini malah dia yang harus kehilangan barang kesayangannya.

"Dev! Kurang ajar kamu, bisa-bisanya kamu membakar sepatuku! Cuman sepatu ini yang paling mahal diantara lainnya," gertak Hasan sembari menunjuk sepatu gosongnya.

"Selama barang itu aku yang beli, kamu gak punya hak untuk memilikinya. Dahulu, mahar saja kamu ngutang, sampai aku yang membayarnya. Harusnya kamu tahu, kamu gak punya hak untuk hidupmu sendiri."

"Dev, Aku ini suamimu! Kamu harus tunduk sama suami, biar nanti bisa masuk surga!"

"Haissssssss, bulsyitt! Prinsip aku, suami istri itu harus saling menguntungkan. Tidak ada yang namanya kamu merintah aku, Emang aku babumu!" sarkas Devi sambil menarik bibirnya kesamping.

"Begitulah kehidupan pernikahan Hasan dan Devi sehari-hari. Mereka sudah menikah selama dua tahun. Namun, saling berlomba menyakiti perasaan masing-masing, tetapi tetap bisa bertahan sampai saat ini.

Devi belum ingin memiliki keturunan sehingga mereka menggunakan sistem KB mandiri saat berhubungan.

"Dev, kita itu satu keluarga. Jadi harus saling membantu!" ucapnya sambil memelankan suaranya. Karena dia menyadari hampir delapan puluh persen kebutuhannya ditanggung istri.

"Mas, awalnya aku ingin jadi istri yang berbakti. Tapi kok semakin ke sini kamu malah seenaknya sendiri!"

"Seenaknya gimana, Dev. Aku mau berangkat kerja. Aku sudah berusaha mencari nafkah ...." 

"Nafkah ibumu? Hah! Kamu itu kerja gak kerja sama aja, gak ada untungnya buat aku! Percuma!"

"Dev, aku ini anak Ibu, jadi aku harus berbakti sama ibuku, Dev." 

"Iya berbakti sih berbakti, tapi masak kehidupanmu aku yang nanggung!" 

"Dev, maafin Mas tadi ya, Mas kebawa emosi, jadi marah-marah. Aku cinta sama kamu," ucapnya mencoba meraih tangannya.

"Entahlah, aku lupa kalo pernah jatuh cinta sama kamu! Aku merasa dirugikan," ucapnya memelan. Hatinya berdegup kencang saat suaminya bicara seperti itu. Bagaimanapun dia masih sangat 

mencintainya.

Akhirnya Hasan tidak jadi berangkat kerja. Dia mencoba merayu istrinya dengan memadu kasih.

Yang langsung disambut istrinya dengan berjalan ke arah kamar.

Belum selesai melakukan pergumulan panas.

Terdengar suara ketokan pintu dari luar, membuat mereka terpaksa berhenti melakukan aktivitasnya yang hampir mencapai puncaknya.

Hasan pun terburu-buru mengambil pakaian yang ia tanggalkan tadi, meninggalkan Istrinya yang sedang menggerutu kesal. Wajah tertekuk sambil memonyongkan bibirnya dan mengutuk si tamu tadi.

Hasan keluar membukakan pintu, terlihat Ibu bersama adiknya sudah duduk di kursi teras rumah.

 "Loh, Hasan kok gak berangkat kerja?" tanya Ibunya terkejut melihat anaknya masih di rumah.

" Badan Hasan capek banget tadi, Bu. Sekali-kali ijin kan gak papa sih," ucapnya beralasan.

"Mana istrimu?"

"Di dalam, Bu. Tumben ke sini, ada apa?"

"Tadi, Ibu main ke pasar. Mau beli sarapan duitnya habis, ya ke sini mau makan."

"Owh, ya udah yuk, Bu. Masuk, tak qirai ada hal penting apa!"

Mereka berlenggang masuk, dan langsung membuka tudung saji ... 

"Astaga! Jam segini belum ada masakan matang, mana istrimu? kurang ajar sekali. Anakku mati kelaparan kalo kayak gini caranya!" ucapnya hendak berjalan ke arah kamar dan langsung dihentikan sama Hasan.

"Bu, udah jangan nyari masalah. Devi dari tadi lagi gak mood kelihatannya. Biar Hasan Masakin, Ibu pengen makan apa?" rayunya sambil menuntun ke arah ruang tamu.

"Gak usah, Ibu mau makan di rumah saja, mending minta mentahnya aja!" tolaknya sambil berjalan menuju kulkas.

Ibunya tanpa basa-basi mengambil semua stok makanan, bahkan daging juga tak disisain sedikit pun. Awalnya kulkas masih penuh, karena kemarin hari Minggu Devi belanja buat stok seminggu, kini kulkasnya seperti baru lagi, keju yang masih separo pun diambilnya juga.

