Kevin hanya tersenyum, ia begitu menikmati wajah polos dan ketakutan Kiara.
"Bagaimana, Kiara, apa keputusanmu?" tanya Kevin. Kiara menarik napas perlahan lalu mengembuskannya, "Sa-saya bersedia menjadi istri anda, dengan catatan anda benar-benar akan membantu biaya pengobatan ibu," jawab Kiara lirih.
Tawa Kevin meledak seketika, "Kamu tidak perlu khawatir akan hal itu. Aku akan tetap membantu biaya pengobatan ibumu, bahkan semua hutangmu aku anggap lunas. Bukan hanya itu, kamu tidak perlu bekerja lagi. Tugasmu hanya mengikuti segala perintahku dan jangan coba-coba untuk membantah."
"Baik,Pak,saya akan mematuhi segala perintah anda," jawab Kiara pasrah.
Kevin tak menjawab, ia memperhatikan Kiara dari kepala hingga ujung kaki. Gadis berusia 26 tahun itu tidak jelek, tetapi semua yang melekat di tubuhnya jauh dari kata berkelas. Namun, Kevin memaklumi hal itu, gaji Kiara sebagian ia gunakan membayar hutang. Belum lagi untuk biaya hidupnya sehari-hari. Untung saja almarhum ayah Kiara meninggalkan rumah meskipun kecil tapi setidaknya Kiara tidak perlu keluar uang untuk mengontrak rumah.
"Sebagai perintah yang pertama, kamu keluar dan bereskan meja kerjamu. Bereskan semua barangmu jangan sampai ada yang tersisa. Setelah itu, kamu tunggu saya di tempat parkir. Ini kunci mobil saya, tunggu saya di mobil. Jangan bicara kepada siapa pun, mengerti?!"
"Mengerti, Pak."
"Bagus."
Kevin pun memberikan kunci mobilnya kepada Kiara dan gadis itu segera berlalu dari ruangan Kevin. Ia pun segera menuju pantry dan mengambil dus kecil yang ada di sana untuk membereskan barang-barangnya. Tidak banyak barang di meja Kiara, hanya foto bersama kedua orangtuanya, beberapa buku bacaan yang selalu ia baca saat jam istirahat, alat-alat tulis dan barang lainnya.
Kiara memasukkan semua barang itu ke dalam dus, kemudian ia meraih tasnya dan bergegas pergi. Tidak ada yang menyapa Kiara, para karyawan malah saling berbisik karena saat Kiara melakukan kesalahan pagi tadi, Kevin langsung mengamuk.
"Kiara ...."
Kiara menoleh dan menatap seorang wanita yang berusia sebaya dengan ibunya. Dia adalah Nancy, kepala HRD sekaligus tante Kevin. Nancy sangat baik kepada Kiara, selama ini dialah yang sering membantu Kiara.
"Bu Nancy, maafkan saya."
"Biar ibu yang bicara kepada Kevin," katab Nancy sambil menyentuh bahu Kiara dengan lembut. Namun, Kiara menggelengkan kepalanya, "Jangan, Bu. Nanti, Pak Kevin tambah marah, biar saya ikuti apa yang beliau perintahkan kepada saya," jawab Kiara lirih. Nancy menghela napas panjang, keponakannya itu memang keras kepala dan terkadang sangat menyebalkan.
Kiara bergegas menyelesaikan beres-beresnya dan tersenyum pada Nancy.
"Saya pamit, Bu. Maafkan saya jika ada kesalahan yang saya sengaja atau pun tidak," ujar Kiara. Nancy hanya bisa mengangguk dan menatap punggung Kiara yang berjalan menjauh.
Sampai di tempat parkir Kiara bergegas menuju mobil Kevin, kemudian masuk dan menunggu di dalam mobil. Ia tidak berani menyalakan mesin mobil dan menyalakan AC sehingga gadis itu merasa kepanasan dan mulai berkeringat. Untung tak lama kemudian Kevin pun tampak keluar dari gedung dan langsung masuk ke dalam mobilnya.
"Kenapa tidak dinyalakan AC-nya?" tanya Kevin.
"Saya takut Bapak marah," jawab Kiara dengan polos.Kevin hanya menggelengkan kepalanya, "Dasar bodoh," gerutunya lirih, namun Kiara sempat mendengarnya. Gadis itu hanya bisa menahan perasaannya.
Kevin pun segera mengemudikan mobilnya menuju sebuah butik. Ia tidak mungkin memperkenalkan Kiara kepada keluarganya dengan penampilan Kiara seperti sekarang.
"Kamu masuk ke dalam," perintah Kevin saat mereka sampai di sebuah butik yang cukup mewah.Kiara tau butik di hadapannya ini bukan butik sembarangan, hanya mereka yang memiliki banyak uang yang bisa membeli pakaian dan aksesoris yang dijual di sana.
"Buat apa kita ke sini,Pak?" tanya Kiara masih belum mengerti. Kevin yang melihat betapa lambatnya Kiara langsung menarik tangan Kiara tak sabar. Beberapa pelayan butik yang kebetulan mengenal Kevin langsung menyapa dengan ramah.
