Pagi itu, Khairani sudah bangun dan merasakan tubuhnya sedikit lebih segar. Ia menurut saja ketika Kiara menyuapinya makan.
"Kiara, ibu mau pulang saja. Ibu nggak betah lama-lama di rumah sakit," ujar Khairani. Kiara menghela nafas panjang dan menatap sang ibu.
"Bu, dokter bilang, ibu harus dirawat sampai tiga atau empat hari ke depan. Jadi, ibu harus menuruti apa yang dokter katakan. Aku nggak mau ibu sakit lagi," bantah Kiara. Ia tidak mau jika Khairani kumat ketika mereka sudah pulang. Dan lagi, Kevin juga meminta supaya ibunya mendapatkan perawatan yang terbaik.
Khairani menatap Kiara penuh kasih, ia merasa terharu dengan kasih sayang yang diberikan Kiara. Padahal gadis itu tau jika ia bukanlah ibu kandungnya.
"Nak, Kevin pasti mempunyai koneksi. Mintalah suamimu supaya bisa menemukan keluarga kandungmu. Entah mengapa ibu merasa jika sesuatu akan terjadi. Ibu tidak mau jika kamu nanti kena
Kevin menoleh sekilas ke sampingnya, tampak sang istri hanya diam membisu sementara di kursi belakang ibu dan ibu mertuanya duduk berdampingan sambil berbincang hangat. Setelah hampir sepuluh hari dirawat di rumah sakit, Khairani akhirnya mendapatkan izin untuk pulang. "Sayang, kamu mau makan dulu? Ibu dan Mama juga belum makan, aku juga lapar. Kita makan di restoran favorit Mama, ya?" Kevin akhirnya membuka pembicaraan. Kiara tersentak selama beberapa detik ia berusaha mencerna ucapan Kevin. "Hmm ... iya, aku setuju. Kasian kalau kita pulang dulu, Ibu bisa terlambat minum obat," jawab Kiara. "Baiklah, kebetulan aku juga sedang ingin makan sup asparagus dan kepiting," sahut Kevin penuh semangat. Entah mengapa melihat Kiara yang murung ia merasa sangat sedih. Saat mereka turun dari mobil, Aulia dengan sigap membantu besannya untuk berjalan sehingga Kevin bisa dengan leluasa menggandeng tangan Kiara.
"Amanda datang bukan untuk reuni atau mengucapkan selamat atas pernikahan kita, Mas. Dia datang karena maksud lain. Entah apa yang dia mau, tapi pasti bukan sesuatu yang baik. Aku ingat ucapannya kepada mama dan ibu di hari dia datang. Ia ingin meminta tanggung jawabmu," ujar Kiara dengan suara bergetar. Kevin menghela napas panjang, ia duduk di samping Kiara dan langsung membawa sang istri ke dalam pelukannya."Aku akui, Kiara. Dulu, hubungan kami berdua sudah seperti suami istri. Kami tinggal dalam satu atap yang sama, melakukan ... ya, seperti itu. Jujur, aku sangat mencintai Amanda, bahkan aku tergila-gila kepadanya. Tapi, itu dulu, sayang.""Bagimu dia masa lalu, Mas. tetapi baginya kamu adalah kekasih yang harus ia gapai kembali. Baginya, kamu adalah hak milik kepunyaannya." Kevin tak menjawab, lelaki itu malah semakin mengeratkan pelukannya. Saat ini ia tidak mau memikir
"Selamat, Pak, Bu. Istri Bapak saat ini sedang mengandung, ini bisa dilihat di sini. Masih kecil karena usianya baru memasuki minggu kelima." Mata Kevin berbinar seketika, ia merasa kaget saat semalam Kiara mengatakan jika dirinya sudah terlambat datang bulan. Itulah sebabnya, pagi ini Kevin mengajak Kiara untuk ke dokter dan memastikan. Kini setelah mendengar jika dirinya akan segera memiliki keturunan tentu saja membuat Kevin bahagia luar biasa."Terima kasih, sayang," bisiknya dengan lembut di telinga Kiara membuat wanita cantik itu tersipu."Saya akan membuatkan resep vitamin, ya. Kalau bisa jangan terlalu lelah dan juga banyak makan makanan yang bergizi supaya bayinya tumbuh sehat dan kuat." Suara dokter memecah kemesraan antara keduanya, membuat Kiara makin tersipu malu."Apakah ada pantangan tertentu, Dok? Misalnya seafood atau apa?" tany