Hasan yang melihat hanya bisa geleng-geleng, ingin melarang nanti dikiranya pelit. "Biarlah nanti istriku tak rayu biar tak marah," batinnya.

"Ya sudah Ibu Langsung pulang ya, eh sebentar," ucapnya sambil berjalan ke arah dapur. Dia mengambil bawang merah, putih yang terletak di samping kompor dan langsung menuangkan semuanya ke dalam plastik yang dia bawa tadi.

Setelah serasa cukup, Ibunya langsung pamit dan adiknya juga tak lupa meminta uang sama Hasan.

Hasan langsung beringsut karena sebelumnya uang gajian sudah sebagian besar ditransfer ke ibunya, tinggal uang dua ratus ribu buat jaga-jaga nanti.

"Dek, nanti minta sama Ibu saja ya! Mas udah gak punya pegangan, ini buat jaga-jaga nanti," bujuknya sambil memperlihatkan isi dompet yang memang tinggal dua lembar berwarna merah.

"Sini, besok Juga gajian lagi!" ucapnya sambil menyerobot paksa dompetnya dan langsung dikembalikan setelah uangnya diambil.

"Dek, kasian Mas," ucap Hasan mengiba.

Adiknya Elsa, langsung pergi tanpa menggubris kakaknya.

"Yuk, Bu. Pulang!" 

Ibunya langsung bergegas keluar, dengan susah payah membawa tentengan plastik di kanan kirinya.

Mereka tidak memperdulikan Hasan yang bersender di tembok, nasibnya sekarang sudah berada di ujung tanduk.

Hasan beranjak menghampiri Devi, dan mendapati istrinya tertidur dengan posisi terlentang di atas kasur.

Hasan pun berbalik karena perutnya sudah mulai mengeluarkan nyanyian yang tak bernada.

Dia mengambil piring, hendak memakan bersama (makan dengan) kecap. Saat membuka rice cooker, betapa terkejutnya melihat isinya kosong tanpa nasi, bahkan tempat nasinya pun tak terlihat, tinggal kerangka luarnya.

Perutnya yang tidak bisa diajak kompromi sekarang menyisakan rasa perih.

Dia hanya bisa menahan rasa lapar, karena untuk membeli nasi pecel pun uangnya tidak akan cukup. 

Terdengar langkah kaki berjalan ke arah Hasan,

 benar saja Devi sudah berjalan hendak membuka kulkas.

"Dev, jangan buka kulkas dulu!" cegah Hasan, sambil berlari agar tidak keduluan istrinya. Kemudian dia menyender tubuhnya di kulkas.

"Loh kenapa? Aku mau ngambil botol minum, udah sana geser!" usir Devi sambil mendorong tubuh suaminya ke samping.

Devi melihat isi di dalam kulkas mereka yang kosong, "Kemana semua stok makanan yang baru kubeli? Jangan-jangan ibumu kemari dan mengambil semuanya, Mas? Jawab?"

Hasan tak bisa menjawab karena semua dugaan Devi benar.

"Kalau seperti ini terus, ceraikan saja aku!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 84. Penyesalan Hasan.

    Bab 73Rita menutup jendela rumah juga kamarnya saat ia menyadari hari telah sore. Perasaannya menjadi lega setelah menggugat cerai Danu. Ya meskipun hasil sidang belum turun tapi Ia yakin pasti ia akan memenangkan kasus ini.Ia menuju dapur. Membuka kotak makanan yang berisi cabe itu dan hendak memasak mie.Saat ia mengambil kotak itu, ia teringat saat Devi mengajari ilmu cara menyimpan sayur yang benar seperti apa. Ia pun jadi merindukan Raihan, saat kebersamaan dengan Reyhan juga Devi kini kenangan itu hadir kembali.Ia juga sempat menyesali dulu telah mengusir Devi malam-malam dan penyesalan itu selalu mengganggu tiap malam tidurnya.Rasty menghalau pikirannya dan membuka plastik bungkus mie itu dan langsung memasukkannya ke panci yang sudah berisi air mendidih. Ia memasukkan perlahan dan memotong beberapa cabe lalu ikut dimasukkan bersama mie tadi.Rasa rindu kepada Raihan membuat ia ingin berkunjung ke pusara RehanIngin sekali ia ke sana namun ia menyadari hari telah sore. Akhi