"Siang, Pak Kevin. Bapak mencari pakaian untuk siapa?" tanya salah seorang pelayan dengan ramah.
"Aku mau beberapa dress yang elegan dan juga pakaian untuk sehari-hari. Yang simple tapi kelihatan berkelas," jawab Kevin.
Pelayan tadi melirik sekilas kepada Kiara kemudian ia segera berlalu dan kembali dengan beberapa pakaian di tangannya.
"Kau coba satu persatu lalu perlihatkan kepadaku," kata Kevin.
"Sa-saya?"
"Iya, jangan banyak membantah," ujar Kevin.
Kiara pun hanya bisa menghela napas panjang dan mau tak mau ia mulai mencoba pakaian yang diberikan kepadanya. Jika Kevin menyukainya, maka ia langsung menyuruh pelayan untuk memasukkannya ke dalam keranjang belanja.
Hampir dua jam mereka berada di butik itu dan ketika mereka meninggalkan butik tangan Kiara sudah menenteng banyak shopping bag berisi pakaian baru dan beberapa pasang sepatu juga tas baru.
Kevin langsung membawa Kiara kembali ke rumahnya,"Kau mandi dan bersiap. Tepat pukul enam sore aku akan menjemputmu. Ingat, berdandan yang rapi, pakai baju yang tadi aku suruh juga sepatunya. Apa kamu dengar?"
Kiara hanya mengangguk, lalu turun dari mobil Kevin. Melihat Kiara yang kesulitan membawa belanjaan Kevin hanya mengendikkan bahunya tanpa berniat untuk membantu gadis itu sedikit pun. Setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal, mobil Kevin pun langsung meluncur pergi.
Sementara Kiara bergegas masuk ke dalam rumahnya. Ia meletakkan semua belanjaannya di kamar dan mengempaskan tubuhnya ke atas kasur dengan perasaan campur aduk.
Pagi tadi, saat ia bangun tidak pernah terpikir akan mengalami kejadian naas. Pagi tadi ia memang agak sedikit terlambat datang ke kantor. Flashdisk yang ia bawa tanpa sengaja tertukar dengan flashdisk miliknya yang berisi drama Korea favoritnya.
Dapat dibayangkan bagaimana wajah klien Kevin saat melihat drama Korea itu. Kiara benar-benar tidak sengaja, ia memang ceroboh. Tetapi, keadaan yang membuat Kiara terkadang tidak fokus ketika mengerjakan sesuatu. Malam hari terkadang ia begadang mengerjakan laporan sambil menjaga ibunya di rumah sakit. Bisa tidur tiga atau empat jam itu sudah amat sangat luar biasa bagi Kiara.
Itulah sebabnya di hari sabtu dan minggu Kiara benar-benar memanfaatkan waktu untuk beristirahat. Tetapi, Kevin memintanya untuk datang ke puncak untuk mendampinginya meeting dengan klien dari luar negeri. Itu sebabnya Kiara merasa lelah sampai salah memasukkan flashdisk nya.
Air mata gadis itu kembali menetes. Ia merasa tidak siap untuk menikah, terlebih saat ini sang ibu dalam kondisi koma. Tapi, jika ia tidak menerima tawaran Kevin ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu pada ibunya.
Kiara melirik jam dinding, waktu masih menunjukkan pukul tiga sore. Masih ada waktu untuknya tidur sejenak, gadis itu pun memejamkan mata. Namun, saking lelapnya ia tidur hingga pukul setengah enam sore.
Kiara menggandeng tangan Cashel dan Casandra. Kedua anaknya itu sudah tampil sangat cantik dan tampan.Malam ini mereka akan menghadiri pesta pertunangan Raisa."Mama, aku sudah cantik?" tanya Casandra sambil berputar-putar di depan cermin. Kiara hanya tertawa kecil melihat tingkah gadis itu."Sudah, Sayang. Sandra sudah cantik, mirip sekali dengan princess Rafunzel," jawab Kiara. Casandra memang sangat menyukai tokoh kartun Rafunzel. Dan malam ini gadis kecil itu sudah memakai gaun persis seperti princes Rafunzel yang sengaja dipesan oleh Kiara."Ma, kenapa aku nggak mirip Mama?" tanya Casandra tiba-tiba. Kiara yang sedang memakai lipstik tersentak kaget dan langsung membawa Casandra dalam pelukannya."Sandra kan mirip Papa," jawab Kiara."Tapi, Kak Cashel mirip Papa sama Mama," kilah Casandra sambil berusaha mencari persamaan di wajahnya dan Kiara.