Seperti dugaan Kevin, Aulia dan Khairani menyambut gembira berita kehamilan Kiara. Kedua wanita itu saling berpelukan dan memberi selamat. "Pokoknya kamu nggak boleh cape, jangan kerja yang berat atau strees. Mama nggak mau calon anak mama nanti kenapa-kenapa. Kalau mau apa-apa, minta sama mama. Kalau ngidam kamu kasi tau Kevin supaya dia mencarikan untuk kamu," kata Aulia panjang lebar. Ya, Aulia memang sangat menginginkan kehadiran seorang cucu. Setidaknya ia bisa menimang cucu di masa tuanya untuk menghilangkan kesepiannya. "Jaga kandunganmu baik-baik, ya Nak," kata Khairani sambil membelai rambut Kiara dengan lembut. Kiara hanya mengangguk, "Iya, Bu. Aku pasti akan menjaga baik-baik bayi yang ada dalam kandunganku." "Mulai besok aku akan menambah asisten rumah tangga yang bekerja di rumahku, Ma. Khusus untuk di dapur. Ia akan memasak makanan khusus ibu hamil. Aku tidak mau Kiara kekurangan nutrisi dan
"Maksud Tante apa? Apa yang Tante pikirkan saat menerima perempuan ini menjadi sekretarisku?!" pekik Kevin kesal. Bagaimana tidak kesal jika melihat mantan kekasih yang ingin dihindari berada di dalam ruangannya."Vin, ini semua diluar masalah pribadi. Amanda masuk melalui prosedur yang sah dan seharusnya. Ia sudah melewati semua syarat. Amanda adalah tenaga kerja yang paling kompeten dari semua yang sudah datang melamar," jawab Nancy dengan tegas."Nggak bisa, dia itu ... Tante tau kan bagaimana aku sangat membencinya? Kemarin dia juga yang menyebabkan ibu mertuaku masuk rumah sakit dan dirawat. Aku tidak bisa bekerja dengannya.""Vin, jujur saja Tante lelah mencari sekretaris untukmu. Biarkan saja Amanda bekerja dulu. Dia butuh uang untuk ibu dan adiknya," tukas Nancy. Mendengar ibu dan adik Amanda disebut Kevin terdiam. Ia tau jika Amanda memang memiliki masalah keuangan saat mereka masih bersam
Kevin benar-benar kacau sepanjang hari itu. Ia tidak bisa berkonsentrasi penuh, bukan karena ia memikirkan Amanda atau mengenang kisah cinta yang pernah terjalin di antara mereka. Tetapi, sekarang ini ada perasaan seseorang yang wajib dia jaga. Terlebih wanitaitu sedang mengandung anaknya. Setelah selesai meeting ia pun bergegas untuk pulang. Melihat keponakannya tampak gelisah membuat Nancy mengulum senyum. Memang itu yang ia mau, membuat Kevin tidak bisa bekerja dengan baik dan tidak bisa berkonsentrasi. Dengan begitu ia bisa melancarkan misinya dengan mudah."Kau mau ke mana, Vin?" tanya Nancy pura-pura. Kevin menghela napas dan menatap tantenya itu. Tampak jelas jika ia sebenarmya masih kesal dengan tindakan Nancy yang menerima Amanda bekerja."Kiara hamil. Aku ingin pulang dan membawanya makan di luar. Kepalaku juga sedikit pusing. Tolong Tante handle apa yang bisa Tante handle. Terima kasih, Tante." &nb
"Silvia? Kamu ...." Kevin mengerutkan dahinnya, ia sangat mengenal gadis cantik yang saat ini berdiri di hadapannya."Kamu dari mana?" tanya Kevin."Aku baru saja pulang kul-""Mbak cepat, nanti terlambat!" Tiba-tiba saja dua orang lelaki bertubuh kekar menarik tangan Silvia menjauh dari Kevin. Tampak jelas sekali jika Silvia ketakutan dan sangat tertekan. Ia pun bergegas untuk membayar pesanannya dan berlalu dari toko kue itu tanpa menoleh lagi pada Kevin."Kamu sudah tau kan, jika kamu dilarang bicara dengan siapa pun yang kamu kenal. Kamu mau kakak dan ibumu celaka?" Silvia menundukkan kepalanya, ia tau jika selama ini kehidupannya terancam. Hanya saja ia tidak berani berbuat macam-macam. Bahkan di kampus pun ia diawasi. Tidak boleh ada yang dekat dengannya. Sementara biaya pengobatan ibunya sudah ditanggung
Kevin menghela napas panjang, dari jawaban Kiara sudah jelas jika istrinya sedang dilanda api cemburu."Kamu tidak percaya dengan kesetiaanku?" tanya Kevin."Kamu mungkin setia, Mas. Tapi, siapa yang dapat menjamin jika perempuan itu tidak menggodamu saat di kantor? Apa lagi kalian ... ah, sudahlah Mas, terserah kamu saja. Mau meneruskan untuk mempekerjakan dia terus di kantormu juga tidak masalah. Itu kantormu, kamu punya hak untuk menempatkan siapa saja yang bisa bekerja di kantormu," kata Kiara dengan gusar. Kevin hanya bisa diam, ia menatap Kiara yang benar-benar mengerucutkan bibirnya."Ki, aku tidak tau kenapa tante Nancy menerimanya sebagai sekretarisku. Tapi, dia memintaku jangan memecatnya selagi dia mencari pekerjaan yang baru. Tolonglah, Ki. Jika memang perlu kamu ikut saja denganku ke kantor supaya dia tidak bisa mengganggu atau menggodaku.""Iya, setelah itu, akan tersebar rumor Pakn