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 83. Rendi terpaksa jujur

    4Rasti pun menggeser tubuhnya sedikit ke samping meski rasa sakit yang kian mendera di area perutnya tapi tenggorokannya juga menjerit minta untuk diisi. Rasti berusaha kuat untuk mengambil air minum itu hingga naas, bukannya air minum yang ia dapatkan melainkan tubuhnya terjatuh terjerembab ke lantai dan dan infus yang ada di tangannya terlepas begitu saja hingga keluarlah darah dari tangan Rasti itu."To ... tolong," suaranya terdengar parau. Kenapa susah sekali ia bersuara. Ia meringis dan membiarkan darah menetes dari tangannya. Ia hanya bisa menatap nanar. 5 menit berlalu.Seorang perawat datang hendak mengecek keadaan Rasty.Ia terkejut saat mendapati Rasty yang sudah berada di lantai.Perawat itu pun gegas memapah Rasty dan menidurkan kembali ke atas ranjang.Bu ... Bu. Bangun, Bu!" Ia menggoyangkan badan Rasty yang kelopak matanya sudah setengah menutup.Ia gegas membetulkan letak infusnya kembali dan membersihkan darah yang berceceran ke mana-mana."Sus, A–aku mau minum," l

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 82. minta rujuk lagi?

    PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIAku pun kembali mengajak orang suruhan ku ini untuk meninggalkan rumah sakit ini. Sebab aku sudah tidak mau lagi berurusan dengan Rasti sekarang semuanya antara aku dan Rasti sudah selesai.***POV authorDi sisi lain Devi dan Rendy yang tengah berbahagia bersama keluarga mereka sebab kehadiran calon keluarga baru di rahim Devi. Terlebih lagi Devi dan Rendy yang sangat menantikan sosok mungil itu.Devi sudah merasa tidak sabar akan kehadiran bayi yang selama ini dia impikan. "Terima kasih ya Sayang sudah memberikan calon penerus Rendy Junior disini, aku semakin cinta sama kamu aku janji akan menyayangimu dan menjagamu dengan segenap jiwaku," ucap Rendy sembari menggenggam erat tangan Devi dan mengelus perut Devi yang masih rata itu. Lantas Rendy mencium tangan Devi dan Devi pun tersenyum menanggapi ucapan Rendy yang meski terkesan gombal tapi tetaplah hal itu tulus dari dalam hati Rendy. Mungkin memang Rendy terlihat tidak sempurna karena kekurangan pada f

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 81. . lari dari tanggungjawab

    PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIBAB 70Akan tetapi setidaknya aku selama ini selalu menyenangkan hatimu bukan? jadi kurasa itu semua sudah impas atas apa yang kau berikan padaku dan atas apa yang kau dapatkan dariku," uapku sembari tersenyum mengejek pada Rasti."Dasar sialan! kau benar-benar laki-laki sialan Om! Menyesal aku pernah mengenalmu dan menyesal aku sudah memberikan segalanya padamu!" pekik Rasti sembari menatapku dengan tatapan sinisnya itu. Dia kira aku peduli dengan semua itu tentu saja tidak. Bukankah dalam sebuah hubungan itu adalah simbiosis mutualisme? gimana kita saling membutuhkan dan kita saling mendapatkan hasilnya, kurasa hal itu juga yang sedang terjadi dalam hubunganku dan juga Rasti. Rasti yang membutuhkan uang dan aku yang membutuhkan kehangatan. Bukankah hal itu adil? jadi di mana letak aku tega padanya?" gumamku dalam hati. "Enggak usah banyak drama Rasti, cepat kamu tinggalkan rumah ini sebab rumah ini sudah ada yang membeli dan sebentar lagi akan ditempati.

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 80 nasib danu

    PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIMereka pun akhirnya mau bubarkan diri tanpa menghiraukan lagi kondisi Rasti yang sebenarnya dia merasakan sakit di area perutnya itu.***POV DANUAku meremas rambutku dengan kasar aku sangat frustasi saat mengetahui kalau perusahaan yang kebangun dengan susah payah ini sudah di ujung tanduk. Hanya tinggal menghitung hari dan jam saja usaha yang kubangun dengan tetesan keringat itu pun akan bangkrut atau gulung tikar. Terpaksa aku harus mengambil kembali rumah yang sudah kuberikan untuk Rasti untuk aku jual sebagai tambahan penutup hutang-hutangku yang jumlahnya tidak sedikit. Lumayan rumah itu dijual di sekitar laku tiga ratus juta sedangkan hutangku masih sekitar dua miliar lagi. Aku pun tidak tahu harus kemana mencari kekurangan hutang yang aku miliki ini, aku sudah memperingatkan Rasti untuk segera meninggalkan rumah itu tetapi saat pembeli rumah tersebut mengatakan padaku jika rumah itu belum kosong sebab masih ditinggali oleh Rasti aku pun berinisiat