Setelah puas seharian menikmati Yu Garden dan makan di Hong Chang Xing Restaurant Kevin dan Kiara pun memutuskan untuk kembali ke Hotel. Karena Kiara juga masih jetlag tidak mungkin jika seharian berjalan-jalan ke banyak tempat. Kevin tidak mau istrinya terlalu lelah. Terlebih, keesokan harinya mereka akan berkunjung ke Disneyland. Kevin dan Kiara pun memutuskan untuk menghabiskan waktu di hotel. Mereka bisa berenang di hotel saja nanti. "Mas, tadi saat Fengying mengatakan ingin bekerja di Indonesia. Kenapa Mas langsung memberikan alamat kantor?" tanya Kiara saat mereka sudah berada di kamar mereka."Aku suka pada pemuda itu, Sayang. Ketika agen travel memperlihatkan beberapa foto tour guide mereka, entah mengapa aku tertarik kepadanya. Terlebih lagi dia bisa berbahasa Indonesia. Aku sengaja mencari yang bisa berbahasa Indonesia,supaya kita juga nyaman.”"Kau baik sekali, Mas," kata Kiara."Oya? Kau tidak mau memberi a
Tidak banyak yang terjadi setelah tiga tahun berlalu. Kiara dan Kevin membesarkan Cashel dan Casandra dengan penuh kasih sayang. Kevin pun menjual rumah miliknya dan milik Aulia kemudia membeli yang lebih besar supaya mereka bisa berkumpul bersama."Kau suka kamar baru kita?" tanya Kevin"Aku suka, Mas. Aku suka halaman rumah yang asri dan teduh itu, saat melihat dari balkon, aku langsung melihat taman, anak-anak pun sepertinya senang dengan rumah baru kita,” jawab Kiara Kevin memeluk Kiara, ia merasa lega sekali. Tidak mengapa ia harus mengeluarkan uang dalam jumlah banyak demi untuk kenyamanan dan ketenangan sang istri. Apa lagi rumah nya kini dekat ke kantor. Sehingga tidak perlu was-was karena jaraknya juga tidak terlalu jauh."Kau mau liburan, Kiara? Kita saja berdua. Biar anak-anak bersama mama dan ibu. Dulu, kita honeymoon hanya ke pulau Lombok saja. Kali ini kita ke luar negeri,” ajak K
Bayi perempuan itu akhirnya terlahir, tangisannya yang kencang memecahkan ruangan bersalin. Amanda menangis, merasa haru akhirnya ia melahirkan secara normal. Tidak menyangka, ia resmi menyandang status seorang ibu. Kevin yang sejak tadi mendampingi menarik napas lega. Ia pun mengecup kening Amanda dengan lembut."Terima kasih, Amanda."Amanda tak menjawab ia hanya tersenyum kecil sambil memegang dadanya seperti sedang kesakitan. Melihat hal itu, Kevin tentu saja merasa panik."Bapak silakan tunggu di luar saja dulu, kami akan segera menangani pasien," kata dokter. Kevin pun segera keluar dari ruangan entah berapa lama Kevin termenung sendiri hingga sebuha tepukan di bahu menyadarkannya."Bagaimana Amanda?""Di- dia sedang di dalam, Kiara. Aku sedang menunggu dokter. Anak kami selamat, tapi tadi Amanda seperti sedang menahan rasa sakit."&nbs
_BEBERAPA BULAN KEMUDIAN_ "Jika bukan ulahmu yang sok tau itu, kita tidak akan berada di sini sekarang!" maki Nancy. Beberapa bulan ini ia menahan amarah yang terpendam kepada Amanda. Mereka memang berada di LP yang sama. Tetapi beda ruangan. Siang ini untuk pertama kalinya mereka bertemu karena sama-sama harus membersihkan halaman belakang LP bersama napi yang lain."Semua tidak akan terjadi jika Tante tidak berusaha membunuh Kevin," jawab Amanda tak peduli.Nancy meradang, ia memang luar biasa kesal. Dinginnya lantai penjara tidak membuat wanita itu jera. Ia semakin menjadi setelah menerima surat cerai resmi dari suaminya. Dan saat melihat Amanda, emosinya pun makin menjadi. Berbeda dengan Amanda yang sudah pasrah menerima keadaan, Nancy malah bertambah jadi dan menyalahkan orang lain atas apa yang sudah terjadi."Jalang! Perempuan murahan! Pantas s
Kevin menatap surat di tangannya dengan dada berdebar kencang. Ia sangat takut melihat hasilnya. Surat itu sudah sejak siang tadi ia terima. Tetapi, ia belum berani membukanya."Mas, mau makan sekarang?" Lamunan Kevin terhenti, ia menoleh dan tersenyum saat Kiara masuk sambil menggendong Cashel."Hai anak papa ... wangi sekali." Kevin bangkit dan mencium putranya itu dengan lembut. Bayi berusia dua bulan itu hanya mengeliat kecil."Dia lucu sekali," kata Kevin."Iya, dia mirip sekali denganmu, Mas. Tidak ada satu pun bagian wajahnya yang mirip denganku," kata Kiara."Hahaha ... bagus, itu tandanya memang dia anakku," kata Kevin. Kiara kontan langsung mencebik dan mencubit pinggang Kevin dengan gemas."Keterlaluan saja jika kamu berani mengatakan dia bukan anakmu.Oya, itu surat apa, Mas? Sejak tadi kamu hanya memandanginya."