Share

Satu Lawan Empat (Bagian 2)

Dua orang bandit yang melihat hal tersebut juga langsung bersiaga dengan mencabut celurit mereka masing-masing. Di tempat Ambu, si pimpinan bandit alias Tejo langsung tersentak dan bangkit dari duduk manisnya. Sementara itu, Sibo dengan mata yang hanya warna putihnya saja yang kelihatan, tengah berdiri tegap di belakang Parjo.

Tanpa pikir panjang lagi, kini dua bandit berbaju abu-abu ikut membantu Parjo dan mengayunkan celuritnya ke arah Sibo dari belakang. Sibo dengan mudahnya menghindari serangan itu meski tak melihat gerakan dua orang itu di belakang punggungnya. Sibo melompat lalu menendang punggung Parjo sebagai pijakan untuk membuatnya melayang di udara lebih tinggi lagi.

Dua bandit berbaju abu-abu kaget bukan kepalang dengan gerakan Sibo. Mereka sebelumnya tak menyangka bocah botak itu bisa melawan.

Kini giliran Sibo menyerang. Dia yang tadi berhasil mengelak dari tebasan dua celurit dari belakang dengan terbang di udara sekarang sudah berpijak lagi ke tanah. Sibo menendang salah satu kaki dua bandit berbaju abu-abu dengan keras. Hal itu membuat keduanya melolong kesakitan dan berlutut di tanah.

"Aaa!! Keparat kau, Bocah Botak!!" umpat salah satu dari bandit berbaju abu-abu.

Sedang Parjo yang sudah sedikit tidak merasakan sakit di tangannya dan sadar akan keberadaan Sibo di belakangnya karena tadi punggungnya dibuat pijakan oleh Sibo, mulai menyerang Sibo kembali tanpa ampun. Bandit yang tak punya otak dan perasaan itu langsung saja berlari ke arah Sibo tanpa membawa senjata di tangannya. Entah apa yang bisa dilakukan oleh seorang yang salah satu tangannya patah itu. Namun ternyata Parjo mengepalkan tangan kirinya dengan kuat guna memukul Sibo.

"Kurang ajar kau, Bocah! Beraninya kau mematahkan pergelangan tanganku!" teriak Parjo tak karuan.

Sibo yang mengetahui kedatangan Sibo pun dengan santai masih berdiri di tempatnya dan menunggu Parjo mendekat dengan sendirinya. Setelah dirasa Parjo sudah berada di jangkauan tendangannya, Sibo pun gerakkan kaki kanannya dengan kuat le tubuh Parjo untuk menendangnya.

Parjo terjungkal agak jauh. Sibo pun mendekat ke Parjo yang tengah merengek kesakitan di tanah. Seperti tindakan yang dilakukan Parjo sebelumnya, Sibo juga menendang Parjo bertubi-tubi sampai tak dirasa Parjo sudah tak sadarkan diri di tempat. Barulah Sibo menghentikan tindakannya itu setelah mendengar Tejo berteriak lantang.

"Sudah cukup, Bocah Botak! Dia sudah pingsan! Kalo kau memang kuat dan jago bela diri, lawanlah aku dengan sekuat tenagamu!" teriak Tejo yang mulai berjalan menghampiri Sibo.

Sibo hanya memutar tubuhnya dan melirik ke arah Tejo setelah mendengar Tejo berteriak dan kini tengah berjalan mendekatinya. Semakin dekat dengan tempat si anak botak berdiri, tangan kanan Tejo bersiap mencabut goloknya. Si anak botak mengamati gerak gerik Tejo dan langsung saja bergerak maju dengan cepat menghadapi Tejo terlebih dulu.

Tanpa ada ucapan sepatah kata pun yang keluar dari mulut si bocah botak, seketika pertarungan antara si pimpinan bandit berewok dan si bocah botak pun dimulai.  Tejo menarik goloknya dari wadah yang terselip di pinggangnya saat tahu Sibo sudah mulai menyerang dirinya. Golok yang terlihat sangat tajam itu pun kembali diayunkan oleh Tejo ke arah Sibo.

"Kesurupan setan apa kau, Bocah Botak?! Kalo begitu, biarkan aku untuk membunuh setan yang merasukimu, Bocah!" bentak Tejo seraya menyambar Sibo dengan goloknya.

Sibo pun dengan tanggap menghindari golok Tejo. Sesekali Sibo melompat dan merunduk, tak jarang juga dia memilih untuk menjaga jarak dengan Tejo. Mulutnya tetap saja bungkam dan kedua matanya juga masih berwarna putih tanpa ada warna hitam secuil pun.