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 79. Rasti disoraki warga

    4PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIkalau begitu saya permisi dulu ya bu-pak Mari," pamit sang dokter dan akhirnya tubuhnya menghilang dari pandangan orang-orang yang ada di rumah itu.***"Selamat ya Pak ini istri bapak sudah hamil usia empat Minggu dan ini kantung janinnya juga sudah terlihat ya," ucap sang dokter pada Rendi dan juga Devi yang tengah berbaring di atas ranjang pasien dengan posisi perutnya yang sedikit terbuka untuk di USG. Rendi yang melihat dengan antusias pun menarik kedua sudut bibirnya ke atas sehingga membentuk lengkungan senyum yang sangat manis begitupun dengan Devi dia merasa sangat bahagia dengan berita yang ia tahu kali ini dari suaminya saat dia baru saja tersadar dari pingsannya tadi."Alhamdulillah ya Allah Enkau akhirnya berikan titipanmu padaku setelah ujian yang kau berikan padaku selama ini," ucap Devi dalam hatinya. Setelah dokter selesai memeriksa perut Devi, Rendy pun membantu Devi untuk bangun dari posisi berbaringnya. Lantas mereka berdua mengikuti

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 78. Hamil lagi

    PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIBab 67"Hueeek!" teriak Devi sambil berlari ke arah kamar mandi seraya menutup mulutnya.Napasnya terengah-engah, tanpa aba-aba rasa mual itu hadir begitu saja. Badannya terasa begitu lemas. Ia mencoba mengeluarkan isi di dalam perutnya. Tapi semua itu terasa sia-sia, tidak ada sebutir nasi pun yang lolos dari tenggorokannya. Kedua tangannya berpegangan dengan wastafel untuk menopang badannya.Hueeek!Mual itu kembali mengganggu Devi. Ia meremas perutnya. Kini bukan hanya mual yang didera. Bertambah sudah rasa pusing menguasai dirinya.Devi merosot. Ia bersandar dengan tembok.Ia mencoba mengingat makanan apa saja yang sudah masuk di tubuhnya.Ia memejamkan matanya mengingat-ingat, ia rasa Ia hanya makan di rumah selepas kepergian makan dari pemancingan itu."Ya, aku harus menanyakan ke Ibu, apakah beliau juga keracunan," batinnya.Belum sempat ia berdiri rasa pusing itu kembali mendera hingga ia merasakan semua menjadi gelap.10 menit berlalu ...."REN!

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 77. ke lapas.

    Rasti memunguti pakaiannya satu per satu dengan Isak tangisnya. Setelah melakukan Danu pergi begitu saja meninggalkan Rasty seorang diri dengan meninggalkan beberapa lembar uang.Rasty meremas uang itu lalu melemparkannya asal. Ia beranjak dan meraih handuk. Kini ia merasa jijik dengan badannya sendiri.Berkali-kali ia membersihkan badannya dengan sabun. Menggosok terus. Bilas kasih sabun terus berulang kali hingga menimbulkan lecet di beberapa bagian tubuhnya.Tak sampai situ Ia memangkas habis rambut panjangnya. Ia benar-benar seperti sudah kehilangan hasrat dalam hidup.Ia memandangi dirinya di depan cermin. Perempuan dengan rambut yang sangat pendek, tidak rata panjang pendeknya dengan perut buncit.Rasty meraung lagi. Ia menjerit dan langsung membanting barang yang berada di sekitarnya.Terus saja ia melakukan sesuatu yang merugikannya. Ia hanya ingin melampiaskan kekecewaannya. Sampai ia merasakan kelelahan. Ia pun bersender di tembok dan merosot begitu saja. Hingga i menyad

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 76. Nasib Rasty

    Akhirnya mereka pun sampai ke tempat pemancingan. Satu persatu turun dari mobil.Susunan batu-batu yang dibuat seperti taman juga beberapa tanaman yang ditata sedemikian rupa di pintu masuk pemancingan itu membuat siapa pun yang melewati menjadi nyaman. Banyak sekali pengunjung yang bepoto di area situ.Devi meraih lengan Rendi. Mereka jalan bergandengan, dengan pelan-pelan mereka menuruni anak tangga untuk menuju ke tempat makan. Beberapa gazebo yang berjejer mereka lewati. Mereka berjalan agak menunduk untuk memberi salam yang yang berada di dalam gazebo itu. Gazebo itu memang di peruntukan untuk yang makan di sana. Per Gazebo per kelompok. Mereka terus berjalan menuju Gazebo yang berada di tengah kolam. Gazebo itu dibuat bagi siapapun yang mau makan di sana sembari lihat ikan berseliweran di bawahnya.Untuk menuju ke sana mereka harus melewati jembatan buatan. Tapak demi setapak mereka lalui. Akhirnya ada satu Gazebo yang masih kosong. Akhirnya mereka masuk dan menghenyakkan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status