"Sudah kuduga ada yang aneh dengan bocah ini! Dia tadi hanya menerima pukulan yang dilakukan oleh Parjo. Sepertinya aku harus mencoba menggunakan tangan kosong untuk melawannya," pikir Tejo.

Tejo memasukkan kembali goloknya ke tempatnya semula sebelum Sibo menyerangnya lagi. Kini pertarungan tangan kosong yang diharapkan Tejo.

"Oi, Bocah! Kenapa tadi kau hanya menerima serangan dari orang berbaju cokelat itu?!" tanya Tejo sembari menunjuk ke arah Parjo yang tak sadarkan diri.

Sibo hanya menengok ke arah yang ditunjuk Tejo lalu kembali menatap Tejo dengan tatapan yang ganas. Sibo yang terpaut agak jauh jaraknya dari Tejo berada juga melihat Tejo yang sudah tak menggenggam goloknya.

"Oi! Jawab pertanyaanku dasar bocah dungu!" rutuk Tejo yang tak mendengar jawaban dari Sibo.

Beberapa saat Tejo menunggu namun Sibo tak menyahuti pertanyaan Tejo. Justru serangan yang didapat oleh Tejo saat itu juga. Sibo kembali bergerak maju memberikan pukulan-pukulannya. Pimpinan bandit berewok itu pun menangkis dan bertahan.

"Sepertinya kau betul-betul dungu ya, Bocah Botak!" ejek Tejo.

Pukulan-pukulan yang dilayangkan Sibo semakin cepat. Bahkan tendangan kakinya pun ia lancarkan guna merobohkan Tejo. Pimpinan bandit berewok tebal itu cukup lihai juga menerima dan menangkis semua pukulan dan tendangan Sibo.

Tak dipungkiri komplotan 5 Bandit Berewok memang cukup terkenal di sekitar daerah itu. Saat Ambu berada di pasar desa Randuwalang, komplotan bandit tersebut juga tengah berada di situ dengan menyamar menggunakan penutup kain untuk menutupi muka yang penuh berewok agar tak mudah untuk dikenali. Kelimanya berniat mengincar seseorang yang nantinya akan dijadikan mangsa. Saat mereka melihat Ambu yang mengeluarkan sebuah koin emas yang berukiran aneh, saat itulah niat jahat mereka semakin menggebu-gebu.

Tejo, si pimpinan bandit memutuskan untuk merebut koin emas itu dari tangan Ambu kala ada kesempatan nantinya. Hingga tibalah kesempatan yang ditunggu-tunggu dan mereka berlima segera beraksi.

Tejo yang memimpin keempat orang bandit berewok cukup sakti juga ilmu silatnya. Dia yang bersenjatakan golok mampu memimpin 4 orang lainnya. Namun ternyata Tejo juga dibuat kewalahan oleh satu anak botak yang sedang dilawannya. Seakan tak diberi kesempatan untuk menyerang balik, Sibo terus saja melancarkan serangan dengan membabi buta.

"Cih! Siapa sebenarnya anak ini?! Dari tadi dia terlihat seperti bocah yang penakut. Tapi kenapa sekarang justru jadi berani seperti ini! Terlebih lagi ilmu silat dan tenaga dalamnya cukup kuat juga!" batin Tejo.

Berkali-kali Tejo melompat dan menghindar, tapi Sibo tak mau membiarkan Tejo menjauh dari jangkauan serangannya. Meski pun serangan-serangan Sibo hampir semuanya dipatahkan dan berhasil dielak oleh Tejo, Sibo seakan bergerak dengan sendirinya hingga bisa menumbangkan Tejo.

"Oi, Gono, Renggo! jangan diam saja kalian berdua! Bantu aku untuk menghabisi bocah botak merepotkan ini! Balaskan kematian yang disebabkan oleh bocah ini pada Warto!" perintah Tejo pada dua orang berbaju abu-abu yang masih merintih kesakitan. Celurit mereka berdua terjatuh di tanah sedari tadi.

Mendengar perintah pimpinan Tejo, mau tak mau mereka berdua mengambil celurit masing-masing lalu menggerakkan tubuh mereka untuk membantu Tejo. Sibo yang juga mendengar suara lantang Tejo melirik ke arah dua bandit berbaju abu-abu guna mengetahui serbuan mereka berdua.

Bugh!!

Tejo yang geram sedari tadi akhirnya bisa mendaratkan tendangan keras ke tubuh Sibo. 

"Jangan alihkan perhatianmu dariku, Bocah Botak tolol!"

Moonlae Dirla

Semoga kalian semua suka, ya! Mohon dukungannya! Ikuti terus ceritanya. Nantinya akan ada bab-bab yang lebih seru dari ini. Selamat membaca!šŸ˜Š

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status